Chereads / PENDEKAR TERKUAT DI ALAM SEMESTA / Chapter 8 - MALAM MENCEKAM DI DAO BAO HU

Chapter 8 - MALAM MENCEKAM DI DAO BAO HU

Beberapa hari kemuadian. Liu, Yu dan Zhao Yun sudah kembali dari desa Ping. kepulangan mereka tidak membawa keberhasilan apa-apa, hanya tangan kosong yang mereka bawa ke Dao Bao Hu.

Desa Ping hanyalah desa mati yang tidak memiliki penduduk. Sudah bersusah payah mencari informasi, tetapi tidak ada yanh bisa dijadikan narasumbernya. Sebab desa itu memang tidak berpenghuni.

Kemungkinan kabar diasingkannya pangeran Mahkota hanya isu belaka. Tidak ada kebemaran dari kabar tersebut.

Kendati demikian Shangkuan Yun tidak memaksa murid-muridnya. Jasilnya tidak pentinh, setidaknya Shangkuan Yun bisa sedikit bersykur, sebab Liu dan kawan-kawan kembali dengan selamat tanpa ada kekurangan.

__________,,,,,__________

Sekarang langit senja telah berganti menjadi langit malam. Sinar mentari memudar ditelan gelapnya sinar bulan.

Dao Bao Hu. Di tengah gelapnya malam ini, semua murid telah berada di kamarnya masing-masing melepas penat setelah menjalani rutinitas.

Hening dan sunyi hampir mencapai tengah malam. Semuanya mulai melelapkan kedua mata. Namun, tiba-tiba ketenangan ini terusik oleh teriakan keras dari luar sana.

"Shangkuan Yun!" Berteriak memanggil seseorang yang ada di Dao Bao Hu. Teriaknya dari atas atap salah satu kamar.

"Shangkuan Yun!" Terus menerus meneriaki nama itu.

Dia yang adalah seorang laki-laki telah duduk tersungkur di atas genting, dengan tangan kanannya yang menggenggam erat kepala pedang dan sedangkan mata pedangnya tertancap diantara beberapa genting.

"Shangkuan Yun keluar kau! Jangan jadi pengecut dalam selimut murid-muridmu! Keluarlah kau jangan jadi pengecut seperti ini!"

"Shangkuan Yun, keluar kau! Jangan jadikan si Liu itu sebagai senjatamu untuk membunuh putraku. Keluar kau hadapi aku secara langsung!" Teriakan membawa emosi tinggi. Menuduh bahwa Shangkuan Yun adalah pembunuh anaknya.

Berteriak tanpa henti seperti suaranya tidak ada habisnya. Dari kata-kata yang terucap dan teriakan yang hanya memanggil satu nama, yaitu Shangkuan Yun. Seperti dia sangat menaruh dendam kepada ketua dari Dao Bao Hu itu.

Belum ada kejelasan pasti mengapa dia menuduh Shangkuan Yun sebagai pembunuh anaknya?

Kemungkinan ada benarnya. Karena bukan tidak mungkin seseorang nekat membuat keributan ditengah malam tanpa adanya sebab?

Kendati Shangkuan Yun belum menunjukan batang hidungnya sampai sekarang.

Memangnya siapa orang yang benama Shangkun Yun itu? Mengapa nama tersebut membuat laki-laki yang sedang berdiri di atas atap ini begitu sangat marah?

Shangkuan Yun tidaklah asing. Dia seseorang yang paling berpengaruh di Dao Pao Hu untuk sekarang.

Dia bukan pendiri Dao Bao Hu, akan tetapi jasa dirinya untuk Dao Bao Hu sangatlah besar.

Keributan besar ini sudah tentu membuat tidur seseorang menjadi terganggu, terlebih Shangkuan Yun yang merasa terpanggil.

Shangkuan Yun telah hadir di sana. Bukan tanpa sebab. Dia ingin meluruskan masalah yang sedang terjadi ini. Seseorang dengan berani telah membuat tuduhan pasti. Shangkuan Yun datang dan pasang badan.

