Ada yang lain dari mimpiku sebelumnya, menikah bersama pasangan lain pengantin di hari yang sama. Aku fikir Bunga hanya bercanda, tapi ternyata tidak.
Kami berempat sudah selesai dengan ikrar janji dengan pendeta. Aku merangkul Letta, awalnya ia yang paling menolak tentang pernikahan barengan ini. Ya kali, seumur hidup tapi couplean gini. Tapi ajaibnya, kami tetap menikah. Ibu negara mana bisa di lawan.
Bertempat di sebuah gedung mewah di Jakarta, aku dan Letta sudah sibuk dengan meladeni para tamu undangan yang sebagian besar adalah teman mertuaku. Sedari tadi aku hanya nengikuti ke mana langkah kaki Letta berhenti, di situlah aku berada. Kami akhirnya duduk karena terlalu lelah.
"Nanti malam kita tidur di mana, Taa?" tanyaku, sambil mengusap punggung tangannya.
"Di hotel maybe, aku sengaja sih soalnya di rumah rame banget. Keluarga deket Papa pada dateng,"
Mataku menyipit, "Sengaja check-in hotel buat MP?"
"MP? Apaan MP?"