Mata Roanne berhenti di Diandra.
Mata Roanne ikut melebar. Rahang nya terbuka lebar lalu segera ia tutup mulutnya itu dengan tangan.
Diandra tertawa seperti ada yang mengelitiki, "Yvorannnn ahahahaha sudahhhhh!~"
Axenor dan Roanne bungkam. Tak mampu berkata-kata.
Dalam pengelihatan Night Vision mereka, terlihat apa yang tidak mereka duga.
7 meter didepan mereka, Diandra masih duduk diatas awan buatan nya sendiri.
Sesosok Elf, merangkulnya erat dan menempelkan dahi nya pada Calon Raja baru kembali itu.
Sosok itu memberikan pedang yang ia pegang pada Diandra. Gadis kecil itu lalu melihat-lihat pedang itu dari ujung sampai ujung.
Perhatian nya jatuh pada ukiran cantik yang ada di pedang itu, "Yvoran Trevor Malient!" ucap Diandra riang. Seperti anak kecil yang baru saja bisa membaca.
Raja 12 Dimensi, urutan 6
Yvoran Trevor Malient.
Berdiri tegak didepan Diandra. Mata biru samudra tajam nya, menatap Diandra dengan bangga, anak itu masih membiarkan darahnya mengalir sampai saat ini.
Raja 6, berpenampilan sangat resmi dan rapi. Pakaian terakhirnya sebelum alam mengambilnya kembali pada Dewata.
Jas hitam dengan motif lingkaran emas, Neckerchief 5 tingkat berwarna putih, celana hitam yang lebar dibagian bawahnya, dan sepatu kulit hitam.
Roanne dan Axenor masih terkesima. Membeku. Tapi mereka masih sanggup bernafas.
"Yvoran?" Diandra memperhatikan ujung pisau pedang Yvoran.
"Hm?" suara Raja 6 itu terdengar menggema namun dengan nada lembut.
"Apa aku juga akan punya senjata sebagus milik mu ini?"
Bibir pink Yvoran melengkung membentuk senyum, disentuhnya kepala Diandra, "Ambil apa yang milik mu. Saat ini, ada yang terlena dengan jabatan karena diri mu menghilang."
Yvoran melirik 2 pemimpin yang membeku total, "Roanne." suaranya menggema tegas.
Sontak Roanne dan Axenor bangun dari lamunan mereka dan berlutut memberi hormat pada Bekas Raja mereka, "Yang mulia Malient..." ujar mereka berbarengan.
"Roanne." tegas Yvoran lagi.
"Y-yang mulia..?" Roanne memberanikan diri, melihat ke kepala Yvoran.
"Adakan upacara Vartanalia. Diandra perlu menandai posisinya saat ini, disini."
"Yang mulia.. Apa alasan hamba nanti?... An-andra belum berusia 17..."
Yvoran mengeluarkan kalung dari dalam jas nya, melepasnya dan mengalungkan nya pada Diandra, "Kami semua akan menunggu di Vartanalia."
"Ten-tentu tentu.. Maha Raja.."
Mata Yvoran berubah biru tua, ia menaruh perhatian nya pada Axenor yang masih tertunduk, "Xenor!" tegasnya keras.
Kaget, Axenor buru-buru menoleh, "Maha..Raja..."
Yvoran menunjuk wajah Axenor dari jauh, "Kau ulangi lagi kesalahan mu, Takkan. KAMI, ampuni."
"Ta-tapi Raja-"
Yvoran mengangkat tangan nya. Memberi tanda supaya Axenor tidak melawan perintah nya.
Axenor bungkam. Tapi amarah terlihat jelas di raut wajah nya. Ia mendecih kesal.
Yvoran kembali pada Diandra, "Pedang ku adalah pedang mu." dielusnya pipi Diandra.
Wajah Diandra sedikit memerah lalu ia mengangguk senang.
"Tapi belum sekarang cantik." pedang Yvoran menghilang perlahan dari tangan Diandra.
Tatapan Yvoran berubah sedih. Sangat sedih, "Jika nanti, waktu mu tiba, Tidurlah ya.. Dunia tidak akan keberatan.."
Diandra memiringkan kepalanya tidak mengerti ucapan Yvoran.
Axenor yang masih kesal, menyimak semua ucapan Yvoran pada Diandra. Namun ia pun tak mengerti maksud kata-kata bagian waktu.
"Kita bertemu di Vartanalia andra." Yvoran tersenyum.
Awan Diandra bergerak maju dan Raja kecil itu memeluk pendahulu nya. Yvoran balas memeluk nya.
Tubuh Yvoran berubah menjadi kelap-kelip keemasan perlahan-lahan. Dilepaskan nya Diandra, "Aku bersama mu cantik. Selalu." Yvoran menghilang sepenuhnya.
Axenor berdiri lalu diikuti Roanne, "Ini semua salah mu."
Roanne menoleh tidak mengerti, "Maksud mu?"
"Malient menghina ku barusan!"
"Dengar, aku tidak tahu soal ada dosa apa kau dengan Yang mulia Malient.. dan itu juga bukan urusan ku. Yang ku minta, hanyalah. KAU, menggangtikan ku mengurus andra."
Diandra menoleh tidak suka. Lalu terbang ke arah Roanne.
"Memang nya anne kenapa?" Diandra berhenti tepat di depan wajah Roanne.
"Sayang.."
"Apa aku..."
Tanah mulai bergerak kembali. Sepertinya akan terjadi longsor.
Roanne buru-buru memeluk Diandra, "Tidak sayang. Bukan aku tidak sayang lagi pada mu."
Diandra mulai menangis, "L-la... lu?..."
