Berlanjut.
Luna setelahnya bergegas pergi menuju istana. Dia tak mau berlama-lama hanyut dalam dukanya. Dirinya harus segera memberikan perawatan bagi Hendry sebelum semuanya terlambat. Jika itu terjadi, maka seumur hidup pun Luna tidak akan memaafkan dirinya.
"Luna!"
Ibunya memanggil tatkala Luna yang kembali dengan keadaan panik. Dia berjalan begitu saja melewati Ibunya tanpa menyapa atau melihatnya juga.
Seakan-akan dia marah pada Ibu. Namun, itu dikesampingkan terlebih dahulu oleh Luna. Dia sekarang harus memanggil tabib istana untuk menyembuhkan Hendry.
"Tabib!"
Dia berteriak mencari tabibnya, dan membuat keributan di istana. Ibunya terus mengikuti kemana Luna pergi. Seolah dia tidak melihatnya, Luna tidak memperdulikan itu.
Fokusnya hanya pada tabib istana yang sampai sekarang belum dirinya jumpai.
"Pelayan! Segera siapkan tanaman obat untuk menyembuhkan luka! Satu lagi, segera temui tabib istana, dan katakana jika aku sedang mencarinya sekarang!"
"Baik, Yang Mulia!"