Semakin dipikir, ternyata malah semakin membuat bingung. Benak Raka Kamandaka diselimuti oleh berbagai macam pertanyaan yang terus menerus berputar di kepalanya.
Untuk beberapa waktu lamanya pemuda serba putih itu hanya bisa melamun. Dia tidak memperdulikan lagi keadaan di sekitarnya. Malah kepada Cempaka Ungu pun tidak.
Raka tersadar dari lamunan setelah hidungnya mencium bau harum yang merangsang perut.
Begitu matanya memandang ke atas meja, ternyata semua pesanannya sudah datang.
Bau harum segera mengepul memenuhi seluruh ruangan. Asap putih tipis membumbung tinggi ke atas.
Perutnya mendadak berbunyi. Apalagi setelah melihat semua hidangan itu.
"Makanan ini pasti sangat enak sekali," katanya menunjukkan mimik wajah seperti orang kelaparan.
"Itu sudah pasti," jawab Cempaka Ungu sambil mengangguk.
"Kalau begitu tunggu apa lagi? Mari kita santap sekarang juga," ujar Raka dengan tertawa.