Chereads / Garuda's Daughter Is THE King / Chapter 14 - Mendidik Ulang Anak Orang

Chapter 14 - Mendidik Ulang Anak Orang

(Siang menjelang sore)

"Aku masih tidak mengerti.. Apa dan kenapa alasan mu lari dan kembali setelah sepuluh tahun? Dan membawa anak manusia itu seperti itu?" Axenor duduk di jendela kamar Roanne seakan itu kamarnya.

Roanne yang sedang berusaha menidurkan Diandra di pelukan nya bingung menjawab, "Dengar.."

"Aku ada didepan mu bodoh!"

"Kecilkan suara mu!"

Axenor berdecak kesal.

"Kalaupun aku mengatakan nya, kau pasti membela makhluk itu." Roanne menidurkan Diandra di tengah tempat tidurnya yang sudah diganti dan dibersihkan.

" 'Makhluk itu'? Siapa yang kau maksud? Maksud mu ada yang tidak suka dengan anak itu?"

"Kau sendiri membenci nya sampai mendarah daging kan?" Roanne menatap Axenor datar.

" 'Benci' eh? Itu kata yang terlalu dalam. Tapi benar~" Axenor nyengir.

Roanne memutar bola matanya.

"Tapi aku melihat kemampuan nya berduel." Axenor menatap Diandra dari kejauhan.

Anak itu memakai gaun tidur kuning yang sedikit transparan dengan resleting dibelakang nya. Lengan panjang. Rambut hitam kecoklatan nya tergerai bebas.

Roanne menyelimuti nya sampai bahu. Roanne juga memberi anak itu sebuah alat medis kecil berbentuk kotak berwarna ungu dan Diandra langsung memeluk alat itu mesra.

"Hoo kau melihat nya?" Roanne berjalan ke meja yang terdapat air minum disana.

"Anak itu bilang, kau yang mengajarinya banyak teknik berpedang." Axenor menaikan satu kakinya ke jendela.

"Andra memiliki bakat dan ia juga liar." Roanne minum segelas air bening.

Axenor tertegun, "Maksud mu?"

Roanne sedikit tersedak, "Bukan itu!"

Axenor terkekeh nakal.

Roanne geleng-geleng kepala.

"Seingat ku, dia memiliki boneka?" Axenor memicingkan mata. Mengingat-ingat.

Roanne menoleh lalu meledeknya, "Hoo? Ingat? Baru 3 kali kau bertemu dengan nya~"

"Aku hanya ingat. Salah??" Axenor menatapnya datar dan tidak suka.

Roanne terkekeh, "Tentu saja tidak. Tuan axen~" Ia membungkuk singkat. Pura-pura memberi hormat pada Axenor.

Axenor memutar bola mata lalu memperhatikan Diandra.

Anak itu tidur dengan posisi menghadap ke kanan. Axenor ada di belakang nya. Berarti Diandra membelakangi Axenor. Ia menangkap sesuatu di punggung Diandra, lalu memicingkan mata. Berusaha menadapatkan gambaran yang lebih jelas.

Ada sebuah bercak hitam? Di punggung Diandra. Namun samar-samar karena tertutup kain baju orange nya.

Penasaran tak ia tahan, "Kenapa ada sesuatu berwarna hitam di punggung nya?"

Roanne yang sedang mengikat rambut nya seperti ekor kuda menoleh ke Diandra, "Intinya. Sudah ku bilang kalau mau mengganti pakaian nya, pakaian apapun itu, kau yang ganti." Roanne selesai mengikat rambutnya.

"Tapi dia itu perempuan Roanne. Jangan bercanda."

"Mau bagaimana lagi? Tapi kau juga tidak perlu benar-benar memandikan nya atau apa. Cukup temani saja dia mandi dan berikan pakaian nya. Dia sudah mengerti sendiri."

"Masuk?"

"Masuk kemana maksud mu? Kamar mandi? Yeah. Bersama nya." Roanne melakukan eyesmile.

