Ketika pelayan itu melihat adegan ini, mereka gemetar dan keringat dingin mengalir deras di punggung mereka.
Tepat ketika pelayan itu mengira Lu Junhan akan murka dan mengusir gadis kecil yang bandel itu, Lu Junhan mengalihkan pandangan matanya ke tempat lain. Lu Junhan mengulang kata-katanya dengan suara dalam dan rendah.
"Kau harus menurut. Pergilah tidur. Masih ada pekerjaan yang harus kulakukan dan aku tak bisa membawamu."
Loli kecil itu menundukkan kepalanya. Ia cemberut dan wajahnya muram. Tatapan mata dan alisnya menunjukkan keengganannya
"Baiklah. Tapi, Ayah harus cepat pulang. Lili ingin tidur bersama Ayah."
Lu Junhan buru-buru pergi bekerja, sehingga ia tak bisa mengobrol lebih banyak dengan Lili. Ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia tidak mengangkat kepalanya dan hanya berdehem.
Melihat ayahnya menyetujui permintaannya, gadis kecil itu seketika sangat senang.
Lu Junhan tercengang. Wajahnya kaku dan datar. Loli kecil itu mulai sadar akan kehadiran dirinya. Ia segera lari dan naik ke lantai atas setelah begitu dekat dengan ayahnya. Ia juga tak lupa untuk berkata dengan hati gembira.
"Ayah, aku baru saja memberikan semua keberutunganku! Ingatlah untuk segera pulang!"
Gadis kecil itu masih merasakan sentuhan lembut dan hangat yang masih tersisa di pipinya dan sepertinya masih ada sedikit aroma khas yang masih menempel di sana.
Apa ini yang dimaksud keberuntungan darinya?
Lu Junhan yang berdiri di sana menyaksikan punggung gadis itu yang melompat-lompat. Sudut bibirnya bergetar.
"Betapa polosnya dia."
Ia tak pernah percaya pada keberuntungan atau semacamnya.
Bahkan, ikan koi merah yang konon merupakan lambang keberuntungan, bagi Lu Junhan hanyalah ikan yang bisa dimakan.
Namun, anak kecil ini justru jauh lebih berani dari perkiraannya. Kali ini, Lu Li berlari lebih cepat. Jika tidak ….
Lu Junhan menyipitkan mata dan melihat bayangan gadis kecil itu menghilang ke dalam kamar sebelum ia membalikkan badan dan bersiap meninggalkan tempat itu.
Tepat pada saat ini, seorang tamu yang sedang memegang gelas anggur ingin mengambil kesempatan ini untuk bicara dengan Lu Junhan. Namun, ia tidak menduga bahwa Lu Junhan akan membalikkan badan.
Lu Junhan menggerakkan kakinya, sehingga anggur merah yang ada di tangan tamu tersebut membasahi tubuh dan pakaiannya.
Seketika itu pula wajah tamu tersebut menjadi pucat pasi dan sekujur tubuhnya gemetar. "Tuan Muda Lu, maaf, saya tidak sengaja .…"
Tamu tersebut kelihatan bingung dan panik. Ia mengeluarkan sapu tangan, hendak membersihkan pakaian Lu Junhan yang ternoda anggurnya.
Namun, detik berikutnya, tamu itu tercengang.
Dalam jarak yang begitu dekat, seharusnya anggur tersebut tumpah dan membasahi tubuh dan pakaian Lu Junhan. Meskipun Lu Junhan mengelak, ia pasti tak bisa menghindar.
Namun, sekarang ….
Tubuh Lu Junhan sangat bersih, sama sekali tak ada noda anggur merah di pakaiannya. Namun, anggur tersebut tumpah di atas lantai, sama sekali tak mengotori tubuh pria itu.
Keberuntungan macam apa ini!
Dan keberuntungan ini juga besar!
Tak bisakah ini dihindari?
Lu Junhan juga tak kalah terkejutnya. Saat ia menyadari minuman itu tumpah, ia tak bisa menghindarinya. Tanpa sadar, ia mengerutkan kening dan berpindah ke samping, tidak sengaja menghindarinya.
Sekarang sama sekali tak ada minuman yang tertumpah dan mengenai dirinya.
Lu Junhan bergidik. Ia khawatir apa yang baru saja terjadi memang suatu keberuntungan.
Entah mengapa, ia mendadak teringat dengan apa yang dikatakan gadis kecil itu.
"Ayah, aku baru saja memberikan semua keberuntunganku!"
Apa yang barusan itu juga keberuntungan?
Mata Lu Junhan menyipit. Ia menatap genangan anggur yang tertumpah di lantai.
...
Meskipun tak ada pakaian anak-anak di vila keluarga Lu, karena secara pribadi Lu Junhan setuju untuk membesarkan Lu Li, mulai saat ini, Lu Li menjadi nona kecil di keluarga Lu.
Para pelayan dan pengawal secara otomatis datang menyambutnya.
Saat baru saja pelayan memandikan gadis itu, di luar sudah penuh dengan pakaian yang dikirimkan.
Kepala pelayan berpikir bahwa pakaian tersebut harganya terlalu murah dan kualitasnya buruk. Beberapa di antaranya bahkan terlihat terlalu sederhana dan tidak layak untuk nona kecil keluarga Lu yang bergengsi. Namun, Lu Li terlanjur menyukainya.
Sambil memegang sebuah baju tidur berwarna putih bersulamkan beberapa ikan koi merah, ia berlari menuju ke kamar mandi dengan gembira.
Lu Li sangat menyukai air.
Ia sebelumnya tinggal di Dunia Langit selama tiga ratus tahun dan sebagian besar waktunya dihabiskan di dalam air.