"Ada urusan apa kau datang kemari? Mengapa kau berteriak seperti itu di sana? Apa kau tidak bisa membicarakannya dengan baik-baik dengan cara yang sopan, setidaknya," kata Shangkuan Yun yang meneriaki laki-laki yang dikenal dengan nama Chen Tong itu.

Cen Tong. Dia yang sejak tadi berteriak memanggil-manggil Shangkuan Yun, serta dia yang membawa tuduhan bahwa Shangkuan Yun yang telah membunuh putranya. Tapi siapa putra yang dimaksud ini?6

CIH ...

Melempar salivah ke kiri dengan sangat sombong. Chen Tong menolak mentah-mentah tawaran baik dari Shangkuan Yun tersebut.

Penghinaan besar jika seorang penjahat datang dengan cara baik-baik, apa lagi dengan sopan santun. Mau ditaruh di mana wajah serta harga dirinya?

"Jangan banyak basa basi lagi kau . Cepat katakan di mana Liu yang telah membunuh putraku itu!" Chen Tong dengan angkuh tidak beradab, menolak menah-mentah ajakan damai Shangkuan Yun.

Dia berteriak dari atas atap itu, dan meloncat untuk turun ke bawah.

CLING ....

Chen Tong mengangkat pedangnya dengan segera. Diayunkan olehnya lalu diarahkan tepat di ujung kulit Shangkuan Yun yang sekarang telah berdiri di hadapannya.

Satu langkah ke belakang, Shangkuan Yun menghindar dari ayunya pedang itu.

CLING ....

Chen Tong tidak berhenti sampai di sana. Diayunkan pedangnya kembali.

Shangkuan Yun merunduk cepat, menghindar ke belakang, menggelak dari serangan yang kedua ini.

"Dia merunduk ini kesempatanku!" Chen Tong tidang berdiam diri. Ada kesempatan yang tidak datang untuk kedua kalinya.

Yaaaa .....

Dengan gerakan cepat, Chen Tong memutar pedangnya sampai 360 Derajat, hingga disaat tubuh Shangkuan Yun kembali tegak lurus dia akan terkuncin dengan serangan mengejutkan ini.

DEG ....

Benar saja.

Ujung mata pedang tersebut bersentuhan langsunh di teguk Shangkuan Yun. Jika ayunannya tidak dipaksa berhenti, maka sedikit lagi saja kepala Shangkuan Yun dapat terpenggal oleh ganasnya pedang Chen Tong.

"Kau tidak bisa lagi menghindar dariku!" cuap Chen Tong terdengar begitu seram.

"Cepat, panggil Liu kemari, atau kepalamu yang akan kutebas!" Ancaman Chen Tong kepada Shangkuan Yun dengan ujung pedang menempel tepat di kulit Shangkuan. Akan ada goresan setelahnya.

Menelan berat-berat saliva. Shangkuan Yun pasrah disaat posisi seolah sedang disandra itu. Demi kedamaian, Shangkuan Yu tidak ingin membuat kributan di Dao Bao Hu hanya karena satu orang yang seperti Chen Tong ini.

"Cepat panggil Dia!" kata Chen Tong satu kali lagi. Menggertak dan mengancam. Shangkuan Yun tak bergeming dengan gertakan tersebut. Memilih untuk mengabaikan, dan sebaiknya dihadapi dengan senyuman.

YAAAAAA .....

Suara yang tidak asing telah datang. Kakak pertama, Feng Li Qian dengan melayang di udara dan membuat serangan mendadak mengakibatkan Chen Tong harus mengambil tindakan cepat.

CLING ....

Ayunan cepat sebuah pedang, mengarah langsung kepada Chen Tong. Mengadu kedua buah pedang dan jurusnya dimenangkan Feng Li Qian.

Shangkuan Yun bisa bernapas lega dengan kedatangan Feng Li Qian. Terlepas dari itu, Chen Tong tidak mau mengakui kekalahannya. Sebagai ksatria pantang mengaku kalah dari seorang musuh.

