Aku heran dengan Yuan.
Sudah 5 hari sejak Pemerintah mengumumkan Kompetisi bagi Peneliti dan Peretas (Scientist & Hacker) untuk menciptakan Antigen penawar Virus varian Omega yang telah memakan ratusan juta korban. Ya, Ratusan juta hanya oleh satu Varian Virus.
Yuan tidak tidur selama 2 malam, padahal aku bisa melihat 'Kawah' dibawah matanya yang memerah.
"Kau bekerja sendirian Yuan, tak seperti yang kau katakan pada awalnya."
Aku mendesaknya untuk berhenti, apa dia tak lelah?
"Kau paham kan, Daring seluruhnya."
Yuan menjawab singkat.
Teman akrabku yang berdarah oriental ini sangat acuh ketika serius dengan 'Android' miliknya.
"Sesekali kau menghibur diri dengan Youtube, Instagram, dan Google?"
Kulihat sesekali ia mengganti 'Tab' aplikasi ke Media Sosial (Sosmed) yang kusebut tadi.
"Aku dan Marcoil tergabung dalam International Scientist Group di Sosmed. Kami berburu waktu dan berlomba satu sama lain menemukan solusi untuk Pandemi ini."
Tanpa kusadari aku terkagum hingga melongo. Ia tak tampak berpikir keras walaupun wajahnya menunjukkan lelahnya tubuhnya.
"Dari sini kami bisa berbagi Persentase Progress yang telah kami lakukan."
Mataku tertarik dengan jari telunjuknya yang mengarah ke Grafik Batang dan Lingkaran dilayar Androidnya.
"Nama 'Gajahmada' ini adalah tim 5 orang yang kubentuk bersama Marcoil..."
"Dengan progress 75% kami menempati posisi ke-2 Internasional."
Aku makin tercengang, tak sanggup meneguk liur, aku menoleh kewajah Yuan dan memastikan ekspresinya tak sedang menunjukkan bercanda.
"Serius?!..."
Kupastikan lagi, aku benar-benar meragukan ucapannya.
"Dicky, meskipun bukan teman masa kecil, kita cukup dekat hingga kau paham kapan aku bercanda atau serius 'kan?"
Dia mengalihkan Handphone Androidnya, mendekatkan wajahnya kearahku, lalu menatap mataku dengan tatapan matanya yang Tajam dan Dingin.
"O... Oke, oke Yuan, aku percaya, selamat dan semangat!"
Aku menjauhkan diri dari tatapan mengerikannya dan kembali berbaring di kasur.
Ini sudah jam 2 pagi, dan rutinitasku setiap hari jika tak bisa tidur jam segini adalah...
"Coli... Lagi?..."
Yuan menebak apa yang aku lakukan tanpa mengalihkan pandangannya dari Sosmed.
Aku menyeringai, cuek, tak peduli apa yang dipikirkannya, toh ia sudah mengenalku.
Lewat celah boxer kukeluarkan Batang yang sudah mengeras ini.
VPN sudah aktif sedari tadi, situs Pemicu tinggal cari di Bookmark, tangan kananku memegang Android sementara tangan kiri mencari-cari sebuah benda berbahan plastik yang biasa kusimpan dibalik bantal.
"Body Lotion!"
Kuletakkan Gawai disebelah kanan untuk membuka tutup kemasan Lotion, mengoleskan di kedua tangan, lalu kuratakan dan kupijat lembut mulai dari pangkal batang hingga ujung kepala batang.
Menengadah sambil mendesah nikmat, kugapai gawai dan mulai memutar adegan yang menambah kenikmatan tengah malam ini.
"Pintu kamar belum ditutup Dick..."
Suara Yuan yang samar hanya numpang lewat... "Bodo amat, Asrama kita walaupun ada penghuni dikamar lain toh isinya cowok semua juga kan..."
"Wuoooh Kak Dicky 'Ngocok' Guys!!!"
Suara Dani dari luar kamar tak membuatku menghentikan kenikmatan ini.
Terdengar beberapa derap langkah dari arah koridor Asrama mendekat kearah kamarku.
"Iya nih, Zak, kak Dicky lagi asyik!!!"
Doni kembaran Dani memanggil Zaki yang mungkin tak jauh darinya sekarang.
"Dick, aku nggak konsen kalo anak-anak ngumpul disini oi!"
Yuan berteriak, bodo! Aku benar-benar fokus pada adegan lubang keperawanan si aktris yang digesek-gesek oleh batang kejantanan sang aktor utama.
Ia tak lekas memasukkan batangnya kedalam lubang lawan mainnya.
"Eh?..."
Kedua tangan Doni dan Dani menarik tangan kiriku yang asik memijat lembut batangku.
"Sini biar kita bantuin!"
