"Ehem ehem... aku tidak mau membuang-buang tenagaku untuk berkelahi denganmu karena kamu adalah istri dari kakak keduaku."
Yan Jinyi hanya meliriknya sekilas dengan acuh tak acuh. Dia membuang ranting-ranting di tangannya ke tanah, kemudian berjalan masuk ke dalam vila yang ada di depannya dengan gaya angkuh.
Huo Zixing pun mengikuti di belakangnya. Tatapannya memandang ragu-ragu sosok Yan Jinyi yang berjalan menjauh.
Setahun yang lalu, Yan Jinyi datang menemui Keluarga Huo seorang diri dengan membawa surat kontrak pernikahan yang ditulis oleh kakeknya. Dia meminta Keluarga Huo untuk memenuhi perjanjian tersebut.
Karena kakak laki-laki tertua sudah menikah, jadi kontrak pernikahan dengan Keluarga Yan secara otomatis jatuh pada kakak laki-laki kedua.
Baik Huo Zixing maupun seluruh anggota Keluarga Huo, tidak ada yang menganggap Yan Jinyi sebagai bagian dari keluarga mereka.
Yan Jinyi selama ini selalu menyendiri. Setiap kali pulang ke rumah, dia selalu menundukkan kepalanya, tidak berani menatap orang-orang di rumah. Bahkan, saat mau makan pun, dia akan menunggu sampai semua orang selesai makan, dan setelahnya baru dia mengendap-endap masuk ke dapur seperti pencuri.
Kabarnya, dia telah berkecimpung di industri hiburan selama tiga tahun, namun sampai sekarang dia hanya menjadi aktris pendukung yang memainkan peran kecil.
Karena tidak pernah melihat wajahnya, Huo Zixing selalu mengira bahwa Yan Jinyi berparas sangat jelek. Dia sungguh tidak menyangka kalau ternyata wanita ini cantik sekali.
Terutama kulitnya yang sebening air.
Tapi, Huo Zixing baru tahu kalau Yan Jinyi ternyata memiliki kemampuan berkelahi yang cukup hebat. Apakah karena wanita itu telah diabaikan oleh Kakak Kedua untuk waktu yang lama, sehingga iblis kecil yang tumbuh di hatinya mulai bertindak dan menunjukkan sifat aslinya ke keluarganya?
"Apa kau memiliki kaki yang patah? Atau kakimu yang terlalu pendek? Orang-orang yang cacat saja dapat merangkak ke sini lebih cepat darimu."
Suara Yan Jinyi kembali terdengar dan mengganggu lamunannya. Huo Zixing mengusap hidungnya dan ingin menjawab beberapa patah kata. Tetapi, bagian tubuhnya yang barusan dipukul Yan Jinyi dengan gagang sapu mulai terasa sedikit sakit lagi.
Wanita ini benar-benar...
Sungguh sialan!
Keadaan di dalam vila Keluarga Huo begitu sunyi. Hanya ada beberapa pelayan yang sedang bersih-bersih dengan hati-hati.
Perhatian Yan Jinyi juga langsung tertarik pada dekorasi mewah di rumah tersebut.
Sangat indah, dekorasi rumah di zaman ini luar biasa istimewa.
Dia berjalan sambil memandang sekeliling. Matanya melihat ke sana ke sini, memperhatikan setiap benda di dalam rumah.
Benda yang berlayar gelap ini adalah televisi. Sungguh menakjubkan, akting para artis dapat ditampilkan pada benda ini sehingga bisa ditonton semua orang.
Huo Zixing melihat Yan Jingyi tampak tercengang, seperti orang yang baru pertama kali masuk rumah mewah. Dalam hatinya, dia memandang rendah wanita itu.
"Hei, kakakku telah menghabiskan banyak uang untuk lukisan itu. Jangan berani-berani mengotorinya, kalau tidak, Kakak akan membunuhmu! Berhati-hatilah!"
Baru saja Huo Zixing selesai mengatakan ini, Yan Jinyi tiba-tiba menoleh dan menusuknya dengan tatapan yang sangat tajam. Huo Zixing seketika merasakan hawa dingin yang naik dari kakinya dan membuatnya langsung menutup mulut.
Persetan, mengapa wanita ini memiliki aura yang begitu menakutkan.
Huo Zixing benar-benar melihat bayangan kakak keduanya pada diri Yan Jinyi.
"Aku akan masuk ke kamar. Panggil aku saat makan malam sudah siap."
Huo Zixing menunjuk ke hidungnya sendiri dengan ekspresi yang tampak sangat tidak menyangka. "Kamu serius menyuruhku untuk memanggilmu makan malam?"
Yan Jinyi menyipitkan matanya dan berujar seperti memberi pertanyaan maut, "Kenapa? Tidak mau?"
Ah…
Perasaan suram yang sangat mengerikan ini datang lagi.
Huo Zixing buru-buru menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku akan memanggilmu nanti."
Hampir saja.
Vila milik Keluarga Huo berukuran sangat besar. Selain bangunan utama, ada sebuah vila kecil di belakang yang disediakan untuk para pelayan.
Bangunan utama terdiri dari empat lantai, dan sebagian besar hanya kamar kosong.
Hampir semua pemilik rumah tinggal di lantai dua dan tiga.
Kamar Yan Jingyi berada di ujung lantai dua dan pernah digunakan sebagai gudang barang-barang yang tidak digunakan.
Melihat tampilan kamarnya yang sederhana, Yan Jinyi hampir tidak percaya kalau ruangan ini berada di satu bangunan yang sama dengan ruangan berdekorasi mewah di lantai bawah yang dilewatinya tadi.
Namun, pemilik rumah menyuruh pelayan membersihkan tempat itu sampai sangat bersih.
Tidak lama kemudian, pandangannya tertuju pada foto berbingkai di atas meja samping tempat tidur.
Itu adalah foto dua orang yang diperbesar.
Pada zaman sekarang ini, benda itu disebut foto.
Latar belakang foto itu tampak begitu meriah, dengan warna merah yang mendominasi. Foto tersebut menampilkan seorang pria dan seorang wanita yang berdiri berdampingan.
Gadis muda itu sangat mempesona, dengan kecantikan alami tanpa riasan apapun. Senyuman manis muncul di wajahnya yang malu-malu.
Gadis itu adalah dirinya, Yan Jinyi.
Tepatnya, wanita di foto itu adalah pemilik asli tubuh ini.
Di sampingnya, ada seorang pria dengan wajah muram.
Fitur wajah pria itu sangat tampan. Bibirnya yang tipis ditekan rapat, tidak menampilkan senyuman sama sekali.
Bahkan lebih terlihat seperti jijik dan ingin segera pergi dari sana.
Di kehidupan Yan Jingyi 500 tahun yang lalu, ada seorang tuan tanah yang terkaya di dunia dan terkenal memiliki paras yang benar-benar tampan. Tetapi, pria di foto tersebut bahkan lebih tampan daripada tuan tanah itu.
Pria tampan ini adalah suami yang tak pernah menganggapnya sebagai istri, anak kedua dari Keluarga Huo, serta direktur utama yang mengendalikan Perusahaan Huo, Huo Xishen.
Dalam ingatan pemilik asli tubuh ini, setelah mendapatkan buku nikah dengannya, Huo Xishen pergi ke Negara M untuk mempersiapkan perusahaan baru. Namun setelah itu, dia tidak pernah kembali lagi.
Tidak masalah meski pria itu tidak ada di sini, justru tidak akan ada yang menghalanginya dalam menemukan cinta serta keluarga yang baru.