Sekembalinya ke dapur, Azzam menyeduh kopinya dan memulai sarapannya dengan tenang. Biarlah ia memikirkan nanti bagaimana menghubungi Ratih, ia masih saja merasa canggung terhadap gadis itu.
Sebenarnya ia ingin sekali segera menghubungi Ratih perihal keinginan Eyangnya yang meminta bertemu. Tetapi ini terlalu pagi untuk ia mengganggu gadis itu via telepon.
Ah, mengingat bagaimana keinginan eyangnya yang ingin menjodohkan dirinya dengan sang pujaan, angin musim semi terasa berembus dalam dada pria itu. Ia jadi membayangkan bagaiamana jika eyangnya tahu bahwa gadis yang dinanti adalah Ratih, ia tak bisa mengukur kiranya respon seperti apa yang akan ia lihat.
~***~
Ding!
Ratih mengambil ponselnya dari dalam tas selempang yang tersampir di bahunya seteah dentingan notivikasi pesan masuk itu manyapa pendengarannya. Nama kontak Azzam tertera di sana.