Waktu terus bergulir hingga langit gelap mulai datang. Emely terus melatih dirinya sendiri dengan panduan dari Birnbaorn. Sesekali ia mendengkus kesal karena ada yang gagal. Seperti sekarang, dia memusatkan pikiran untuk membuat bunga pada pohon-pohon di sana berjatuhan. Akan tetapi, bunga-bunga itu tidak bergerak sedikit pun.
"Sepertinya kau butuh istirahat," ujar Birnbaorn membuyarkan konsentrasi Emely. "Atau kau pulang saja, besok kita bisa berlatih lagi. Lihat, temanmu juga kelelahan karena terus menunggumu." Birnbaorn menoleh ke arah Chris yang sedang tertidur pulas dengan beralaskan dedaunan besar.
"Tidak. Aku akan tetap di sini dan terus berlatih. Aku ingin segera bisa mengendalikan kekuatanku sendiri dan untuk itu aku juga tidak punya banyak waktu."
Birnbaorn tidak menjawab, dia malah memberi tatapan yang sulit diartikan. Pandangannya pada Emely seolah terlihat sedang kasihan.
"Birn, bagaimana kalau kau membimbingku untuk menggunakan dua kekuatan yang lainnya juga? Lagipula, aku sudah lumayan bisa untuk kekuatan telekinesis. Jadi, sekarang kita bisa berlanjut untuk melatih kekuatanku yang lain, aku harus bisa mengendalikan kekuatan itu secepat mungkin, karena waktunya semakin mendesak." Semangat Emely tampak tak pernah pudar, dia benar-benar bertekad untuk itu.
"Tidak!" Suara Birnbaorn terdengar keras nan tegas, membuat Emely terkejut mendengarnya. Seolah ia enggan untuk membantu Emely.
"Kenapa?"
Birnbaorn mengembuskan napas berat seraya membuang muka. Wajahnya tampak kebingungan.
"Birn, katakan padaku. Kenapa tidak boleh, hah?"
"Karena ... dua kekuatan itu memang tidak bisa kuajarkan padamu. Langkah yang menciptakan getaran dan sentuhan mematikan adalah kekuatan yang sangat dilarang di negeri ini. Kekuatan itu murni berasal dari makhluk kesayangan Dewi Pemberi. Maka, hanya dia juga yang bisa mengajarkannya padamu. Kami yang bukan pengikutnya tidak bisa melakukan itu."
Emely terdiam cukup lama, dia terus mencerna perkataan Birnbaorn. "Dewi Pemberi? Siapa dia? Dan di mana dia sekarang?" tanya Emely, "jawab aku Birn! Biar aku bisa menemuinya."
"Kau tidak bisa bertemu dengannya. Karena wilayah kekuasaannya tak kasat mata, hanya sesama para dewilah yang mengetahui tempat itu."
"Jadi ... maksudmu dua kekuatanku yang lain tidak bisa kukendalikan? Dan aku akan terus tersiksa karena hal itu?" Suara Emely mulai meninggi.
"Maafkan aku, Em. Aku hanya seorang petarung. Apalagi, aku bukan pengikut Dewi Pemberi atau pun rakyatnya. Maka dari itu, aku tidak bisa banyak membantu."
Emely masih tidak terima dengan fakta yang baru saja didengarnya, selama ini ia sudah sengsara karena kutukan dan kekuatan itu. Kemarin harapan besar datang dengan mengetahui bahwa kekuatannya bisa dikendalikan. Lalu, sekarang semua itu hanyalah kepalsuan.
Napas Emely terdengar bergemuruh hebat, dadanya naik turun dengan cepat, ia marah dan membenci dirinya sendiri. Diri yang terbagi dua antara jiwa Emely dan kutukan yang membuatnya bernasib buruk. Hingga akhirnya, amarah yang sedari tadi terpendam kini berakhir dengan jeritan. Jeritan kencang yang menandakan ia akan berubah menjadi makhluk mengerikan.
Birnbaorn melihat semua itu, Chris juga sampai terbangun. Mereka berdua menyaksikan Emely yang bertransformasi menjadi Banshee dengan mata terbelalak. Membuat keduanya takut dan langsung menjauh. Kini makhluk itu berakhir terbang entah ke mana.
ΦΦΦ
Matahari sudah terbit dari kaki langit timur, Chris masih di Pulau Magland menunggu kedatangan Emely. Namun, gadis itu tak kunjung menunjukan batang hidungnya.
