"Ehh, maaf, maaf," kata Raka sedikit merasa malu.
Orang-orang yang satu meja dengannya tidak ada yang menjawab. Mereka malah menutup mulutnya masing-masing sambil menahan tawa.
Raka dibuat rikuh. Dia hanya bisa celingukan ke sana kemari sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Pemuda itu persis seperti orang bodoh.
"Sudah, sudah. Tidak perlu merasa malu seperti itu, Raka," ucap Eyang Raga Bayu sambil tersenyum. Setelah itu dirinya kembali melanjutkan, "Makanan di sini memang terkenal karena rasanya yang enak. Oleh sebab itulah penginapan maupun rumah makan di sini selalu ramai,"
"Pantas saja," gumam pemuda itu sambil memandangi keadaan di sekitarnya.
Suasana di meja itu kembali hening. Tidak ada seorang pun yang bicara. Yang terdengar hanyalah suara mulut mengunyah makanan ringan, dan juga suara arak yang dituang ke dalam cawan.
"Ngomong-ngomong bagaimana, apakah luka yang diderita oleh kalian sudah sembuh seluruhnya?" tanya Eyang Raga Bayu memulai pembicaraan.