Axenor menepuk dahi, "Besok aku gila."

"Semoga saja~"

"Kau ini."

Roanne terkekeh.

Seperti baru ingat sesuatu, Roanne menatap Axenor serius. Yang ditatap bingung, "Kenapa kau menatap ku seperti itu?"

"Kalau dia marah atau.. sedang 'panik'.. Kau pakailah baju jirah mu."

Axenor menatap Roanne aneh, "Kenapa? Ku rasa itu tidak perlu."

Roanne memutar bola mata lalu berbalik. Membelakangi Axenor, "Lihat ini.."

Roanne yang terkenal sebagai Pemimpim Assassin Wanita pertama, pemimpin yang selalu memakai korset dan celana cukup ketat.

Yeahhh

Alasan nya adalah agar ia mudah bergerak cepat.

Sekarang ini ia memakai korset hitam polos dan celana coklat. Sepatu ber-hak boots tidak terlalu tinggi.

Roanne memegangi rambutnya diatas kepala. Agar Axenor bisa melihat apa yang ia maksud.

Mata Axenor melotot.

Melihat banyak sekali luka sayatan besar di punggung Roanne. Kalau diteliti lagi, seperti ya semua luka itu dalam hanya tertutup rambut panjang nya dan dibantu korset.

Axenor melihat ke Roanne lalu Diandra dan begitu terus selama beberapa saat, "Kau bercanda! Anak itu menyebabkan semua itu??"

Roanne hanya mengangguk.

Axenor berdiri dengan tidak percaya, "Kau saja seperti itu. Nasib ku bagaimanaaa??"

"Setidaknya kau mati dalam keadaan penuh berkat Dewata karena merawat anak Raja." ledek Roanne.

"Jangan bicara sembarangan!" Axenor tidak percaya bercampur bingung, penasaran dan tidak mengerti menjadi 1 rasa sekaligus.

"Itulah kenapa.." Roanne melepaskan rambutnya, "Kalau andra ingin kau menemaninya, kau ikuti apa mau nya. Maka nyawa mu akan aman."

'Mengurus Raja taruhan Nyawa' Umpat Axenor sebal dan tidak percaya sekaligus tidak suka.

"Dan alat medis yang barusan kau berikan pada nya? Itu apa lagi?" Axenor menunjuk Diandra yang tertidur pulas. Tidak peduli pembicaraan para pemimpin bertetangga beda wilayah itu.

"Alat rekam jantung." Roanne terlihat santai saat menjawab.

"Untuk?"

"Dia tidak bisa tidur jika ku tinggal walau hanya untuk minum atau ke kamar kecil."

"Jantung siapa yang ia dengarkan?"

"Suara jantung ku. Andra terlalu hebat sampai bisa membedakan setiap suara jantung makhluk lain."

"Jadi ia tenang jika mendengarkan suara detak jantung?" Axenor memastikan.

"HANYA. Yang ia kenal betul dan ia sayang."

"Aku besok benar-benar mati." Axenor menutup wajahnya frustasi.

Roanne mencubit hidung atasnya sendiri. Tidak mengerti kenapa Axenor se-bodoh ini, "Kau."

Axenor menoleh.

"Cukup beri dia kasih sayang mu. Maka nyawa mu akan tetap ditempat nya Garuda. Kenapa hal-hal seperti ini saja kau tidak tahu?"

Tidak terima, Axenor protes, "Aku tidak punya anak dan aku Anti-Romantik."

"Sudah tahu. Sekarang kau pulang lah! Aku lelah dengan kebodohan mu." Roanne mengibas-ngibas tangan.

Axenor menoleh pada Diandra, "Aku tidak perlu membawanya pulang?"

Roanne menatap Diandra, "Jangan dulu.. Kau lihat tadi dia seperti apa setelah terpisah dengan ku. Dan juga, kau belum ia percaya."

"Raja macam apa lagi ini Dewataaa"

"Sudah sana!" Roanne menendang kaki Axenor.

