Chereads / Eliminate A Curse / Chapter 19 - Eps. 18

Chapter 19 - Eps. 18

Entah sampai kapan pengaruh serbuk ganggang hijau itu akan bertahan, tapi sekarang Emely dan Chris masih bisa bernapas di dalam air. Namun, Emely juga harus mempersiapkan diri jikalau nanti efek dari serbuk itu mulai berhenti.

"Kita sudah sampai," kata Sang Pangeran Ikan.

Chris mengedarkan pandangan, ia menatap ke segala penjuru dasar lautan yang hanya dipenuhi tumbuhan laut dan batu karang. Sama sekali tidak ada istana di sana.

"Kau yakin ini tempatnya?" tanya Emely pada Eric untuk memastikan.

Eric terdiam sejenak seraya menunduk dalam, ia terlihat sedih. "Ya, inilah istananya. Istana yang sudah hancur dan musnah."

"Maksudmu?" delik Emely.

"100 tahun lalu Istana Duyung diserang oleh kerajaan bagian selatan karena memperebutkan daerah pesisir pantai di dekat Pulau Magland. Kerajaan Duyung sama sekali tidak ada persiapan apa pun. Karena serangan mendadak itu, mereka akhirnya kalah dan bahkan istananya sampai hancur tidak tersisa," jelas Eric, "maaf sebelumnya tidak memberi tahu kalian terlebih dulu. Aku pikir kalian tidak akan percaya sebelum melihatnya langsung."

Tubuh Emely seketika melemas. Harapan untuk menghilangkan kutukannya kembali terancam. "Lalu, bagaimana dengan Putri Duyungnya?"

"Dia ... tewas." Jawaban Eric membuat Chris dan Emely tercengang.

"Kalau begitu, bagaimana aku bisa mengambil sisir kunci emas dari balik rambut Putri Duyung?" Raut wajah Emely langsung berubah gelisah.

"Astaga! Untuk apa kau mengambilnya? Itu adalah senjata sakti sang putri untuk menjaga dirinya sendiri," kejut Eric. Namun, Emely malah terdiam dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Baiklah, tidak apa kalau kau tidak mau mengatakannya. Aku akan tetap mengantar kalian ke tempat peristirahatan abadi sang putri. Kuperingatkan sekali lagi, kunci sisir emas itu adalah benda kesayangan Putri Duyung yang sangat sakti. Maka, aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kau berhasil mendapatkannya. Jadi, tetaplah berhati-hati."

Mereka pun akhirnya berenang kembali dan berujung pada sebuah gua kecil yang dipenuhi mutiara berkilau. Ketiganya langsung memasuki bangunan tersebut dan terpampanglah peti emas yang di dalamnya terdapat seorang wanita cantik sedang tertidur pulas.

"Jadi ... ini Putri Duyung? Astaga, cantik sekali. Padahal dia sudah meninggal satu abad lalu, tapi wajah dan tubuhnya tidak termakan waktu sedikit pun." Mata Chris sampai berbinar kala melihat Putri Duyung itu secara langsung.

Sementara Emely hanya diam, dia terus menatap tubuh Putri Duyung dengan kagum, tetapi raut kesedihan pun kini juga hadir di wajahnya. "Maafkan aku, Putri. Aku harus mengambil benda kesayanganmu. Aku mohon, izinkan aku untuk menggunakannya." Setelah mengucapkan itu, Emely langsung meraih tubuh Putri Duyung untuk merubah posisinya agar terduduk, tentu saja dia dibantu oleh Chris dan Eric.

Emely mulai menyingkap rambut merah sang putri dan seketika ia melihat benda dengan pancaran sinar yang sangat indah. Itu adalah sisir kunci emas yang harus Emely dapatkan.

Dengan perlahan, ia mencabut sisir itu, akan tetapi sesuatu malah terjadi tepat saat sisir kunci emasnya berhasil Emely raih. Sebuah pusaran air yang kencang tiba-tiba datang mengguncang tubuh mereka. Ketiganya terpelanting ke sana kemari terseret arus pusaran tersebut. Bahkan, mereka sama sekali tidak bisa menolong satu sama lain karena terlau derasnya arus air.