SREEET ...

Pedang terangkat kembali. Sentakan cepat membuat Feng Li Qian mengambil sikap secepat kilat.

"Paman kau tidak apa-apa? "

Meski Chen Tong mengancam jiwa, Feng Li Qian masih sempat bertanya kepada Shangkuan Yun.

Ayunan pedang Chen Tong hanya sebatas angin belaka bagi Feng Li Qian.

"Aku tidak apa-apa," sahut Shangkuan Yun dari belakang Feng Li Qian.

"Hei kau, Li Qian! Ternyata kau datang ingin melawanku juga! Baiklah. Jika tidak ada Liu, maka kaupun jadi!" ucap Chen Tong ketika mata pedangnya itu terhadang oleh pedang milik Feng Li Qian.

CLING ....

CLING ....

Chen Tong menyerang terlebih dahulu. Serangan kilat Chen Tong pertontonkan kepada Li Qian.

Permainan pedangnya boleh saja cepat, akan tetapi Feng Li Qian tidak selemah itu untuk bisa dikalahkan.

Feng Li Qian puoa memiliki jurus yang tidak tidak kalah hebatnya. Bahkan gerakannya tidak bisa terlihat oleh lawan, selain lawan itu memiliki tatapan mata yang cepat.

Chen Tong menyadarinya. Dia sudah sering berduel dengan Feng Li Qian satu lawan satu. Selama ini dia berlatih dan terus berusaha mengasa kemampuannya untuk mengimbangi jurus Feng Li Qian.

Berkat kerja kerasnya, akhirnya Chen Tong bisa melihat setiap gerakan pedang Feng Li Qian yang terkesan memudarkan pandangan itu.

CLING .....

Ayunannya semakin cepat, Feng Li Qian memberi perlawanan yang sengit untuk Chen Tong. Tentunya, Chen Tong tidak mau kalah dari Feng Li Qian yang sebatas bocah ingusan tersebut. Meski bocah ingusan, Chen Tong tidak mengetahui usia pasti Feng Li Qian.

Semua jurus yang dikuasai dikuluarkan. Secara berturut-turut Chen Tong terus membalikan semua serangan dari Feng Li Qian. Belum ada yang terluka sampai sekarang.

Bukan hanya kedua tangan yang bekerja. Gerakan kaki bagian terpenting juga. Jika kuda-kuda tidak bisa kekar, maka jelas pertahanan tidak akan seimbang.

Suasana Dao Bao Hu semakin asyik dan memanas saja. Tentu saja tidak ada yang mau mengalah. Feng Li Qian tidak menghentikan gerakannya semudah itu.

Chen Tong mengajaknya bertarung di udara, maka Feng Li Qian mengikuti alur pertarungannya. Melompat ke atap, maka Feng Li Qian mengikutinya. Sekarang Chen Tong tidak lagi bisa mengelak dan luput dari pengejaran Feng Li Qian.

Kebisingan membuat Liu dan yang lain ikut terbangun. Liu, murid Dao Bao Hu yang sedari tadi Chen Tong cari akhirnya menampakkan dirinya juga.

"Paman Guru!" Bersama-sam mereka mendatangi Shangkuan Yun, yang berdiri seperti patung, dengan kepala yang mendongak ke atas. Memperhatikan pertarungan udara antara Feng Li Qian dengan Chen Tong.

"Paman kau tidak apa-apa?" ucap Yu, cemas. Sedangkan Liu dan Zhao Yun ikut melihat ke udara.

Perkelahiannya bukan semata-mata permainan pedang saja. Liu dapat melihat emosi yang memuncak dari Chen Tong.

Liu baru saja teringat kejadian beberapa waktu lalu, katika dirinya bertemu dengan Pendekar Bertopeng. Apa kedatangan Chen Tong ada sangkut pautnya dengan kematian Chen Min?

