Elzia mengernyitkan keningnya ketika memasuki kosan Raka.
"Banyak banget barangnya, kayak kosan cewek." celetuk Elzia yang membuat Raka berdehem.
"Ekhem," dehem Raka memperingati Elzia.
"Batuk pak?" tanya Elzia menyindir.
"Kamu ingin membantu kan?" tanya Raka.
Elzia pun mengangguk.
"Iya," ucap Elzia.
"Angkat barang-barang ini dan jangan protes!" ucap Raka dengan tegas.
Glek!
Elzia menelan salivanya sendiri dengan susah payah.
"Dasar kulkas! Kutub es!" gerutu Elzia yang masih bisa didengar oleh Raka.
Raka lalu mengangkat barangnya dan membawanya ke mobil.
....
Vino ke luar dari kosannya dan berniat untuk mencari makanan. Namun ia mengurungkan niatnya ketika di seberang rumahnya, ia melihat sebuah mobil terparkir di depan kosan sahabatnya, Raka.
"Itu mobil siapa ya yang terparkir di depan kosannya Raka? Kayaknya tadi malam itu Raka gak pulang deh, terus itu mobil siapa?" gumam Vino bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
For your information, kosan Raka dengan Vino itu berseberangan ya.
"Lebih baik gue samperin aja deh," gumam Vino.
Vino lalu melangkahkan kakinya dan menghampiri kosan Raka.
Bertepatan dengan itu, Raka sedang berada di bagasi mobil seraya meletakkan barang.
"Woi, Rak!" panggil Vino.
Raka lalu menoleh pada Vino.
"Apa?" tanya Raka dengan malas.
"Semalam lo gak pulang ya?" tanya Vino.
"Gak," jawab Raka.
"Kenapa? Ke mana aja lo? Lo jadi ke rumah cewek yang lo tilang itu?" tanya Vino.
Raka pun mengangguk.
Vino tersenyum senang.
"Terus? Terus gimana? Dia suka kan sama lo? Alibi doang itu kan?" tanya Vino bersemangat.
"Alibi gigi lo ompong!" ucap Raka kesal.
Vino mengernyitkan keningnya bingung.
"Lah terus?" tanya Vino.
"Ah baacot deh lo! Lebih baik lo bantu angkatan barang-barang gue ke mobil. Gue mau pindahan," ucap Raka.
"Lho? Lo mau pindah ke mana, Rak? Kok lo gak bilang sih sama gue?" tanya Vino terkejut.
"Udah deh bantu aja, ntar juga lo tahu." ucap Raka.
"Iya iya deh, gak ngajak-ngajak gue lo mau pindahan." ucap Vino.
Raka tak menggubris ucapan Vino dan pergi ke dalam kosannya.
Elzia bersama dengan Roy tengah membereskan barang-barang di dalam kamar Raka.
"Jorok banget sih kamarnya," ucap Elzia seraya mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
"Dia kan polisi, Zi. Pasti sibuk banget. Makanya jarang bersih-bersih kamar atau pun rumah." ucap Roy.
"Tapi tetap aja jorok sih, masa pakaian kotor bisa sebanyak ini dan berserakan kayak gini sih. Ish," ucap Elzia geleng-geleng kepala karena tak habis pikir melihat kondisi kamar Raka.
"Woi kutu!" ucap Raka memanggil Elzia.
Elzia membulatkan matanya dengan sempurna ketika mendengar suara Raka.
'Mati gue! Ada orangnya lagi, bisa ngamuk tuh orang.' ucap Elzia di dalam hatinya.
"Mati deh lo, Zi. Monster mulai ngamuk sepertinya," ucap Roy pada Elzia dengan sedikit berbisik.
"Ssstt, lo bukannya belain gue eh malah giniin gue. Rese lo," ucap Elzia.
"Ya mau gimana lagi? Payah dia," ucap Roy.
"Bodoh ah," ucap Elzia kesal.
Raka lalu melangkahkan kakinya untuk menghampiri Elzia.
"Tadi lo ngomong apa tentang gue?" tanya Raka pada Elzia.
Elzia menggerakkan mulutnya seolah mengejek Raka dengan wajah yang menunduk.
