"Katakan sama aku, siapa ayah dari bayi kamu?" tanya Jupiter dengan suara bariton rendah dan lembut. Jelita menarik napas panjang dan menyekanya beberapa kali sebelum ia menoleh kembali.
"Gak usah dibahas. Aku akan melakukan aborsi besok!" tegas Jelita sambil terisak. Jupiter menggelengkan kepalanya.
"Gak gitu dong, Sayang! Bilang sama aku, apa itu bayiku?" desak Jupiter membalikkan tubuh Jelita sambil sekilas memegang pipinya. Mata Jelita terus memandang Jupiter dan sedikit terisak.
"Ya, aku hamil bayi kamu Jupiter. Kamu ayahnya!" aku Jelita dengan nada rendah dan mata merah karena menangis. Jupiter tertegun sejenak dan ia menundukkan wajahnya. Jupiter tak dapat menahan rasa harunya karena ia ternyata adalah seorang ayah. Tangan Jupiter lantas meraba pipi dan menyeka air mata Jelita.
"Kenapa kamu gak ngomong sama aku, Sayang?" ucap Jupiter dengan nada lembut sambil memandang matanya. Jelita menggelengkan kepalanya.