Mereka terus berusaha menyelamatkan diri masing-masing, akan tetapi Emely malah melihat Chris sudah terejerumus masuk terlebih dulu ke dalam pusaran itu. Eric hendak menolongnya, tapi terlambat. Dirinya juga malah tertarik masuk ke sana, walaupun dia Pangeran Ikan, tapi tetap saja masalah air berarus deras seperti ini sulit dikalahkan. Untungnya sisir kunci emas itu sudah aman berada di balik rambut Emely.

Emely bingung harus melakukan apa, sebelum dirinya semakin dekat dengan lubang pusaran itu, ia langsung berpikir untuk menggunakan kekuatan telekinesis yang sudah dipelajarinya. Emely mulai menenangkan pikiran dan hati, walaupun nyatanya itu sangatlah sulit dalam keadaan seperti ini. Namun, ia tetap fokus pada tujuannya, yaitu menghentikan pusaran air tersebut.

Air, tenanglah! Tenang! Hentikan pusaranmu ini! Kumohon ....

Seketika air laut berangsur normal, membuat Emely tersenyum senang karena ia berhasil. Detik berikutnya, ia langsung berenang ke arah permukaan, mengamati keadaan sekitar bermaksud mencari kedua pemuda yang tadi menemaninya. Namun, hal yang tak diduga kembali datang. Emely dihadapkan dengan sebuah ombak besar yang langsung melahap tubuhnya tanpa sempat bisa menghindar.

ΦΦΦ

"Kenapa raksasa ini tidak kunjung bangun?" tanya salah satu makhluk kecil berjenggot panjang.

Terlihat makhluk kecil dengan mata besar mendengkus kesal. "Sudahlah, Klipu. Kita pulang saja. Mungkin raksasa ini sudah mati. Lagipula, kalau pun dia masih hidup, dia pasti akan menyantap kita!"

"Tapi raksasa ini cantik, Tlipu. Dan kelihatannya dia baik," timpal Blipu terus menelitinya.

"Awhh ...." Tiba-tiba raksasa yang sedari tadi diperbincangkan kini bersuara dan berhasil membuat terkejut ketiga makhluk kecil di dekatnya.

"Hei, dia sadar!" teriak Klipu antusias.

"Di mana ini?" Emely membuka mata dan langsung mengamati suasana di sekitarnya.

"Halo, kau baik-baik saja?" Klipu melambaikan tangan mencoba untuk menyapa raksasa di depannya alias Emely. Namun, sama sekali gadis itu tak menyadari bahwa ada tiga makhluk kecil di sana.

"Wahai, Raksasa Cantik. Kami di sini!" teriak Blipu menarik sedikit pakaian Emely.

Seketika Emely menoleh setelah ia merasakan ada sesuatu yang menarik bajunya. "S-siapa kalian?" tanyanya terkejut tepat saat melihat ketiga makhluk yang hanya sekecil bolpoin.

"Kau jangan takut. Kami adalah Bangsa Dwarf, penghuni Pulau Liliput," papar Blipu menjelaskan.

"Apa?"

"Ya, sekarang kau berada di Pulau Liliput. Pulau berlanskap mini yang dipenuhi dengan semua hal-hal kecil. Gunung, hutan, pohon, dan sebagainya. Semua itu berbentuk minimalis di sini. Termasuk kami, makhluk kecil sebagai penghuninya." Klipu menjelaskan semuanya dengan tenang. "Walau begitu, Pulau Liliput ini sangat kuat. Sehingga raksasa sepertimu tidak bisa meruntuhkannya, mungkin hanya merusak sebagian yang berdiri di atas tanah pulau ini saja."

"Seperti sekarang, kau merusak sebagian gunung dan hutan di sini!" seru Tlipu terlihat marah.

Kini Emely mengerti, pantas saja saat dia tersadar tadi semua yang dilihatnya berukuran kecil. Apalagi saat melihat mereka bertiga, Emely jadi teringat dengan manusia kerdil atau kurcaci, akan tetapi ini jauh lebih kecil lagi. "Maaf, aku tidak bermaksud merusaknya."

"Kami tahu itu. Ah, iya, namaku Klipu. Ini kedua saudaraku, Blipu dan Tlipu. Kami adalah penduduk Laputa, salah satu desa di pulau ini," ungkap Klipu, "tadi saat kami sedang bekerja, tiba-tiba pulau ini terguncang untuk sesaat. Ternyata penyebabnya karena kau datang terseret ombak dan berakhir terdampar di sini."