"Gak usah ngeledek gue deh, lo pikir gue gak tahu apa kalau mulut lo tuh komat-kamit lagi ngeledekin gue?" ucap Raka.
"Apa sih lo, terlalu percaya diri. Ayo Roy, bantuin gue angkat ini barang." ucap Elzia mengalihkan.
"Selangkah lo maju, gue usir lo dari rumah gue." ucap Raka mengancam.
Glek!
Elzia menelan salivanya sendiri dengan susah payah.
"Wait, Rak? Lo tinggal sama perempuan ini? Bocah ini?" tanya Vino bingung.
"Gak usah kepo!" ketus Raka.
"Ya elah rak, gue serius kali. Ini bocah bukannya yang waktu lo tilang ya? Terus ngelawan lo juga kan?" tanya Vino.
"Gak dianya, gak temennya, sama aja rese." gerutu Elzia.
"Ngomong apa lo?" tanya Raka.
"Ihhh baperan banget sih lo menjadi cowok. Lebay!" ucap Elzia lalu pergi begitu saja dari sana.
"Udah lah bang, Elzia tuh memang seperti itu. Dia tomboy dan cuek, jutek juga sih. Jadi, udah lah gak usah ribut-ribut sama dia. Masa sih seorang polisi keren kayak lo, demen banget berantem sama bocah SMA, cewek lagi." ucap Roy menengahi.
"Teman lo itu, perlu belajar sopan santun, dia tuh gak punya etika sama orang yang lebih dewasa. Kalau bukan karena gue kasihan sama dia, gak akan gue tampung dia di rumah gue." ucap Raka.
"Kalau mau nolong, ya tolong aja. Gak usah pamrih apa lagi sampai mengungkit. Lo kayak bukan Raka yang gue kenal deh, bang." ucap Roy.
"Tahu lo rak, gak biasanya deh lo banyak omong gini. Sejak kapan sih? Biasanya juga irit banget kalau ngomong dan masa bodoh dengan ucapan orang-orang. But for this time, lo kayak baperan gitu sih. Benar sih kata tuh bocah," ucap Vino.
"Udah bicaranya?" tanya Raka dengan wajah datarnya.
"Santai bro," ucap Vino.
"Terserah lo deh, bang." ucap Roy lalu ke luar dari sana.
"Shit!" umpat Raka.
"Jadi ini gimana untuk barang-barang lo yang belum diangkat?" tanya Vino.
"Berisik!" ucap Raka.
Raka lalu pergi dari sana dan menyusul Roy.
Elzia telah berada di dalam mobil dengan wajah juteknya. Ia sibuk memainkan ponselnya dan mendengarkan musik di handphonenya melalui earphone yang menempel di telinganya.
"Zi," panggil Roy pada Elzia dari luar mobil karena kaca mobil tempat di mana Elzia duduk pada jok terbuka setengahnya.
Ketika Roy memanggil Elzia, Elzia tak memberi respon apa pun.
"Nih anak kok tenang banget sih? Gue panggil juga gak nyahut," gumam Roy.
"Elzia!!" teriak Roy menggema di telinga Elzia membuat Elzia tersentak kaget dan langsung melepas earphone nya.
"Eh kambing!! Roy sialan!" umpat Elzia kesal pada Roy.
Roy tampak tertawa.
"Wkwk maaf, lo sih asyik banget dengarin musik pakai earphone, sampai gak dengar gue panggilin." ucap Roy.
"Dari pada gue sakit hati dengarin ucapan abang sepupu lo, ya lebih baik gue dengarin lagu." ucap Elzia.
"Iya sih, by the way, lo sakit hati sama ucapan bang Raka tadi?" tanya Roy.
"Hmm soal omongan dia ke gue sih gue gak terlalu sakit hati dan ambil pusing ya, tapi soal omongan dia ke lo tentang gue yang membuat gue sakit hati. Lemas banget mulutnya, gue ya Roy, meskipun modelan gue seperti ini, gue selalu hati-hati tuh kalau bicara. Gak sampai semenyakitkan itu. Iya gue tahu gue bukan perempuan yang lemah lembut, cantik, tapi gak gitu juga dong cara dia memperlakukan gue. Emangnya gue apaan? Gue juga masih manusia yang punya hati," ucap Elzia.
....