Chereads / Memperebutkan Cinta Dokter Genius / Chapter 5 - TENANG TAPI GALAK, KALEM TAPI KEJAM

Chapter 5 - TENANG TAPI GALAK, KALEM TAPI KEJAM

Seperti kata pepatah, dalam tawar-menawar yang ditakutkan bukanlah harga rendah. Tapi yang ditakutkan adalah ketika kamu menawarkan harga, penjual hanya ragu sejenak dan segera menyetujuinya. Jika begitu, maka bisa dipastikan kamu sudah rugi!

Fu Si terdiam…

Qin Sheng yang berada tidak jauh dari Fu Si dan Chi Gui juga terdiam…

Jika Qin Sheng tidak mencubit kakinya sendiri dengan sekuat tenaga, kini ia pasti sudah tertawa terbahak-bahak.

'Oh my god!'

Siapa yang bisa menyangka, sepanjang kehidupan Tuan Fu, itu adalah pertama kali ia menggoda seorang wanita. Namun, wanita itu malah sedang tawar-menawar mengenai ongkos perjalanan mobil kepadanya!

Jika hal itu disebarkan di group chat mereka, reaksinya benar-benar tidak bisa dibayangkan!

***

Chi Gui masuk ke tempat duduk sebelah pengemudi, menundukkan kepalanya dengan patuh sambil mengenakan sabuk pengaman.

Satu tangan Fu Si memegang setir mobil, ia membalikkan badannya ke samping, tanpa ragu-ragu mengamati wanita di depannya.

Jari tangan Chi Gui tampak halus, putih dan panjang. Sangat cantik! Kedua matanya melihat ke bawah, alis mata yang panjang memancarkan bayangan di bawah matanya, hidungnya kecil tapi mancung, bibirnya halus berwarna merah jambu, dan kulit wajahnya juga halus bagaikan telur rebus yang baru dikupas.

Terlihat halus, lembut dan kalem. Sungguh sulit untuk membayangkan bahwa wanita yang ada di depan Fu Si itu baru saja menendang mundur sekumpulan pria.

Yang lebih sulit untuk dibayangkannya adalah Chi Gui bisa menjadi seperti seorang ibu yang belanja di pasar, tawar-menawar hanya untuk uang beberapa dolar.

'Tenang tapi galak, kalem tapi kejam. Sungguh sifat yang sangat berbeda, tapi juga menarik sekali,' pikir Fu Si.

Merasakan tatapan Fu Si, Chi Gui mengangkat kepalanya dengan bingung, mata mereka saling bertemu.

Mata Fu Si memancarkan secercah cahaya, nada suaranya yang rendah membawa kebahagiaan, "Sebenarnya, kalau kamu mau jadi temanku, aku bisa gratiskan ongkosmu."

Chi Gui melihat Fu Si dengan tatapan aneh, kemudian berkata "Masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan tiga dolar, kenapa harus begitu merepotkan?"

Fu Si terdiam.

'Tiga dolar…'

'Merepotkan…'

Chi Gui berkata lagi, "Apakah kamu bisa jalan sekarang? Aku sedang buru-buru."

Chi Gui jelas-jelas sudah tidak sabar dengan Fu Si.

Fu Si terkekeh sejenak, ia tidak mengatakan apapun lagi. Jari tangannya yang panjang memutar setir mobil, lalu dengan gerakan yang cantik ia berbalik arah dan melaju menuju Taman Qinfang.

Taman Qinfang ada di kawasan yang lebih tua. Setiap gedung di sana hanya bertingkat lima dan tidak ada lift.

Setelah sampai, Chi Gui membayar Fu Si sebanyak tiga dolar, kemudian turun di depan gerbang masuk.

Fu Si menerima uang Chi Gui, melihat tiga lembar yang satu dolar itu. Ia mengangkat alis matanya dan berkata, "Perjalanan kita ini juga bisa dikatakan sebagai takdir. Kalaupun tidak bisa berteman, saling bertukar nama bukan masalah bukan?"

Chi Gui bagaikan tidak mendengarkan perkataan Fu Si. Tanpa ragu-ragu, ia membalikkan badan dan pergi.

Fu Si yang diabaikan tidak merasa kesal. Ia terkekeh sejenak, menyimpan tiga lembar uang yang tipis itu di bagian dalam dompetnya. Jari panjangnya menyalakan sebatang rokok, ia kemudian menurunkan kaca jendela, meletakkan lengannya di tepi jendela. Mata monolid yang gelap dan tajam di balik kacamatanya menatap punggung Chi Gui yang menjauh.

Entah sejak kapan, sekumpulan orang mulai ada di dekat mobil Fu Si dan diam-diam mengamati pria itu.

Bukan karena alasan lain, wajah Fu Si memang sungguh menawan. Jangankan orang dari kawasan kecil seperti ini yang tidak pernah melihat orang tampan, para selebriti yang biasa ditonton di TV pun tidak bisa dibandingkan dengannya.

Fu Si tidak memedulikan tatapan yang mengelilinginya, matanya tetap menatap ke badan Chi Gui yang ramping itu hingga tak kelihatan. Bibir tipisnya mengait, jari tangannya mematikan puntung rokok dalam asbak mobil, lalu ia pun melaju pergi dari kawasan itu.

***

Kawasan itu sangat tua, lampu gedungnya pun remang-remang. Pada setiap lantai gedung, di kiri dan kanannya masing-masing ada satu keluarga. 

Chi Gui naik ke lantai lima. Ia mengambil kunci yang sudah tampak tua dari sakunya dan membuka pintu yang ada di sisi kanan gedung.

Saat pintu terbuka, pemandangan ruangan pun tercermin di mata Chi Gui.

Ruangan rumah itu tidak luas, hanya 80 meter persegi. Di dalamnya hanya ada satu kamar tidur dan satu ruang tamu, sangat cocok untuk ditinggali satu orang.

Hanya saja, tempat itu sudah lama tidak ditinggali orang. Rumahnya sangat kosong, tidak ada perabot apapun/ Selain itu, debunya juga sangat tebal baik di lantai, atap maupun dinding.

Chi Gui juga sempat tersedak oleh debu saat ia membuka pintu sebelumnya. Ia terbatuk-batuk dan mundur dari ruangan.

Rumah itu adalah warisan yang diwariskan nenek kepada Chi Gui. Sebelum neneknya itu meninggal, ia memberikan kunci ini kepadanya.