Chereads / Secret Life of Aruna / Chapter 3 - Siswa Baru

Chapter 3 - Siswa Baru

BAB 3

Suasana berubah menjadi hening saat Bu Endang, guru Bahasa Indonesia masuk ke dalam kelas bersama seorang siswa asing. Semua mata tertuju pada siswa berperawakan tinggi, cuek dan sorot matanya tajam itu.

Secara fisik, siswa itu cukup tampan dibanding siswa lain pada umumnya. Hampir semua yang ada di kelas jurusan bahasa penasaran dengan siswa yang berdiri di dekat meja guru itu.

"Pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru. Silakan perkenalkan diri," Bu Endang mempersilakan siswa baru itu.

"Emmmm... saya Barry Dion Imanuel," sangat singkat Barry memperkenalkan diri. Ia memang tidak mudah bergaul dengan orang yang baru dikenal. Di sekolah lamanya, ia hanya memiliki teman akrab tak lebih dari tiga orang.

"Barry Dion Imanuel, apa masih saudaranya Barry Matamalam?" tiba-tiba Andini, salah seorang siswi nyeletuk, sambil tertawa tipis.

"Bukan. Tapi itu saya sendiri," jawaban Barry membuat isi kelas kembali gaduh. Semua saling lempar pandang dan bergumam. Yah  Barry Matamalam adalah nama akun di media sosial yang kerap mengunggah tulisan-tulisan fiksi. Begitu banyak yang diunggah selama ini, seperti puisi, cerita pendek, novel dan juga kata mutiara.

Namun, tidak ada yang tahu paras Barry yang sebenarnya, karena ia tidak pernah menempel foto asli di akun media sosialnya.

"Silakan cari kursi kosong, Barry," pinta Bu Endang. Semua mulut terdiam, tapi matanya terbuka lebar melihat Barry berjalan ke kursinya. 

Barry duduk di barisan nomor dua dari jendela, satu kursi di belakang Aruna. Oh, iya, sedari tadi Aruna hanya memainkan bolpoin dan menikmati suasana di kelasnya. Ia tidak begitu menghiraukan hiruk-pikuk teman-temannya karena Barry.

Satu hal yang aneh pada diri Aruna, memang soal cinta. Tidak seperti teman-teman yang lain. Ketika ada siswa tampan, semua akan terkesima, tapi tidak bagi Aruna. Biasa saja. 

Agatha, suit-suit memanggil Aruna. Sambil memainkan kedua alisnya naik-turun, ia mengejek Aruna.

"Kamu sekarang ada saingannya. Sastrawati dan sastrawan satu kelas," siswi berbadan agak gemuk itu meringis senang.

"Ssstttt...," Aruna menempelkan jari telunjuk di depan bibirnya yang merah.

"Baik, anak-anak. Kita mulai pelajaran hari ini. Kemarin sudah belajar soal jenis-jenis sastra, dan kali ini soal pengaruh bahasa adat terhadap sejarah bahasa dan sastra Indonesia," Bu Endang menjelaskan pelajarannya.

*****************

Kabar adanya siswa baru itu sampai di telinga Kaka. Sebagai ketua OSIS, ia pun mencoba mengajak kerjasama Barry, yang katanya penulis handal itu untuk projek lomba majalah dinding.

Kaka langsung nyamperin Barry saat makan siang di kantin sekolah. Ia menawarkan untuk berkenalan dengan menjulurkan tangannya.

"Saya Kaka, ketua OSIS di sini," Kaka mencoba ramah. Tapi Barry tetap terlihat tenang dan menyantap makanannya.

"Oh, oke," Kaka menarik tangannya kembali.

Tapi ia tidak menyerah begitu saja. Upaya mengajak kerjasama tetap terus dilakukan.

"Kami hanya ingin mengajak kerjasama saja sich. Ini kan ada lomba, kami butuh materi tulisan dari teman-teman. Nah, dan kita sangat senang kalau ada tulisan dari kamu," Kaka memandang Barry dalam-dalam.

"Saya belum genap satu hari masuk di sekolah ini. Guru saja belum ada yang ngasih tugas ke saya, apalagi OSIS," Barry pun berpaling pergi.

Raut wajah Kaka seketika berubah. Ia memandangi tajam tubuh Barry yang berlalu pergi. 

"Dasar, penulis kamar..!" gerutu Kaka.

-----------bersambung----------