Ares rasanya seperti sedang ditimpa oleh batu besar di kepalanya. Ia tak pernah terpikirkan akan dipergoki oleh Bryan Alexander seperti baru saja menyelinap ke kamar anak gadisnya Putri Alexander.
"Tunggu dulu ... kamu Ares kan?" tunjuk Bryan makin mengernyitkan keningnya. Betapa malunya Ares sampai ia tak tahu harus seperti apa harus menyembunyikan wajahnya.
"Uh, Uncle ..." Ares tercekat dan tak bisa bicara. Ia jadi mematung gara-gara itu.
"Apa yang kamu lakukan di rumah Uncle pagi-pagi, Ares!" tukas Bryan makin menaikkan nada bicaranya. Ares makin tercekat terlebih tak hanya Bryan yang datang tapi juga Nisa.
"Ares?" tegur Nisa baru keluar dari salah satu ruangan dan masih dengan pakaian formal. Mereka sepertinya baru pulang pagi-pagi sekali. ah pikiran Ares jadi kacau sekarang. Ia bahkan tak tahu apa yang harus ia katakan untuk memberi alasan pada Bryan.