Setelah menanti beberapa saat, ternyata tidak ada kejadian apapun lagi yang terjadi arena pertarungan tadi. Semuanya lenyap sirna begitu saja. Seperti hembusan angin musim kemarau yang berhembus lalu menghilang entah ke mana.
Semua pendekar yang ada di sana terus menunggu. Mereka sedang menanti kepulan debu tebal itu lenyap. Kalau sudah demikian, niscaya orang-orang tersebut bakal tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.
Begitu debu benar-benar sirna, semuanya segera nampak dengan jelas.
Di sana, persis di tengah-tengah, Dewa Kegelapan Ketujuh sudah terkapar tanpa nyawa. Dia telah mampus. Mampus karena serangan maut dari tiga tokoh dunia persilatan.
Kenyataan ini merupakan sesuatu yang paling diharapkan oleh para pendekar. Karena itulah, begitu mengetahui musuh utamanya telah mampus, mereka langsung berjingkrak dan bersorak sorai gembira seperti pada umumnya.
Bedanya dengan yang tadi, sorak sorai yang sekarang justru terasa jauh lebih keras lagi.