Chereads / LIPS ON LIPS / Chapter 5 - 05 | LUCY HAMISH (2)

Chapter 5 - 05 | LUCY HAMISH (2)

Sebuah mobil mewah berwarna merah terlihat memasuki halaman rumah minimalis modern. Kemudian, sebuah kaki jenjang mulus, yang dihasi dengan sepatu berhak tinggi dengan tali pengikat di bagian pergelangan kaki, turun dari dalam mobil. Kaki jenjang itu terlihat berjalan menaiki tangga sebelum akhirnya tiba di depan pintu utama. Namun, si pemilik kaki itu tidak perlu risau, sebab pintu itu telah dibukakan oleh salah seorang pelayan pria berpakaian rapi.

Tangan lentik dengan nail art bernuansa musim panas itu mengayun seiringan dengan goyangan rambut dan bagian bawah tubuh si pemiliknya. Tak lama kemudian, tangan indah itu mulai melepaskan kacamata dari wajah si pemilik, menampakan mata indah cokelat ala wanita eropa.

"Kami senang anda telah kembali, Nyonya Lucy." Sapa salah seorang pelayan wanita yang muncul dari arah belakang.

Wanita itu kemudian membalikan badannya, senyuman manis terlihat mengembang di wajah kecilnya. Yap, dialah Lucy Hudson, istri putra pertama keluarga Hudson, a.k.a istri Dylan.

"Bagaimana liburan anda?" tanya pelayan itu sembari membantu sang nyonya melepaskan jaketnya.

Lucy menghela nafasnya, "aku lelah, disisi lain aku sangat menikmatinya. Hawaii adalah tempat yang menyenangkan, teman-temanku juga memperlakukanku dengan baik."

"Kami senang mendengarnya, apakah ada yang ingin nyonya santap untuk makan malam nanti?"

Lucy terlihat mengamati sekitarnya, sebelum akhirnya melirik jam tangannya dan berkata, "Dylan masih belum pulang juga?"

"Tuan Dylan masih berada di kantor, Nyonya."

"Aku ingin makan malam dengan suamiku, mungkin aku akan menghubunginya dulu." Lucy mengeluarkan ponselnya dari dalam tas bermerknya, kemudian mengetikan beberapa pesan dan kembali menambahkan, "tapi aku ingin minuman dingin dan camilan kecil, bisakah kalian mengambilkannya untukku?"

Sang pelayan kemudian membungkukan badan, menandakan bersiap untuk memenuhi permintaan sang majikan, sebelum akhirnya pergi dari ruangan itu.

Untuk : Suamiku yang tampan : Aku baru sampai di rumah, apa kau masih di kantor?

Kira-kira begitulah pesan singkat yang dikirimkan oleh Lucy kepada sang suami. Tak lama kemudian, ia melemparkan tubuhnya ke atas sofa empuk beludru berwarna biru tua dengan kualitas tinggi kesayangannya.

Lucy mengamati pesan yang dikirimkannya, semenit telah berlalu namun sang suami masih belum membalasnya. Merasa bosan, ia kemudian menekan tombol kembali di ponselnya, lalu menggeser layar ponsel itu dengan jempolnya dan menekan sebuah icon bergambar kamera polaroid dengan warna cokelat muda.

Rupanya icon itu adalah salah satu aplikasi sosial media terkenal, Photosgram. Di sana ia mengecek akunnya, ia melihat beberapa fotonya saat berlibur di Hawai telah terupload dengan baik. Diceknya berapa jumlah like untuk tiap foto yang dia baru upload. Merasa totalnya sangat memuaskan, Lucy kemudian mengecek jumlah komentar perfotonya.

"Bagus, kalian pasti iri dengan foto-fotoku." Gumam Lucy bangga.

Ia kemudian membuat postingan story yang hanya bertahan selama 24 jam, ia kemudian memfoto kedua kakinya setelah itu mengetikan sebuah caption yang menurutnya cukup lucu. Begitu selesai, Lucy langsung mengunggahnya.

'Mendarat dengan mulus di rumah, next time ke mana lagi ya? Ajakin dong!'

Kira-kira begitulah caption yang dituliskannya. Setelah mengunggahnya, wanita itu kemudian rebahan di sofa sembari melihat album foto di ponselnya. Tak lama kemudian, ia mulai merasa mengantuk, setelah menguap dua kali, Lucy kemudian memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar sembari meletakan ponselnya di dada, berharap ketika ia bangun nanti suaminya akan segera tiba di rumah.

*

Beberapa jam kemudian.

Lucy terhenyak dari posisi tidurnya, wanita itu kemudian bangun dan duduk di pinggir sofa. Gerakannya yang tiba-tiba itu sontak membuat ponsel yang ada di dadanya terjatuh ke lantai. Wanita itu tidak menghiraukannya dan lalu mengejapkan matanya berkali-kali serta mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

"Astaga, untung hanya mimpi, ya ampun." Gumamnya dibalik kedua telapak tangannya yang menutupi wajahnya.

