Jupiter merasa miris pada dirinya sendiri. Ia pikir selama ini, ia sudah sangat mengenal Ares. Mereka kembar dan lahir bersama. Tapi sesungguhnya, Ares selalu menyembunyikan isi hatinya.
"Kenapa dia menyembunyikan ini dariku?" gumam Jupiter dengan suara rendah. Bunyi suara musik yang bergema cukup keras tapi bisa membuat Andrew mendengar apa yang diucapkan oleh Jupiter. Ia tersenyum dan menghela napasnya.
"Apa kamu tahu, dia pernah bicara jika dia akan mati tanpamu. Dulu, aku selalu cemburu pada kalian berdua. Kalian saling menutupi kekurangan masing-masing. Saling mendukung dan tak pernah sekalipun berkelahi atau saling memukul. Aku ingin memiliki saudara seperti itu." Andrew berhenti sejenak. Keduanya tak saling memandang dan menghadap ke arah lemari minuman bartender.
"Tapi sayang, calon Adikku meninggal bahkan sebelum mendiang Ayahku mengetahuinya," sambung Andrew lagi tanpa emosi. Ia mengambil gelas dan menyesap minumannya perlahan.