"Hentikan pertarungan ini. Chen Tong!" Liu berteriak pada Chen Tong. Ada kesadaran dalam dirinya. Kehadiran Chen Tong sudah jelas menganggu Liu.

Chen Tong menoleh ke bawah, serta memperhatikan Liu yang telah hadir di sana. Bukan hanya tatapan saja yang tajam, Chen Tong pula mengepalkan kedua tangannya. Mengebu dadanya. Chen Tong turun dan berhadapan langsung dengan Liu.

"Oh, akhirnya kau keluar juga Liu. Sejak tadi aku sudah menunggu kedatnganmu, Liu Shang Yun!" Membusungkan dada, dan menaikan wajahnya. Chen Tong mengangkat pedangnya. Ujung pedang itu menempel tepat di dagu Liu.

"Lama kita tidak berjumpa, Chen Tong," balas Liu, sembari menyeringai.

Liu, santai-santai saja. Tidak ada senjata di tangan kiri dan kanan. Liu hanya membawa rasa percaya diri yang tinggi.

"Kau yang sudah membunuh putraku. Jawab!" tuduh Chen Tong, sambil mengancam ujung pedangnya pada Liu.

"Apa yang ingin kau lakukan pada Liu!" Yu meneriaki dari sudut lain dengan cemas.

"Liu, awas serangan pedangnya!" Terikan kedua saudaranya. Liu mendapat perhatian dari Yu dan Zhao Yun.

"Tapi, putramu Si Chen Min itu di bunuh oleh pendekar bertopeng. Dia lah yang telah membunuh putramu."

Liu berujar dan berterus terang pada Chen Tong. Tidak ada dusta dalam kata-matanya. Liu terkenal sebagai murid yang tidak pernah berbohong. Jadi ucapannya bukanlah pmong kosong atau alibi untuk membela diri.

"Ah, aku tidak percaya dengan perkataanmu itu. Mata-mataku mengatakan bahwa kau yang telah membunuh putraku, Chen Min! Mengaku saja kau, Liu!" Chen Tong mempertegas ucapannya.

Tidak peduli pengakuan Liu seperti apa, yang dirinya dengar itulah yang benar. Chen Tong hanya mempercayai perkataan mata-matanya. Sebab mereka yang sudah melihat kronoli sebenarnya.

"Sudahku katakan aku tidak pernah membunuh putramu. Pendekar bertopeng lah yang telah membunuhnya!"

Entah bagaimana cara Liu untuk bisa meyakinkan Chen Tong? Semakin lama Chen Tong membuat Liu kesal.

"Oh, Aku tidak percaya!"

Sudah di jelaskan. Namun Chen Tong masih kekeh dan bersikeras bahwa Liu yang telah membunuh putranya yang bernama Chen Min.

Semua orang yang telah berada di sana ikut memperhatikan perdebatan mereka berdua dari sudut yang berbeda. Serta menjadi saksi jika nanti terjadi sesuatu kepada Liu.

Ada sesuatu yang Chen Tong ingin lakukan sepertinya. Lihat saja. Dia tanpa sebab tidak lagi mengancam Liu dengan pedangnya, akan tetapi ujung mata pedangnya malah menggores di tanah, dan membuat garis tegak lurus di permukaan tanah yang datar.

Semua pasang mata memperhatikan sikap anehnya itu. Apa Dia ingin memberi serangan cepat secara tiba-tiba kembali? Semuanya menebak dan menerka. Serta bersiaga dikala kemungkinan yang ada.

POSISINYA SEKARANG SUDAH JAUH DARI LIU.

"Siapapun yang telah membunuh putraku?!" Menguat genggaman tangannya pada gagang pedang, "Maka dia harus menerima pembalasanku ini!"

Yaaaaaa!!!!!"

Berlari dia sambil berteriak sekeras-kerasnya. Pedangnya diangkat, lalu mengayun cepat untuk Liu.

"Awas!" Yu dan Zhao berteriak untuk Liu. Sedangkan Feng Li Qian mencoba mengejar, dengan harapan Liu tidak terbunuh.