Sudah diduga sebelumnya kalau Gara akan dianggap sebagai batu loncatan agar dia menoleh dan memberi keringanan. Setiap hari, mulai saat ini, banyak sekali yang memanggilnya bos, tuan, pak Gara.. Ah, terdengar aneh sekali.
Hari demi hari, Gara hanya berkutat pada banyaknya pertemuan. Dia bahkan sampai tidak punya waktu untuk sekedar makan malam dengan Maharani lantaran pulang selalu tepar.
Jujur, rasanya rindu pada masa-masa kuliah saat bisa bebas jelajah tanpa memikirkan soal uang dan pekerjaan.
Mungkin, dari sini lah Gara tahu kalau cari uang itu susah. Gak boleh asal serobot, gesek langsung habiskan. Ya, meskipun Gara memang selalu dimanja orang tuanya. Apa-apa
terpenuhi. Enaknya jadi anak Sultan.