Tiga hari kemudian …
Saat ini tengah malam. Hujan rintik-rintik turun dengan syahdu. Membawa perasaan dingin menusuk tulang, membawa sebuah perasaan nyaman yang sulit untuk dijelaskan.
Raka Kamandaka sedang berada di sebuah kamar yang telah dia sewa untuk tujuh hari ke depan. Kamar itu memang tidak bisa dibilang luas, juga tidak bisa dibilang mewah, kamar tersebut hanyalah kamar sederhana. Tapi walaupun benar demikian, hal itu saja baginya sudah jauh lebih dari cukup.
Sekarang Pendekar Pendekar Pedang Pencabut Nyawa sedang duduk seorang diri di atas jendela kamarnya. Tangan kanannya berpangku kepada satu lutut. Tangan itu juga memegang erat guci arak.
Dia memandangi rintik air hujan yang jatuh menimpa bumi. Perlahan namun pasti, dirinya mulai menyatu dengan alam.
Tanpa terasa, kentongan pertama sudah lewat sesaat yang lalu.
Suasana semakin hening. Semakin sepi. Selain suara rintik air yang menetes ke bumi, rasanya tiada suara apapun lagi yang bisa didengar olehnya.