Hari berikutnya. Pagi yang ceria, sang surya bersinar terang menyapa para makhluk bumi.
Zhuge Liying sedang merenggangkan otot-otot tangan yang kaku, sembari menghirup oksigen pagi hari.
"Salam hormat pada Guru Zhuge." Dua orang murid datang pada Zhuge Liying pagi-pagi seperti ini.
Keduanya terlihat ramah. Senyuman dan salam hormat mereka juga sangat sopan. Zhuge Liying menyambut keduanya.
"Kalian siapa?" Dia menghampiri Yu Xi Chen, beserta Shangkuan Ye. Keduanya adalah putra-putri dari Shangkuan Yun.
"Perkenalkan. Nama saya, Shangkuan Ye dan ini adalah adik saya. Yu Xi Chen."
Yu Xi Chen merendahkan tubuhnya, "Salam kepada guru. Nama saya, Yu Xi Chen. Namun, yang lain biasa memanggil saya Yu Xi."
"Salam hormat untuk kalian juga. Mari!" Zhuge Liying menuntun Yu Xi dan Shangkuan Yun untuk ke meja yang ada di sana.
"Terima kasih," ucap keduanya menurut.
Yu Xi dan Shangkuan Ye kembar tak seiras. Zhuge Liying baru pertama kali bertutur sapa dengan Yu Xi dan kakaknya. Maka dari itu dia memutuskan untuk minum teh bersama.
"Silahkan!"
"Terima kasih."
Yu Xi dan Shangkuan Ye duduk seperti yang Zhuge Liying perintahkan. Tiga kursi untuk tiga orang, dan cangkir serta teko teh sudah tersedia di meja.
"Mari diminum!" Zhuge Liying menuangkan teh di cangkir Yu Xi dan kakaknya. Tidak lupa dia juga mengisi cangkir tehnya.
"Bersulang!" ujar Zhuge Liying mengajak.
"Bersulang untuk guru!" balas Yu Xi, lalu dibarengi suara Shangkuan Ye.
Mereka meneguk tehnya sampai habis. Setelahnya meletakkan cangkir tehnya. Kedatangan Yu Xi serta Shangkuan Ye tentu bukan untuk meminum teh saja.
"Aku dengar. Kalian ini adalah anak dari Shangkuan Yun, benar?" tebak Zhuge Liying memastikan.
"Guru benar. Kami memang anak dari dari Shangkuan Yun. Dia adalah adikku," sambil menunjuk Yu Xi Chen.
Zhuge Liying menganggut paham. Sebelum mereka menjelaskan, sudah tentu Zhuge Liying sudah mengetahuinya. Hanya saja dia tak mau menebak, dan biarkan saja mereka yang menjelaskannya.
"Maafkan kami guru, karena kami baru memperkenalkan diri kepada guru," ujar Yu Xi Chen.
"Sebelumnya kami sedang berada di luar perguruan. Jadi kami baru menemui guru sekarang," sambung Shangkuan Ye menambahkan.
"Benar yang dikatakan Shangkuan Gege. Kami memiliki tugas di luar desa, Ayah yang memberikan tugas tersebut. Jadi, kami harus keluar dari perguruan tanpa tahu kaar di Dao Bao Hu," beber Yu Xi kembali.
"Aku bisa memahami perasaan kalian. Tidak masalah. Aku pun belum sepenuhnya berkenalan dengan murid-murid yang lain. Tentu ini memerlukan proses yang panjang bukan? Jadi, nikmati saja. Terima kasih karena sudah menyapa diriku."
"Bersulang!"
Zhuge Liying mengisi kembali cankir mereka, termasuk cangkirnya.
"Bersulang!" Yu Xi serta Shangkuan Ye menanggat cangkir mereka. Beradu kedua cangkir dan milik Zhuge Liying lalu meneguknya bersama-sama.
Tidak berselang lama, Yue Yi menghampiri Zhuge Liying, "Nona." Dia mengatakannya demikian di depan Yu Xi serta Shangkuan Ye.
"Ya." Zhuge Liying berbalik, memandang Yu Yi dan kedua muridnya ikut bertanya-tanya. Mengap Yue Yi hanya memanggil 'Nona', saja?
"Maaf. Jika kehadiran saya mengganggu. Saya akan pergi dan kembali, jika kalian sudah selesai berbicara," tutur Yue Yi merendah.