"Birn, sepertinya aku harus kembali ke Orycus. Zlic perlu tau perihal hilangnya Emely," ujar Chris tampak lesu.
"Baiklah."
Langkah Chris menuju pesisir pantai terlihat sangat gontai, dia kehilangan satu-satunya manusia yang berasal dari dunianya. Akan tetapi, sebelum Chris benar-benar pergi, teriakan seseorang membuat langkahnya terhenti.
"Tunggu!"
Sontak Chris dan Birnbaorn menoleh ke arah hutan secara bersamaan.
"Emely? Itu kau?" Chris bertanya untuk memastikan.
Sementara, Emely malah tersenyum lebar sembari mempercepat langkah mendekati Chris dan Birnbaorn. "Ya, ini aku."
"Kau baik-baik saja? Semalam apa yang terjadi padamu, hah?" Chris tampaknya sangat mengkhawatirkan gadis itu.
"Aku tidak apa-apa. Sudahlah, lupakan saja kejadian semalam. Sekarang kita harus pergi!" seru Emely bersemangat.
"Ke mana?"
"Birn, terima kasih untuk semuanya. Aku juga minta maaf karena kemarin aku sempat marah di depanmu. Dan untuk masalah dua kekuatan itu, aku sudah tidak memikirkannya lagi. Satu kekuatan yang berhasil aku pelajari saja itu sudah cukup," jelas Emely mengabaikan pertanyaan Chris.
"Iya, sama-sama. Semoga setelah ini kehidupanmu bisa jauh lebih baik," kata Birnbaorn mengusap lengan Emely singkat.
"Ya sudah, kalau begitu kami pergi dulu," pamit Emely.
Chris dan Emely mulai berjalan ke arah pinggir pantai. Langkah Chris yang hendak menaiki perahu malah terhenti karena suara Emely yang mencegatnya.
"Kita tidak perlu naik perahu."
"Maksudmu?" tanya Chris menautkan kedua alisnya.
"Kita akan berenang."
"Hah? Kau gila? Ini lautan lepas dan Kota Orycus itu lumayan jauh dari sini. Memakai perahu saja kita memakan waktu berjam-jam, apalagi dengan berenang. Lebih baik kita naik perahu saja, aku tidak mau napasku terbuang sia-sia karena berenang terlalu jauh!"
"Ck, siapa bilang kita mau ke Orycus?" sarkas Emely mulai kesal karena Chris kembali menyebalkan.
"Memangnya kita mau ke mana?"
"Ikuti saja aku. Dan minumlah serbuk ini." Emely mengambil serbuk ganggang hijau dari kain yang tergantung di pinggangnya.
"Ini ... serbuk yang dari gunung berapi?"
"Iya, sudah jangan banyak tanya. Cepat minum!" Emely langsung meminum serbuk itu terlebih dulu, membuat Chris menelan saliva karena melihat keberanian gadis di depannya.
"Tidak! Kalau beracun bagaimana?"
"Ya ampun, Chris! Kau bisa tidak jangan berpikiran negatif terus? Serbuk ganggang hijau ini adalah cara supaya kita bisa bernapas di dalam air. Kalau kau tidak mau, ya sudah. Berarti napasmu akan terbuang sia-sia!" Setelah mengucapkan itu Emely langsung melompat ke dalam air, ia tidak peduli terhadap Chris yang masih mematung.
"Eh, tunggu! Ck, terpaksa aku harus meminumnya," gerutu Chris langsung meneguk serbuk itu dan menyusul Emely secepat mungkin.
Memang faktanya siapa pun yang meminum serbuk ganggang hijau, maka dirinya bisa bernapas di dalam air. Serbuk itu juga bisa membuat manusia biasa bebas berbicara saat berada di dalam air.
ΦΦΦ
Aksi berenang yang menyenangkan bagi Emely dan Chris, karena ini adalah pertama kalinya mereka merasakan berenang dengan bernapas layaknya di daratan. Mereka juga saling berbicara karena mampu mengerti apa yang diucapkan satu sama lain saat di dalam air. Menurut mereka itu adalah perjalanan yang tidak melelahkan. Justru Emely menganggapnya sebuah hiburan. Karena dia bisa melihat keindahan laut secara langsung.
"Em, sebenarnya kita mau ke mana?" tanya Chris.
"Istana Duyung," timpal Emely singkat.
Chris mengernyit. "Untuk apa?"
"Nanti kau juga akan tahu."
