Chereads / PENDEKAR TERKUAT DI ALAM SEMESTA / Chapter 23 - MAYAT HIDUP

Chapter 23 - MAYAT HIDUP

MAYAT HIDUP.

Di hari berikutnya. Ini hari pertama Zhuge Liying menjabat sebagai pemimpin tertinggi sektor Lotus, dan sekaligus guru di Dao Bao Hu jug.

Di dalam ruangan luas, tetapi cenderung gelap. Ini adalah ruangan kerja milik Shangkuan Yun dan tempat rapat pribadi untuk para murid senior.

Di dalam sana sudah hadir, Shangkuan Yun, Zhuge Liying, Su Ling Hua, dan tidak ketinggalan empat murid terkenal Dao Bao Hu--Feng, Yu, Liu, dan Zhao Yi. Semua telah berkumpul dalam satu ruangan yang sama, dan di bawah satu atap yang sama pula.

"Tuan Shangkuan. Tuan Shangkuan!" Seorang murid laki-laki tiba disana dengan bereteriak dan tergesah-gesah cemas.

Dia duduk tersungkur di hadapan para petinggi Dao Bao Hu itu.

"Ada Apa?" tanya cepat Shangkuan, terhadap salah satu muridnya itu.

"Gawat tuan! Ada masalah darurat Tuan, dari desa tetangga!" ucapnya dengan kepalanya yang tertunduk ke bawah.

"Jelaskan!" pi6nta Shangkuan Yun.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada desa tetangga, jelaskan kepada kami semua," katanya lebih lanjut.

Yang lain pun diam dan ikut menyimak seperti penonton.

"Ini sangat buruk Tuan! "

"Desa tetangga telah hancur."

"Menurut laporan desa itu diserang oleh mayat hidup, yang berkekuatan besar!"

Murid itu berkata dan menjelaskan semuanya kepada para pendekar hebat yang sedang berkumpul di sana. Tangan kanannya yang menekuk kedepan dan menyembunyikan wajahnya.

Penjelasannya begitu cepat dan terpatah-patah akibat cemas dan gelisah, itu menandakan bahwa situasi dan keadaan desa tetangga tersebut sangat buruk.

"Apa yang kau katakan? Desa tetangga di serang oleh para mayat hidup?"

Soktak Shangkuan Yun mengajukan pertanyaan cepat, dan yang lainnya ikut tersentak.

"Ya, Tuan!. Mata-mata kita melaporkan, desa M--Desa Fiksi, di serang secara brutal oleh para mayat yang hidup kembali," akunya jujur.

"Akan tetapi para mayat hidup itu, sangat kuat sampai-sampai seluruh pendekar yang ada di sana telah dibandai habis oleh mereka," bebernya di bawah tekanan, sambil mengeluarkan keringat dingin.

"Sungguh sehebat itu?" Liu berkata dan hadir bertanya di tengah-tengah laporan ini.

"Its diamlah!" Zhao Yi segera menegurnya. Dia menekan kepala Liu yang keras itu, agar dirinya yang banyak bicaradapat diam tidak usah ikut campur dulu.

"Aduh!" gushar Liu yang tidak keras, sesaat bagian kepalanya itu di tekan dengan keras oleh Zhao Yi.

Shangkuan Yun menyelengos, memperhatikan Zhao Yi dan Liu. Bukan hanya dia saja Su Ling Hua dan Zhuge Liying pun ikut melihat dan memperhatikan mereka berdua.

"Apa hanya ini saja loparanmu?" tanya Shangkuan Yun fokus kembali pada laporan dari muridnya.

"Ya, Tuan. Hanya ini yang dapat saya sampai kan kepada Tuan, dan para pemimpin semua!"

"Baik. Kau bisa pergi!" Perintah Shangkuan Yun.

"Terima kasih informasimu ini."

"Dan kau dapat kembali ke posisimu," tutup Shangkuan Yun.

"Siap Tuan!"

Tubuh yang masih membungkuk. Murid itu mulai melangkah mundur. Lima langkah kebelakang, tidak lama kemudian berbalik badan. Setelah itu barulah pergi.

Laporan telah selesai, dan kini tinggal para petinggi Dao Bao Hu memikirkan bagaimana cara memusnahkan para mayat hidup tersebut? Karena bukan hanya desa M saja yang hancur akibat serangan mayat hidup tersebut.

