Mendengar penjelasan tersebut, Raka Kamandaka tidak bisa menyalahkan Nenek Berambut Putih. Sebagai sama-sama orang yang berkecimpung dalam dunia persilatan, tentunya dia sendiri mengerti bahwa janji orang sungai telaga harus ditepati.
Sekali berjanji, maka apapun yang terjadi tak boleh diingkari.
"Nenek tidak perlu sungkan. Aku sendiri bisa mengerti," kata Pendekar Pedang Pencabut Nyawa sambil tersenyum hangat.
"Terimakasih atas pengertianmu, Raka," ujarnya membalas senyuman hangat pemuda itu.
Meskipun mulutnya berkata demikian, namun sebenarnya hati kecil wanita tua itu tetap merasa sedikit tidak enak.
Sementara itu, waktu terus berjalan dengan cepat. Matahari telah sepenggalah. Kehidupan di alam mayapada mulai kembali normal seperti hari-hari sebelumnya.
"Raka, maafkan bahwa aku harus segera mengundurkan diri. Sebab masih ada beberapa tugas yang harus aku selesaikan secepat mungkin," katanya serius.
"Silahkan, Nek. Aku bisa memahami,"