Ratih yang terkejut sontak menjatuhkan polpen dalam genggaman seraya bibirnya melapalkan istigfar dan ia bergerak ceroboh menarik tangannya, tetapi tenaga yang mencengkram tangannya jauh lebih besar. Hingga ia terlihat seperti hanya memberontak kecil.
"Astagfirullohal'azim!"
"Ratih, ini aku. Bisa kita bicara?" ucap Hakim menenangkan gadis itu. Cengkraman tangannya pada pergelangan tangan gadis itu tidak jua mengendor, malah semakin kuat tatkala gadis itu masih berusaha melepaskan diri.
"Iya bicara. Tapi lepas dulu. Pergelangan tanganku sakit!" keluh Ratih yang merasakan sakit pada pergelangan tangannya.
"Tidak bisa, Ratih. Kita harus bicara, ada yang ingin aku sampaikan," desak Hakim tak mengindahkan ringisan gadis itu yang tengah menatapnya tajam. Entah mengapa, Hakim merasa bahwa gadis ini akan pergi begitu saja bila ia melepasnya sedikit saja.