Akan tetapi dalam kurun waktu satu bulan terakhir sudah ada laporan 15 desa tetangga yang hancur dalam serangan para mayat hidup. Entah dari mana mayat hidup datang? Kedatangannya membawa dampak buruk bagi negeri ini.

"Paman guru ini sudah ridak bisa di diamkan lagi."

"Dalam satu bulan terakhir sudah ada laporan 15 desa yang hancur, dikarenakan para mayat yang hidup kembali," tutur Feng Li Qian.

Dia berdiri tepat di samping kiri dari Shangkuan Yun, dengan peta besar yang terletak di atas meja bundar yang ada di depan mereka.

Itu peta besar yang berisikan lokasi-lokasi desa yang berada di bawah kekuasaan Negeri Ming.

"Ya kau benar sekali".

"Di sini kota A!" ungkap sedikit dari Shangkuan Yun. Dia menggenggam sebuah batang bambu kecil, menjadikan batang bambu tersebut sebagai penunjuk pada peta besar.

"Satu bulan yang lalu, kota A ini menjadi kota pertama yang di serang oleh para mayat hidup," tutur Shangkuan Yun, sambil membimning dan mengarahkan pandangan semua orang kepada peta besar.

Semuanya menyimak dan mengikuti arahan dari Shangkuan Yun dengan seksama. Tanpa ada kata dan hanya keheningan yang ada.

"Menurut laporan, semua pendekar yang ada di masing-masing tidak dapat mengalahkan para mayat hidup itu. Ini benar adanya."

***

Satu bulan yang lalu. Di rumah kepala desa, dari desa A tersebut.

Di dalam sana kepala desa yang adalah seorang laki-laki yang sudah paru baya, sedang mondar-mandir bingung harus berbuat apa

Dirinya tengah gelisah, cemas dan gundah. Pikirannya sedang terpecah belah, akibat memikirkan tentang nasib desanya di luar sana.

Dia yang hanya berdiam diri di dalam rumah, tidak bisa berbuat apa-apa hanya menunggu laporan dari lapangan.

Akan tetapi, dia tidak mau diam dan terpaku begitu saja, saat di luar sana desa tanah kelahirannya tengah diserang secara berutal oleh para mayat hidup. Maka dia harus berpikir keras. Namun, entan harus berbuat apa? Buntu. Tidak ada ide dalam isi pikiran.

Di luar sana.

Whuuussss .....

Semburan api yang berkobar-kobar menyala. Api yang menyembur itu keluar dari dalam mulut salah satu mayat hidup. Apinya menyambar ke rumah-rumah warga.

BUM ....

Dimulai dari atap yang terbuat dari kayu, api yang menyala secara cepat merampat sampai kedalam-dalamnya.

Para penghuni rumah keluar dengan teburu-buru. Mereka berhamburan ke luar rumah menyelamatkan diri masing-masing. Tak ada satupun harta benda yang mereka bawa.

Wwhhuuss .... .

Api bertiup kembali. Kobarannya sangat dahsyat. Siapapun pasti akan mati terpanggang jika terkena semburan api tersebut.

"Tolong! Tolong!" Teriakan para warga yang mencari pertolongan.

Mereka, tua muda, anak-anak, remaja, laki-laki, perempuan, semuanya berlari sangat kencang menjauh dari desa, dan menuju ke luar desa untuk mencari perlindungan diri.

"Tolong! Tolong!" Teriak mereka yang sangat ketakutan.

Eeeeekkkk .... Seorang bayi pun menangis dalam pelukan sang Ibu, disaat sang Ibu yang mencoba berlari menghindari ini semua.

"Ayah! Hiks."

"Ayah bangunlah!"

"Ayah!"

"Hiks!" Tangisan seorang gadis kecil yang menangisi ayahnya, yang telah tiada.

Ayahnya telah terkapar tidak sadarkan diri di atas tanah, dengan tubuh ayah gadis itu yang telah dipenuhi darah. Wajah dan kulitnya pun menghitam seperti arang, terlihat dia mati akibat terpanggang.