"Jangan kasar cantik. Kau yang membawaku dalam masalah ini. Bagaimana kalau aku berubah pikiran?~" ledek Axenor.

Roanne tersenyum sinis, "Kau akan jatuh hati pada andra."

Axenor berjalan keluar kamar dan berhenti diambang pintu, ia berhenti sebelum menutup pintu, "Coba saja. Aku tidak pernah memiliki hati."

"Datang ke sini untuk menjeput nya besok pagi." Roanne bersandar ke meja kerja nya yang dipindahkan ke kamar nya karena perintah Hakim Dewata.

"Ya ya ya ya." ledek Axenor melangkah pergi dan para pengawal menutup pintu dari luar.

'Aku menunggu. Saat dimana, ia akan khawatir setengah mati karena anak Raja hilang dari pengawasan nya.' Roanne tersenyum ingin tertawa. 'Lihat saja axen. Andra akan memenangkan hati mu mulai besok~"

_____

(Petang Hari•Ruang kerja Axenor)

Pemimpin DeepDarkSide itu sedang merenung. Menatap keluar jendela besar tak berkaca dengan bertopang dagu.

Seorang pelayan masuk membawa nampan emas berisi seteko anggur dan sebuah gelas Wine.

Ia membungkuk didepan meja Axenor dan pemimpin nya itu sedang membelakangi nya, "Tuan..."

"Berikan segelas pada ku." Axenor membuka tangan kanan nya meminta segelas anggur.

Pelayan kurcaci pria itu pun menuangkan segelas anggur lalu berjalan pelan ke arah Axenor dan memberikan pemimpim nya itu gelas kesukaan nya.

"T-tuan.. Maaf..."

"Hm? Ada masalah?" Axenor menerima gelas nya dan sedikit menoleh ke belakang meski matanya masih entah kemana.

"Ampuni hamba.. Tapi.., kemana anak Raja t-tuan...?"

Axenor memutar kursinya dengan kekuatan telekinesis nya dan menghadap ke pelayan pribadinya itu, "Ada apa memang? Anak itu melakukan kenakalan?"

Pelayan kurcaci bertubuh lumayan kecil itu menggeleng kuat, "B-bukan tuan.."

"Lalu?" Axenor meminum anggur nya.

"Maaf.. Anak Raja itu sangat manis tuan.. ha-hamba senang m-melihat ny-nya.." pelayan itu sedikit tersenyum.

Axenor berhenti minum lalu menatap wajah pelayan pribadinya itu dengan alisnya yang naik sebelah.

Pelayan nya itu mundur karena takut, "M-maaf.. tuan.. R-Raja 7 ini.. Sangat mirip dengan Y-yang mulia D-Do-Dormal..."

Axenor menatap mata pelayan nya itu, "Ennqu Lélany Dormal?"

Pelayan nya hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ingatan mu lumayan juga." Axenor melanjutkan minum.

"Terimakasih tuan.."

_____

Matahari bersinar dengan cerah. Tak ada tanda-tanda aneh atau tanda bencana. Semoga..

Axenor sedang bersiap menjemput Anak asuh barunya itu. Dengan berat akan harga diri dan ego nya, ia berangkat dengan sedikit malas. Ditemani 2 pelayan pribadinya, 4 calon pelayan Diandra dan beberapa pengawal. Tidak menggunakan kereta kuda. Tapi dengan pegasus nya saja. Pegasus putih miliknya.

_

Axenor mengetuk kamar Roanne dengan sangat malas dan berat. Tak ingin ada disana lama-lama.

Tiba-tiba pintu terbuka sendiri tanpa dibukakan oleh pengawal. Para pengawal penjaga kamar pribadi Roanne menoleh pada pintu yang mereka jaga. Siapa yang membuka pintu? Pikir mereka heran.

Sebuah tangan mungil keluar dari sela pintu lalu sebuah kepala mungil. Melihat siapa yang datang.

Semua mata yang ada disana melebar.