Menunduk, sembari memainkan menggosok-gosok jari-jemarinya. Zhuge Liying membaca pergerakan tangan Yue Yi. Ada hal yang ingin dia katakan, tetapi dia enggan mengutarakannya.
"Sepertinya sampai di sini saja perbincanan kita, Guru. Kami masih harus berlatih dan bertemu dengan guru Yi Kong Si," kata Shangkuan Ye.
"Benar guru. Kami juga belum berjumpa dengan Ayah. Kami akan sering datang kemari dan menikmati teh yang guru sediakan. Tehnya sangat lezat," puji Yu Xi Chen, sembari beranjak dari kursi.
"Hahaha, maafkan atas ketidak nyamanan ini. Tentu kalian dapat berkunjung ke temparku kapanpun kalian inginkan. Aku akan senang hati menyambut kalian dan kita akan menikmati teh bersama-sama kembali."
Zhuge Liying sumbringa, mendapat kunjungan dari dua muridnya. Meskipun ini sangat singkat, tetapi Zhuge Liying menikmatinya.
"Hormat kepada guru!" Keduanya menyalami Zhuge Liying. Setelahnya baru pergi.
Zhuge Liying memandang Yue Yi. Gadis itu masih menunduk, sedangkan dirinya bukan seseorang yang bisa merendah begitu saja.
"Mereka sudah pergi. Jika ada yang ingin kau katakan, maka katakan saja," ujar Zhuge Liying, sembari menuangkan teh di cangkirnya kembali.
Zhuge Liying memang selalu tahu watak dan sifatnya, "Kau ini memang selalu tahu," tuturnya, beranjak cepat dan duduk.
"Aku dengar, kau menantang Feng Li Qian untuk bertarung, benar bukan?" tanya Yue Yi penasaran.
"Ya, benar." Zhuge Liying langsung membenarkannya. Tidak ada yang dirinya sembunyikan.
"Astaga. Kau tentu masih waras pukan?"
Yue Yi menyentuh kening Zhuge Liying, memeriksa apakah dia sedang demam atau tidak?
"Jelas. Aku masih memiliki akal sehat. Lepaskan tanganmu dariku!"
"Aku akan pergi untuk melihat-lihat. Jika kau penasaran, maka ikuti diriku!" gerundel Zhuge Liying, sambil bangun.
"Hei!"
Dia malah pergi. Zhuge Liying kesal mendapat ejekan dari temannya.
"Astaga. Mengapa dia marah? Aku hanya bertanya saja. Mengapa dia harus marah?"
"Hei, tunggu akua!"
Yue Yi menyusul di belakang. Entah kemana Zhuge Liying akan pergi, dengan keadaan yang marah seperti itu.
****
Kediaman Feng. Tempat di mana Feng Li Qian tinggal, dan berlatih.
Pria yang usianya sudah menginjak 30 tahun tersebut, sedang melakukan latihan ringan.
Pemanasan awal, menghirup udara dan sedikit perenggangan otot-otot.
"Tuan!" Salah seorang pelayan membawakan Feng Li Qian pedang. Senjata yang selalu menemani disetiap langkah Feng Li Qian.
Dia menggenggam pedangnya seperti orang-orang pada umumnya. Sedikit diayunkan pedangnya, sebagai pemanasan awal.
Di sekelilingnya sudah ada boneka-bone jerami yang akan menjadi sasarannya. Feng Li Qian memang sering menghabiskan waktu untuk berlatih sendiri, sebab itu akan membuatnya lebih mengasa kekuatannya.
Sebelum latihan dimulai. Kedua mata Feng Li Qian ditutup terlebih dahulu, dengan sehelai kain hitam yang tebal.
"Tuan sudah siap?" tanya pelayannya.
Feng Li Qian menganggut, tanda bahwa dirinya telah siap.
Pelayannya melangkah mundur lalu setelahnya, dia mengeluarkan sedikit kekuatan.
THEK ....
Boneka-boneka jeraminya terangkat dan melayang di udara. Pelayan itu mengendalikan para boneka tersebut. Para boneka jerami terbang mengitari Feng Li Qian.
Feng Li Qian berusaha berkonsentrasi. Dia tidak bisa melihat pergerakan boneka, tetapi dirinya bisa merasakan pergerakan boneka-boneka tersebut dengan telinganya.
Hub ....
