Ara melompat untuk menyelamatkan nyawa nenek yang hampir tertabrak itu.
"Nenek tidak apa-apa?"
Ara segera memeriksa keadaan nenek tersebut, selepas keduanya yang terlempar ke tepi jalan. Sedangkan truknya pergi begitu saja tanpa berhenti, apa lagi memeriksa keadaan sekitar.
"Nenek baik-baik saja, Cu. Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawa nenek… Nenek tidak tahu jika nenek sudah sampai jalan raya, dan nenek juga tidak tahu kalau ada truk yang sedang melintas."
Tutur nenek itu dengan perasaan senang. Dia tampak meraba-raba wajah Ara yang duduk berhadapan dengannya.
"Apa nenek ini buta? Maksudku, apa nenek tidak bisa melihat?"
Firasat Ara mengatakan demikian, karena bukan tidak mungkin dia bertanya hal tersebut melihat keadaan nenek yang meraba-raba wajahnya.
"Nenek memang tidak bisa melihat, tetapi nenek bisa membaca hati dan pikiranmu, Cu…."
"Apa maksud nenek?"