"Wah kejamnya. Masa aku yang kalem begini di sebut tukang onar. Pasti si Danu yang bilang gitu, ya? Awas saja anak itu," ujar Maryani menggebu dengan tangan yang dikepalkan. Seolah tidak sabaran membalas dendam atas perlakuan pencemaran nama baik.
Ratih menggelengkan kepalanya melihat tingkah Maryani. Tidak heran jika dia disebut tukang onar juara dua setelah Erlina menduduki posisi pertama. Mereka sering berkejar-kejaran dengan anak-anak di sana jika mengganggu teman linnya yang sedang membaca. Ratih jelas tahu jika itu adalah bentuk penyaluran ekspresi sayang masing-masing.
"Ayo. Kita ngobrolnya jangan di sini." Ratih mengajak Maryani pergi dari depan ruangan profesor Karim. Berbicara di depan ruangan dosen tentu bukanlah hal yang bagus. Sebab, itu bisa mengganggu jika sampai terdengar hingga ke dalam.
Suara ponsel Ratih berdering. Panggilan masuk dari Erlina.
[Assalamu'alaikum, Rat!]
"Wa'alaikumsalam. Kenapa, Er?"
[Lagi di mana?]
"Masih di kampus. Baru selesai. Ada apa?"