Setelah merasa tenang, ia kemudian mencari ponselnya yang sempat terjatuh. Ditekannya tombol kunci yang ada dipinggir ponsel. Ia tertegun saat melihat jam yang telah menunjukan pukul delapan malam.

Lucy kembali mengecek ponselnya, tidak ada pesan masuk dari sang suami, begitupun status pesannya yang masih belum dibaca. Wanita itu kemudian berdecak kesal dan melemparkan ponselnya kembali ke sofa.

Jam telah mununjukan pukul sembilan malam, Lucy yang saat itu sedang menunggu kedatangan suaminya di ruang tamu terlihat tidak sabaran. Ia mengirimkan banyak pesan ke nomor Dylan, banyak rayuan sekaligus omelan dan keluhan yang dilontarkan lewat pesan teks itu. Setelah itu, Lucy kembali mengunci ponselnya dan berlari menuju ke kamar tidurnya.

*

Esok paginya.

Kali ini Lucy bangun lebih awal, setidaknya satu jam lebih awal sebelum sang suami berangkat. Niatnya sih ingin memberikan surprise kalau dia telah pulang lebih awal, seperti memakai pakaian seksi, siapa tahu Dylan terkejut dan ingin bersamanya setidaknya lima belas atau tiga puluh menit bermesraan.

"Eh, Tuan Dylan tidak pulang semalam, Nyonya." Jawab salah seorang pelayan rumah.

"Apa?!"

Sang pelayan terlihat terkejut mendengar teriakan Lucy, "iya, Nyonya, sepertinya Tuan Dylan menginap di kantor."

"Cih!"

Gagal lagi.

Itulah akibatnya kalau menikah dengan seorang pria yang gila bekerja. Benar saja Lucy mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti uang dan kedudukan, tapi tidak dengan perhatian suaminya. Disisi lain, dia tidak masalah akan hal itu, karena dengan uang yang didapatkan dari sang suami, Lucy bisa melakukan apapun yang dia mau.

Tapi, tetap saja, bersikap baik untuk suami dengan berpura-pura manja harus diperlukan, kalau tidak, bisa timbul kecurigaan dan fitnah.

Lucy kembali ke kamar, menyambar ponselnya dan mencari nomor seseorang yang dikenalnya. Setelah itu dengan lincahnya mengetikan pesan teks.

Untuk : Nextyoung : Aku baru pulang dari Hawai dan membawakan oleh-oleh untukmu. Apa kau ada di rumah?

Seperti biasa, Lucy akan menikmati sarapan mewahnya sendirian. Tidak ada suami ataupun teman bicara satupun. Dulu adik iparnya sempat tinggal di sini sebelum akhirnya memutuskan untuk bersekolah ke Jepang.

Oh ya, berbicara tentang adik iparnya, sudah lama dia tidak menghubungi gadis polos itu. Lucy juga harus bersikap baik kepada sang adik ipar, karena gadis itu adalah kesayangan suaminya. Lucy kemudian menekan icon gambar adik iparnya, sedetik kemudian teleponpun terhubung.

"Halo." Jawab adik iparnya, Nadia, dari seberang sana.

"Hai, Nadia! Bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu!" Sapa Lucy sembari mencomot buah anggur yang ada di atas meja.

"Hai, kak Lucy!" sapa Nadia yang terdengar ceria di seberang sana. "Aku juga merindukanmu, kak! Maaf, aku sangat sibuk belajar sampai tidak sempat menghubungi atau pulang ke rumah. Bagaimana kabar kakak? Kak Dylan juga bagaimana? Apakah masih menjadi gila kerja seperti dulu?"

Lucy tersenyum, "iya, aku dan Dylan baik-baik saja di sini. Seperti biasa, kakakmu itu selalu sibuk mengurus bisnis keluarga kita. Kuharap kau tidak terlalu memaksakan dirimu belajar sampai mati-matian. Jaga kesehatanmu dan makanlah dengan banyak untuk cadangan energimu."

"Hehehe, aku akan istirahat jika lelah, kak. Kakak juga harus banyak-banyak istirahat, jangan sampai stres, kerena setahuku kak Dylan sangat menantikan untuk memiliki anak." Celetuk Nadia.

Deg!

Sial! Bisa-bisanya gadis lugu itu membahas anak dengannya. Lucy adalah tipikal wanita yang tidak suka harus mengurus hal-hal yang merepotkan seperti memiliki anak. Mereka terlalu berisik, kotor, dan suka menempel-nempel. Membayangkannya saja sudah membuatnya merasa jijik.