"Ombak? Lalu ... kenapa pulau ini tidak tenggelam? Tempat ini terlalu kecil dan ombak bisa melahapnya," ucap Emely masih terlihat heran.

Blipu tersenyum seraya berkata, "Seperti yang Klipu jelaskan tadi, walaupun kecil tapi pulau ini sangatlah kuat. Jadi, saat ombak datang pulau ini seolah hanya tersiram. Semua penduduknya juga sudah terbiasa dengan itu, karena Dwarf bisa bernapas di dalam air. Bahkan, jika keadaan air laut sedang naik, Pulau Liliput ini akan berada di bawah air dan tentunya kami masih bisa menjalani kehidupan di dalam sana."

"Oh, begitu," respon Emely, "omong-omong, apa kalian juga melihat dua pemuda dengan ukuran tubuh sebesar diriku?"

"Tidak, kami hanya menemukanmu seorang diri."

Emely mengangguk paham. Tersadar dari itu, ia mengingat sesuatu. "Sisir kunci emas!" Emely berseru sembari meraba bagian dalam rambutnya yang merupakan tempat ia menyimpan benda itu. Untungnya benda tersebut masih ada.

"Wah, apa itu?" tanya Tlipu antusias.

"Eh, bukan apa-apa. Um ... terima kasih karena kalian sudah menolongku. Tapi aku harus segera pergi," lanjut Emely mengusap puncak kepala tiga Dwarf itu dengan jari telunjuknya.

Emely mulai bangkit. Kini ia sepenuhnya sadar, ternyata Pulau Liliput memang tidak sebesar pulau-pulau lainnya. Sekarang saja Emely seolah merasa berdiri di atas pasir yang hanya berukuran beberapa ratus meter. Pulau itu juga dikelilingi batu karang sebagai bentengnya.

Namun, Emely malah terdiam, dia memikirkan sesuatu. Jika aku berenang, apa efek serbuk ganggang hijau masih berfungsi? Bagaimana jika tidak? Aku harus tetap cari aman.

"Raksasa Cantik, kau mau pergi ke mana?" tanya Blipu membuat Emely meununduk untuk menatapnya.

Emely terkekeh mendengar panggilan tersebut. "Aku mau pergi ke Kota Orycus, tapi aku tidak tahu akan pergi menggunakan apa," cicit Emely.

"Ya sudah, kalau begitu kau tunggulah di sini. Kami akan segera kembali," titah Klipu. Ia langsung pergi mengajak kedua saudaranya. Entah apa yang akan mereka lakukan.

ΦΦΦ

"Zlic, bagaimana? Kau bisa menemukannya?" tanya Chris untuk kesekian kali.

Zlic menjawab, "Dia masih belum terlacak juga."

Mereka sedang berada di pesisir pantai, tidak ada niatan untuk kembali ke Orycus sebelum mereka menemukan Emely. Padahal, hari sudah hampir petang.

Chris mendengkus seraya mengacak rambut, wajahnya yang sangar kini tampak khawatir. "Tadi kau bisa menemukanku dengan mudah, tapi sekarang kenapa untuk mencari Emely kau sangat kesusahan?"

"Aku juga tidak tahu, sepertinya Emely berada di tempat yang dibentengi oleh kekuatan. Jadi aku tidak bisa melacaknya," tutur Zlic terlihat lesu. Padahal, dia sudah berjam-jam menggunakan kekuatannya yang bisa berbicara dengan alam untuk mencari Emely, tapi sampai sekarang semua itu belum ada hasilnya. "Akan kucoba sekali lagi."

Zlic kembali menyentuh permukaan air, matanya terpejam secara perlahan dan kini semua kejadian beberapa jam lalu di dalam lautan sana mulai terekam. Termasuk pusaran air kencang yang menimpa Emely, Chris dan Eric. Namun, sekarang Zlic menangkap bayangan kejadian yang tidak ia lihat sebelumnya, yaitu ombak besar. Dari situ Zlic bisa melihat Emely yang terseret ombak tersebut, akan tetapi semua yang terjadi selanjutnya hanya kegelapan. Zlic sama sekali tidak melihat rekaman ke mana ombak itu membawa Emely pergi.

"Bagaimana?" tanya Chris lagi. Zlic hanya memberi gelengan kepala pertanda tidak berhasil.

ΦΦΦ