"Ayah!!!!!" Tangis histeris gadis kecil tersebut. Dia duduk tersungkur sambil memeluk tubuh ayahnya yang sudah tidak bernyawa itu.

Bukan hanya gadis kecil itu saja yang menangis pilu akibat di tinggal oleh ayahnya. Namun, masih banyak anak-anak lain yang bernasib sama dengan dirinya.

"Ayah!" Tangisan dari sudut sana.

"Ibu!" Jeritan dari arah timur.

"Kakak!" di arah selatan.

"Hiks!"

Semuanya menangisi anggota keluarganya yang telah tiada. Mereka menangisi tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa itu. Sekarang nasib mereka sama, sama-sama menjadi yatim piatu dan tidak lagi ada keluarga yang dapat melindungi mereka.

"Tolong!"

"Tolonh!"

"Tolong!"

Semuanya berteriak, dan semuanya mencari perlindungan.

Whuuussss ....

Api itu kembali menyembur dengan kuat, sampai-sampai sekarang seluruh desa telah di tutupi dengan kobaran api.

"Cepat. Cepat!"

"Cepat! Pergi ke tempat yang aman!"

Para pendekar pun akhirnya datang, dan mereka yang datang segera meminta para warga desa yang masih selamat untuk mengungsi.

"Mari ikuti kami!" Mereka mengarahkan jalan agar, penduduk yang tersisa bisa mendapatkan perlindungan.

Secara tergesah-gesah para warga keluar dari desa, dan pergi ke tempat yang lebih aman di luar sana.

"Wu Qing! Segera amankan para warga, bawa mereka ke tempat yang aman!" teriak seorang pendekar laki-laki yang tiba di sana.

Dia meneriaki temannya yang berada di area luar. Tugas temannya itu adalah membawa para warga yang selamat untuk pergi ke tempat yang lebih aman.

"Baik kakak!" sahut dengan berteriak, pendekar Wu tersebut.

"Ayo!"

"Ayo! Ikuti diriku!"

Arahkannya kepada semua orang.

Dengan mengikuti aturan, semuanya ikut kemana pendekar Wu itu pergi.

Sedangkan di rumah kepala desa. Dia sudah sangat menunggu laporan tentang desanya tersebut.

"Tuan!" Seseorang akhirnya datang, dan akan menyampaikan semua laporannya kepada kepala desa.

Dia duduk tersungkur di belakang kepala desa, dan ketika mendengar bahwa sudah ada yang datang. Tuan kepala desa itu segera membalikkan badannya kebelakang.

"Cepat katakan!" Dia langsung berkata.

"Para pendekar telah tiba di desa, dan sebagian warga kita telah di arahkan ketempat yang lebih aman," papar pria itu menjelaskan.

"Ha!" Mendengar itu akhirnya kepala desa dapat bernafas lega. Setidaknya.

"Syukurlah jika para pendekar sudah datang membantu."

"Setidak-tidaknya kita memiki harapan untuk dapat mengalahkan para mayat hidup itu," pikirnya yang sudah tenang.

"Ya, Tuan!"

"Tetapi sebaiknya Tuan segera meninggalkan tempat ini juga karena desa kita ini sudah tidak aman lagi!" usulnya pada kepala desa.

"Ya, kau benar. Sebaiknya kita segera pergi!" Kepala desa menerimanya.

Tidak banyak berpikir, keduanya pergi meninggalkan ruangan tersebut. Berlari secara cepat mencari tempat yang lebih aman.

Namun, ketika ingin melangkah lebih jauh, tiba-tiba.

Dwaarr ....

Serangan mengejutkan menimpa mereka.

BUM ...

Meledak semuanya, lalu hancur dengan cepat tanpa menyisahkan apapun.

Rumah itu hancur berkeping-keping akibat terkena serangan itu, dan bukan hanya rumah yang hancur. Namun, seisi rumah pun ikut hancur, dan beserta dengan penghuninya yang ikut menjadi butiran debu.

"Ini tidak bisa di biarkan saja!" ungkap pendekar itu, dengan kedua matanya dia melihat langsung kehancuran secara berutal desanya.

Whhhhuuuss .... Api terus-menerus di semburkan.

Dwaaar ....

Dan serangan bertubi-tubi terus dilakukan oleh para mayat hidup tanpa berhenti.

