"Mana mungkin saya berani memahari Bapak atasan. Sekalipun salah, yang namanya pemimpin selalu benar, kaan?" ledek Erlina lalu berjalan melewati Zibran lagi. Pria satu itu selalu membuatnya kesal dengan tingkah tak terduganya. Tetapi terlepas dari itu, ia kadang menjadi mengharapkan kehadiran pemuda itu tanpa sadar. Bahkan tak sekali dua kali ia tanpa sadar mencari keberadaan tubuh itu.
Zibran memperhatikan punggung kecil Erlina yang melewati pintu ruangan mereka dan langsung mengarah ke mejanya sendiri. Mata Zibran menyipit tatkala bibirnya menyunggingkan senyum lalu berjalan menuju ke arah lift. Ia hendak menuju ruangan Azzam, direktur mudanya itu barangkali telah kembali dari rapatnya.
~***~