Setelah kurang lebih dua jam berenang ke arah utara, mereka tiba-tiba bertemu dengan makhluk yang mengerikan. Sosok gurita raksasa yang seketika menghalangi perjalanan mereka, kaki-kakinya panjang dipenuhi bintik-bintik besar terlihat sangat mengerikan.
"Monster Trucks!" teriak Chris mulai panik.
"Kau bilang apa?" Emely mengkerutkan dahinya tidak mengerti.
"Ya, itu Monster Trucks! Sama persis seperti pada film yang pernah kulihat di televisi!"
Emely mendengkus, ia tidak sempat berpikir bahwa Chris akan mengatakan hal tersebut. Jelas saja ini berbeda, mana mungkin monster di film itu benar-benar ada.
"Emely! Bagaimana ini? Makhluk itu semakin mendekat!"
Gadis bersurai pirang itu tidak menggubris, ia sibuk mencari jalan agar dapat menghindar. Namun, terlambat. Makhluk yang Chris bilang Monster Trucks itu sudah mengambil alih semua jalan yang akan mereka lalui. Keduanya terjebak tepat di tengah-tengah bagian bawah makhluk tersebut.
Monster tersebut mulai bergerak lincah hendak melilit kedua tubuh manusia di bawahnya, tetapi Chris berhasil menarik Emely dan terhindar dari serangan itu.
Tubuh gempal sang monster kini menggeram, raungannya terdengar menggema sampai air di sana bergetar. Membuat Emely dan Chris semakin takut dan kewalahan, mereka terus berenang pun itu hal yang sia-sia. Karena gurita raksasa itu lebih gesit dibanding mereka.
"Emely, awaaas!" Chris berteriak disertai gelembung air yang keluar dari mulutnya saat melihat Emely terpelanting karena sabitan kaki gurita raksasa.
Tubuh Emely terhempas ke dasar lautan hingga menyentuh batu karang sampai pingsan. Chris hendak menolongnya, tapi monster itu juga berhasil melilit tubuhnya. Membuat napas Chris semakin terkikis karena sesak.
Setelah beberapa menit, tiba-tiba lilitan pada tubuh Chris mengendor. Tubuh licin dengan permukaan kasar itu terkulai lemas dan berakhir jatuh ke bawah. Chris pun heran dengan apa yang terjadi, padahal dia tidak melakukan apa-apa. Akan tetapi, kini ia melihat seseorang berbadan setengah ikan sedang meluncur ke dasar lautan.
"Apa pria itu yang mengalahkan Monster Trucks?" tanya Chris pada dirinya sendiri.
ΦΦΦ
"Kau sudah sadar?" Chris menyambut Emely saat dia terbangun.
Namun, Emely malah mengedarkan pandangan saat tahu dirinya berada di tempat asing. "Di mana ini?"
"Istanaku," jawab seseorang membuat Emely terkejut.
"Ka-kau siapa?" Ucapan Emely sedikit terbata-bata karena melihat tubuh pria yang baru saja muncul itu berbentuk setengah ikan.
"Perkenalkan, namaku Eric. Sang Pangeran Ikan."
"Dia yang sudah menolong kita," sambung Chris.
Emely langsung memberi senyuman pada Eric. "Oh, terima kasih banyak."
"Sama-sama, tapi kau tidak apa-apa, 'kan? Monster Trucks itu memang suka mengganggu makhluk asing seperti kalian."
"Aku baik-baik saja. Jadi benar itu Monster Trucks?" tanya Emely memastikan dan langsung dijawab anggukan cepat dari Eric.
"Apa aku bilang, Em. Itu memang Monster Trucks!" sarkas Chris merasa kesal karena Emely tidak mempercayainya.
Emely hanya memutar bola matanya jengah, dia tidak peduli walaupun hal itu benar adanya. Ia tetap harus fokus pada tujuannya sekarang, yaitu pergi ke Istana Duyung.
"Kalau boleh tahu kau mau apa pergi ke Istana Duyung?"
Emely terperanjat ketika Eric menanyakan itu, ia berpikir kalau pangeran ikan ini bisa membaca pikiran orang.
"Tadi Chris yang bilang padaku," lanjut Eric membuat Emely paham.
"Aku ... ada urusan dengan Putri Duyung," jawab Emely ragu.
Eric mengangguk, dia mengerti kalau Emely tidak memberitahukan maksud yang sebenarnya. "Kalau begitu bolehkah aku mengantar kalian?"
Emely terdiam sejenak, tapi akhirnya dia menerima maksud baik dari pangeran ikan itu.
§§§