"Sayang.. Minggu depan aku akan dapat banyak tugas.. Bagaimana jika aku tidak bisa membagi waktu dengan mu?"
Terdengar tanah jatuh dari kejauhan.
Axenor yang mendengar itu menjadi semakin kesal, "Jangan buat bencana disini. Ini daerah ku. Jangan terlalu seenaknya!"
Diandra menoleh ke Axenor tidak suka dan matanya mulai memerah lagi.
Roanne tepuk jidat, "Permintaan ku hanya ini axen. Kenapa sulit sekali kau kabulkan?"
"Karena 'KITA', tidak memiliki hubungan apapun. Kenapa kau tidak minta Gwen atau Syela? Hmm? Mereka lebih baik." Axenor seperti tidak mau dan menghindar.
"Kau sudah mendengar kata-kata Yang Mulia Malient kan? Kenapa sulit sekali sepertinya kau mengikuti nya."
"Aku sudah bilang apa alasan nya bukan? Jadi sekarang, dengan penuh Rasa Hormat ku, pergi dari sini." Axenor mengibas-ngibas tangan.
Dan
Axenor dan Roanne kembali berdebat.
_
Axenor memegangi kepalanya frustasi, bingung dan segala jenis rasa bingung lainnya, "Jadi kau akan tetap ada disini hah?? Sampai aku mengikuti kata-kata mu?"
Diandra diam disamping Roanne dengan tatapan kosong, mata merah menyala, dan ekspresi wajah nya kelam.
Axenor menoleh ke Diandra. Ditatapnya Raja yang tak ia terima dengan risih dan mencoba mencari dimana specialnya anak itu. Diandra menatap balik Axenor dengan mimik wajah yang tidak bisa dijelaskan.
Mereka bertatapan. Axenor dengan tatapan frustasi, stres, dan tidak menerima nya. Diandra menatapnya tidak suka dan marah.
"Jangan menatapnya begitu. Orang Tuanya membuangnya sejak dulu. apa itu menjawab pertanyaan mu? Jadi kau mau atau tidak mengurusnya?" Roanne menyilangkan tangan didepan dada nya.
Axenor tersenyum sinis, "Pantas." Axenor melihat Roanne dengan sombong, "Sudah ku katakan. Dia bukan siapa-siapa~"
Axenor berubah serius, "Dengar, aku sudah meminta mu baik-baik untuk pergi. Jangan semakin menghina ku."
Roanne balik lebih tegas padanya, "Ini bukan soal penghinaan. Masa depan 12 Dimensi ada didepan mata kita axen. Kau rela melepas nya begitu saja??"
Axenor merangkul pinggang Roanne kasar, membuatnya sedikit terkejut, "AKU. pemimpin Dimensi DeepDarkSide. Mana mungkin Ak-!!"
Tubuh Axenor tertarik lepas dari Roanne secara paksa dan dipaksa untuk berlutut semeter mundur dari Roanne.
Diandra berjalan ke depan Roanne. Ia meninggalkan bonekanya dilantai. Mata merahnya benar-benar menyala. Menatap Axenor tidak suka dan tubuh kecil nya mengeluarkan aura seperti asap berwarna hitam pekat. Mata Diandra dan Axenor lagi-lagi bertemu.
"Kau bukan siapa-siapa. Lepaskan aku sebelum aku lebih kasar. Jangan menguji amarah ku." Mata Axenor tak kalah bercahaya.
Diandra memiringkan kepala nya, "Hng?"
Tubuh Axenor tiba-tiba terpental mundur dan menabrak dinding cukup keras. Diandra menekan tubuh Axenor supaya menyatu dengan dinding hanya dengan melihatnya.
"Satu..."
Axenor mencoba melawan berulang-ulang namun kekuatan nya malah balik menyerang nya dan menghilang begitu saja.
"Dua..."
Darah mulai mengalir dari mulut Axenor.
Entah darimana, dari belakang Diandra muncul banyak pedang dan pisaunya menghadap Axenor. Siap menusuknya dari segala arah.
Panik, Axenor melihat kiri-kanan nya. Mencari alat pertahanan.
*JLEBBB*
*JLEBBB*
2 pedang menancap di sisi kiri dan kanan Axenor. Memblokir akses matanya mencari bantuan.
Dengan menelan Egonya sendiri, Axenor pasrah, "Ughhhh!!"
_____
"Jadi, siapa yang akan menggantikan mu Roanne?" Hakim Dewata tegas namun penasaran.
"Axenor Orvein Dyavlar."
Hakim sedikit terkejut, "Kenapa bukan dari yang lain? Masih ada banyak Dimensi lain yang belum kebagian mengurus Raja-Raja baru."
_____
Diandra tertidur pulas diatas tempat tidur Roanne. Sambil dipeluknya salah satu bantal Roanne.
Beberapa pelayan tengah mengemas pakaian, mainan, obat-obatan, dan barang-barang keperluan Diandra yang lain.
"Andra mungkin akan demam beberapa hari karena berpisah dengan ku."
"Apa peduli ku?" ekspresi nya benar-benar tidak suka.
"Kau masih merajuk juga?"
"Lalu aku harus apa hah?? Menari-nari dijalan karena Calon Raja bersama ku?"
Roanne terkekeh.
"Aku ada 1 hal. Yang harus kau lakukan dan hanya KAU yang lakukan."
"Memberinya makan? Memberinya lagu tidur?" omelnya risih.
"Kalau mau memandikan nya, kau yang lakukan. Kalau makhluk lain, aku tidak menjamin keselamatan mereka."
"Maksud mu?" dahinya mengkerut.
"Kau akan menemukan...."