Barangkali ia terlalu letih hingga dirnya menjadi teramat sensitif. Sekelebat siluet yang amat dihapalnya membuatnya kalang kabut. Hatinya dibuat gundah gulana hanya karena bayangan yang belum tentu pasti pemiliknya.
Pandangannya menerawang jauh ke luar jendela. Tepatnya pada segumpal bocah anak perempuan manis yang mengeluarkan tawa lembut serupa adonan pastry buatan tangan istrinya. Begitu renyah tawa itu terdengar. Dari tempatnya berdiri, bisa ia lihat jelas bagaimana gadis cilik itu tumbuh dengan sangat baik di bawah perawatan kasih sayang yang terbilang kurang. Di sana, anak gadisnya tengah sibuk meniup balon air bersama seorang teman tetangga seusianya dan diawasi oleh bik Asih—pembantu rumah tangga yang dipercayainya bisa merawat gadis cilik menggemaskan itu.