Fadil tertidur sangat pulas, berbaring di atas lantai kayu yang agak empuk. Kepalanya bersandar, pada sebuah bantal awan terbungkus oleh daun hijau. Aroma daging ayam, membuat Fadil terbangun.
Dia melihat ayam panggang, buah-buahan dan salad berada di atas lantai kayu. Raka dan Riki, datang membawa sebuah kendi dan gelas terbuat dari tanah liat.
"Maafkan kami, sudah membangunkan Kisanak," kata Raka.
"Tidak apa-apa, aku baru saja bangun," sembari duduk bersandar memandang remaja itu dengan rasa tidak enak.
"Selamat Sore Kisanak, silahkan nikmati makanannya mumpung masih hangat," ujar Sang Kakek mempersilahkan Fadil untuk makan.
"Terima kasih," timbalnya sambil mengambil piring dan centong, terbuat dari kayu.
Fadil pun duduk bersila, tangan kirinya memegang piring. Pemuda itu makan dengan sangat lahap. Baru pertama kali dia memakan ayam bakar sangat enak. Beberapa nasi, menempel pada pipi dan sebagian mulutnya.