Lima belas menit perjalanan, akhirnya ia bisa datang tepat waktu sesuai kesepakatan. Café itu masih sepi pelanggan, baru terlihat beberapa pengunjung yang memang berniat untuk menikmati sarapan dengan segelas kopi dan sepiring kue kukus atau kue panggang yang menggelitik lidah.
Harum kopi dan kue yang baru selesai di panggang menguar tatkala Ratih membuka pintu dan melangkah masuk. Harumnya menyatu bersama pentrikor ruang yang riang dan secerah sinar mentari yang menyembul dari balik tirai kaca etalase yang transparan.
Baru ada tiga pelanggan yang datang. Satunya pria berkumis dengan usia sekitaran berkepala empat dekat pintu masuk, di temani secangkir kopi yang mengepulkan asap dan secarik koran di genggaman. Ia nampak khidmat dengan suguhan berita hangat yang dirangkai dalam barisan hurup-hurup itu.