Kalaupun sampai Lucy dan Dylan berhasil memiliki anak, dia akan menyuruh para pelayan untuk mengurusnya. Tapi, kalau dia sampai memiliki anak, bentuk tubuhnya tidak akan seindah seperti sekarang ini. Haduh, mengapa pula keluarga Hudson ini memaksanya untuk melahirkan anak, padahal ada ratusan anak di panti asuhan yang bisa diadopsi dan dipelihara di sini. Mereka tidak akan merugi jika berhasil mengadopsi satu bayi, justru malah terkesan lebih dermawan.

Tapi tidak mungkin juga Lucy mengutarakan opininya begitu ke salah satu keluarga kesayangan Dylan ini, bisa-bisa citra baiknya tercoreng.

"Hahaha iya, aku akan menjaga diriku dengan baik." Jawab Lucy sedikit canggung.

Perbincangan via telepon itu berlangsung selama lima belas menit, mereka hanya membicarakan seadanya saja, tidak terlalu banyak bicara. Setelah menutup telepon, Lucy kembali berdecak kesal. Hanya karena pertanyaan mengenai anak saja bisa menghancurkan mood yang telah dia susun serapi sedari malam.

Lucy kembali mengecek ponselnya, Nextyoung dan Dylan masih belum membaca isi pesannya.

"Hidupku sangat membosankan!" decaknya sembari kembali membuka aplikasi Photosgramnya.

Dilihatnya postingan foto-foto dari Hawai yang dia unggah kemarin. Lucy cukup puas dengan jumlah likes yang dicapainya dalam waktu semalam saja. Iseng-iseng, Lucy mengecek komentar yang hampir mencapai empat ribu komentar itu. Kira-kira mereka sedang membicarakan apa di kolom komentar, tumben sekali.

'@giselleoktav sudah kuduga sang dewi selalu terlihat cantik!'

'@Shenzaibird tasnya lucu! Beli dimana? Spill dong!'

'@dariusbob Lucy kamu kok kurusan? Lagi diet apa gimana nih?'

'@XdtgS wah gila, kau menggila ya di Hawai sana?'

'@twinLAB kapan-kapan pesta lagi ya hahaha'

Lima komentar awal terlihat cukup memuaskan, bahkan beberapa komentar lain lagi terlihat menyanjungnya. Ada yang meminta agar dia membagikan tips skin care, bentuk tubuh, serta tips untuk bahagia. Lucy tertawa kecil, wajahnya nampak puas.

Tapi, ada satu komentar yang membuatnya menghentikan kegiatan scrollingnya. Sebuah komentar yang menganggu yang ditulis oleh sebuah akun dengan username @passiveagressive, akun yang tidak ia kenal itu menuliskan komentar yang menimbulkan spekulasi buruk.

'@passiveagressive kau masih terlihat bahagia ya, padahal suamimu sedang dalam kondisi buruk di rumah. Pulang woi, kau itu istri orang, jangan kegatelan nanti kalau digaruk nangis.'

Lucy mengulum bibirnya, komentar itu dibalas oleh banyak orang hingga mencapai 244 balasan. Dia kemudian mengklik balasan komentar itu dan membacanya satu persatu.

'@123pokerface ya gimana ya? Haters gonna be hate sih hahaha.'

'@monkeydude salah lapak woi! Pergi sana dasar haters goblok!'

'@doIwannaknow btw, yang punya komentar ini tidak salah kok. Si Lucy ini memang bermuka dua, dia sebenarnya telah menikah dengan seseorang. Lagaknya seperti seorang wanita lajang hahahaha lucu banget'

'@twoofingersneeded for @123pokerface @monkeydude kalau kalian mengidolakan orang sebaiknya dilihat dulu ya, adik-adik, apakah idola kalian itu pantas untuk ditiru atau tidak. Apa yang dia unggah itu tidak mencerminkan kehidupan yang sesungguhnya.'

Tangan Lucy bergetar, baru kali ini dia membaca komentar jahat seperti ini. Semakin dia menggulirkan komentar itu ke bawah, semakin banyak komentar buruk terhadapnya.

'@halfPast5 ih gila sih, masih bisa seneng-seneng sambil gelayotan sama cowok lain padahal suami ada di rumah nungguin.'

'@KaraRedkliffe mbak sadar, mbak, yuk kembali pulang. Jangan kegatelan.'

'@thefault masih seneng-seneng di Hawai, itu cowoknya tahu gak kalo si Lucy udah nikah?'

'@YuuBoera pengaruh yang buruk!'

'@Furulia ini seriusan dia udah nikah? Ada yang bisa ngasih bukti gak? Soalnya adik aku ngidolain dia.'

'@kapalselamkuyy for @Furulia cek DM ya.'

'@risabungacit for @kapalselamkuyy DM aku juga ya. Soalnya nama dia jadi trending topic di apk sebelah. Jadi kepo nih.'

Lucy meremas ponselnya, tangannya bergetar membaca seluruh komentar itu, "a-apa ini?" gumamnya.

-Bersambung ke Chapter 06-