"S*al! Dasar payah!" kesalnya. Dia tidak terima desanya harus hancur seperti ini.

Keadaan desa telah terkepung si jago merah, dan suasa disana menjadi panas seperti sedang memanggang di atas baranya api.

"Hei kalian itu siapa? Mengapa kalian menyerang desa kami?" Dia meneriaki para mayat hidup tersebut. Dengan dirinya yang mencoba melindungi wajahnya dari panasnya api ini.

"Krek"

"Krek."

Para mayat hidup itu tidak bisa berbicara, mereka hanya dapat bergumam seperti itu saja.

"Krek!"

"Krek!" Mereka berjalan mendekati pendekar desa tersebut. Langkah mereka begitu lambat, akan tetapi tubuh mereka itu tahan terhadap panasnya api.

"Panas sekali di sini!" keluh Yang He yang sudah kepanasan.

Tubuh manusia yang masih bernyawa pasti akan merasakan panasnya api yang membakar desa. Namun, tidak dengan para mayat hidup di depan sana, mereka semua tahan akan kobaran api ini. Sebab mereka hanya sebatas mayat yang dihidupkan kembali.

"Ini panas sekali, tubuhku tidak bisa berbuat sesuatu."

"Aku tidak bisa bertarung di tengah-tengah kobaran api ini."

"Aku harus apa? Bagaimana caranya meladeni mereka di tengah-tengah panasnya api ini?" Yang He terus bergumam mengeluh.

Tubuhnya kaku tidak bisa di gerakan. Dia merasakan kepanasan yang sangat hebat.

Bayangkan saja seseorang berada di tengah-tengah kobaran api yang sedang menyala apakah dia bisa bertahan?.

Di atas api pembakaran biasa saja, siapa pun sudah merasakan panasnya. Akan tetapi ini, satu desa terbakar bagaimana panasnya api ini?

Tidak bisa di bayangkan atau di rasakan, karena itu pasti sangat panas rasanya.

"Kakak!" Wu Qing akhirnya datang, dia siap untuk membantu.

Berdiri dengan gagah di samping kakaknya.

"Bagaimana, apakah semua warga telah kau selamatkan?" tanya Yang He pada Wu Qing.

"Ya, kakak. Semuanya sekarang sudah berada di tempat yang lebih aman."

"Bagus. Jika semuanya sudah selamat," senang Yang He mendengarnya.

"Baiklah sekarang giliran kita menyerang para makhluk-makhluk aneh itu!" Semangatnya.

"Iya," sahut sangat semangat dari Wu Qing.

"Saatnya kita hancurkan mereka, karena mereka telah berani mengusik ketenangan desa kita ini!"

"Kau benar! Mereka telah membuatku marah!"

Keduanya telah siap dengan kuda-kuda mereka. Sebuah pedang panjang telah siap di tangan kanan mereka.

"Krek!"

"Krek!"

Para mayat hidup itu terus mendekat pada para pendekar pemberani dari desa A tersebut.

Tidak goyah atau pun takut, keduanya telah siap untuk mati demi melindungi desa ini.

Digenggam erat-erat pedang masing-masing.

Yaaaaaaaaaa ...

Berlari bersama-sama, dan menyerang bersama pula.

Whuuuuuuuussssssa!

Api berkobar begitu besar, menutupi suruh desa dan menelan kedua pendekar perberani itu.

Desa A telah hancur, bersama dengan keberanian para pendekar hebat yang mereka miliki.

__ KEMBALI KEPADA DAO BAO HU.

"Jadi paman guru, apakah kita bisa melawan para mayat hidup itu? Sedangkan para pendekar terkuat pun tidak dapat mengalahkan mereka?" gusar Feng Li Qian.

"Kau benar." Shangkuan Yun menjawab.

"Ke 15 desa ini hancur, karena mayat hidup itu yang tidak dapat dimusnahkan, ataupun dilawan dengan kekuatan," bimbangnya.

"Jadi bagaimana cara melawan mereka?" tanya Liu menyambung.

Mungkin saat ini semuanya satu pemikiran dengan Liu. Mereka bingung bagaimana cara memusnahkan para mayat hidup tersebut.

"Ada satu cara untuk melawan mereka!" Zhuge Liying.