Dia melompat, dan mengenai salah satu boneka. Serangan pertamanya berhasil. Namun, masih ada 10 boneka yang harus dirinya serang.
Latihan masih sedang berlangsung, Zhuge Liying telah hadir di sana. Dia melihat sedikit kemampuan dari permainan pedang Feng Li Qian.
Tanpa berpikir panjang, Zhuge Liying langsung ikut bergabung. Akan tetapi, dia tidak menyerang Feng Li Qian.
"Minggir kau!" Dia meminta pelayan Feng Li Qian untuk pergi dan dirinya sendiri yang akan mengambil alih latihan tersebut.
Kekuatan Zhuge Liying siapa yang tahu? Selain menguasai empat elemen alam dan membaca pikiran seseorang, Zhuge Liying juga memiliki kelebihan lain.
THEK ....
Bersamaan, dia mengeluarkan kemampuannya yang lain yaitu. Para boneka-boneka jeraminya menjadi hidup.
Tersisa lima boneka jerami yang belum Feng Li Qian kalahkan dan saatnya dia merasakan latihan yang sesungguhnya.
Feng Li Qian mendapat serangan dari belakang. Dia mencoba melawan dan berbalik menyerang.
Tidak berhenti sampai di situ. Serangan bertubi-tubi dari arah depan dan samping diterima Feng Li Qian.
"Apa yang terjadi?" Dia membuka penutup matanya. Baru diketahui, jika boneka jeraminya memang hidup layaknya manusia.
Feng Li Qian melihat ke bawah, sudah ada Zhuge Liying di sana, "Awas kau!" Dia mengerutu, kesal serta marah.
"Kau harus tetap fokua, murid Feng!" Zhuge Liying berteriak dari bawah. Seolah memberi semangat pada Feng Li Qian.
Ssst ....
Gerakan cepat Feng Li Qian lakukan. Menghindar dari boneka-boneka yang terlihat marah.
Merasa dipermainkan. Feng Li Qian mengamuk. Tentu da akan menyerang satu persatu boneka jerami tersebut.
"Dia pikir, dirinya itu siapa? Aku murid Feng. Aku murid terhebat di Dao Bao Hu. Dirinya tidak bisa melawanku dengan boneka-boneka kecil saja ...."
"Mari, aku akan tunjukan kehebatan dari murid Dao Bao Hu!"
Meskipun Feng Li Qian tidak mengatakan dengan suara keras, tetapi Zhuge Liying masih sapat mendengarnya secara jelas.
"Rupanya kau ingin berlagak sombong padaku. Baik, aku akan tunjukan bagaimana latihan yang sesungguhnya!" sungut Zhuge Liying dari bawah.
Sementara Feng Li Qian berhasil mengalahkan boneka-boneka jerami tersebut, Zhuge Liying yang akhirnya tampil.
Dia terbang menuju Feng Li Qian. Sejak awal pertemuan, mereka tidak pernah akur dan Zhuge Liying sudah menantang Feng Li Qian kemarin.
"Bagaimana? Apa kau ingin berarung melawanku, murid Feng?"
Terdengar kasat, tetapi itu adalah tandangan dari Zhuge Liying.
Feng Li Qian memandang guru barunya, "Aku tidak akan melawan guru," kata Feng Li Qian.
Feng Li Qian berbalik arah, tidak mau dirinya melawan gurunya sendiri.
"Mengejutkan sekali. Rupanya murid terebat Dao Bao Hu seorang pengecut!"
Feng Li Qian tersulut dan berbalik kembali. Menatap tajam Zhuge Liying yang sudah merendahkan dirinya.
"Kau memang pengecut. Seorang pendekar sudah pasti akan menerima setiap tantangan dan bukan menolaknya. Hahaha ...."
Tertawa, puas hatinya melihat pendekar yang mengaku hebat, tetapi keberaniannya tidak ada.
"Aku akan bertarung dengan guru sekarang!"
"Hm?" Zhuge Liying bergumam.
"Kau serius?"
"Tentu aku serius. Kali ini aku akan melawan guru!" sungut Feng Li Qian.
Sempat menolak, akhirnya Feng Li Qian menerima tantangan tersebut.
"Baik. Aku menerimanya."
Zhuge Liying akan meladeni kekuatan Feng Li Qian, menjajal sampai kemapuan murid terhebat dari Dao Bao Hu.