Mereka mengunci tangan kiriku, sementara tangan kananku masih memegang Android dan fokus pada adegan itu.
Doni dan Dani masih berusia 15 tahun, terpaut 4 tahun lebih muda dariku.
"Masa satu batang aja harus digenggam dua tangan sih?"
Zaki menertawakan Doni dan Dani, aku tak peduli dengan bacotan siapapun.
Kedua bocah ini memang mahir melakukan ini.
Kutengadahkan kepala. Dada, Lengan, kaki, paha, hingga perutku mengejang...
"Uach...."
Mataku masih terpejam...
Tak kupedulikan lagi apapun, bagaimanapun, dan siapapun yang ada disekitarku.
Aku... Puas...
.
..
...
....
.....
Nyenyak...
Tenang....
Nyaman.....
Yah, aktifitas seperti ini benar-benar membuat tidurku berkualitas.
Sekolah, Kuliah, dan lingkungan kerja dihabiskan dari rumah, Daring, Work from Home.
Jadi aku tak pernah peduli bangun kesiangan...
Jika tubuhku sudah tak lagi lelah, aku akan bangun sesuka hatiku...
Dan aku yakin saat bangun setelah inipun aku akan bangun diwaktu...
Fajar...
?
Fajar?..
??
Fajar???
Aku melihat cahaya redup dilangit biru diluar jendela, dengan hawa dingin dan embun diujung daun pohon Mangga diluar sana.
Hawa dingin ini, adalah hawa khas Fajar...
Tapi kenapa masih Fajar?
Seharusnya aku bangun sangat siang setiap setelah ngocok, ah, Onani...
Aku beranjak dan bergegas melihat sekeliling tanpa sadar bahwa tubuhku tak berbusana sedikitpun.
Tapi itu bukan masalah, aku mencari mereka. Yuan, Dani, Doni, dan Zaki.
Aku berharap bertemu salah satu dari mereka bahkan sebelum aku peduli untuk mencari pakaianku.
Kutelusuri setiap sudut Asrama.
Asrama ini kosong...
Tidak...
Aku keluar Asrama dan melihat sekeliling...
Kompleks kami, tak berpenghuni sama sekali!
"Aku harus menemukan seseorang dan mencari tahu apa yang terjadi!"
Rumah Pak Kepala Desa yang ada diseberang asrama kami juga kosong.
Tidak ada suara kicauan burung, serangga, atau tetesan air.
100,200,300... Aku melangkah dan mencari tahu cukup jauh dari Asrama dan tak ada tanda kehidupan selain pohon dan tumbuhan sejauh mata memandang.
"Jam berapa sekarang ya?"
Tanganku bergerak seolah merogoh saku celana, padahal aku tak berpakaian sama sekali.
"Handphoneku tertinggal dikasur..."
Batang kemaluanku berkedut. Itu reaksi wajar setiap kali onani. Dan juga menandakan bahwa aku tidak bermimpi.
"Bisa berjalan sejauh ini dari kamar tanpa sehelai pakaian ternyata asyik juga."
Detak jantungku terus berpacu karena Adrenalin yang timbul oleh perasaan yang muncul ketika telanjang ditempat umum seperti ini.
Tak perlu kembali, aku akan berjalan hingga stasiun kereta apa diujung kompleks sana untuk melihat waktu di jam besar yang ada di serambi stasiun.
"Kucing, Burung, bahkan serangga tak terasa kehadirannya."
Aku membentangkan tangan lebar-lebar, dan membuka celah kaki. Mendorong pinggulku kedepan hingga sensasi kuat karena aliran darah yang mengalir keujung kepala penisku terasa begitu menyenangkan : "Ini adalah kehidupan yang benar-benar bebas!!!"
Kupacu langkah berlari menuju Stasiun dan yakin tak ada seorangpun disana.
Kuhentikan langkah dan kuatur nafas.
Pandanganku berhenti setelah melihat Monitor berita ditempat pemesanan tiket kereta.
"Keajaiban Fajar!"
Kuayunkan langkah ringan menuju monitor itu.
"Jam 3 pagi ini sekelompok Scientist dan Hacker dari Korea melakukan kelalaian dengan bocornya Antigen Omega yang diduga menjadi Vaksin bagi Varian Virus Omega."
Semakin dekat dengan monitor, langkahku semakin ringan.
"Akibatnya penduduk dunia terinfeksi oleh Gelombang dan Paparan Antigen yang menyebar lewat udara dan radiasi elektromagnetik. Baik itu Handphone, Monitor, PC, Radio, dll "
Kupalingkan pandangan keseluruh penjuru arah.
"Populasi manusia di dunia tersisa kurang dari 5%.
Buruknya, Hewan kini bermutasi dan berevolusi!"
Jangan Bercanda!!!???...