MASA DEPAN 2023.
Sean berjalan terburu-buru, mendatangi lokasi Syuting yang akan dijalani Sena di tahun 2023 ini.
Begitu banyak orang disini, banyak Kamera, dan juga Properti syuting yang dibutuhkan.
Sutradara. Itu target Sean. Ia harus melihat apa yang dilakukan Sutradara film itu terhadap Senada.
"Saya mau nya Coffe, bukan Teh. Jabatan kamu apa disini?" terdengar kata marah-marah dari Mulut lelaki yang Sean tebak berumur 40 tahunan.
"Maaf, Pak. Akan saya ambil kan yang baru."
"Hadeh. Bikin pusing aja Asisten Bu Rera itu, pecat aja tuh. Kalau kinerja seburuk ini sih, mending jadi wanita bayaran aja!"
Sean mengepalkan tangan mendengar itu, lelaki tua sialan itu benar-benar membuat dirinya menahan marah.
Sena yang tidak tahan itu membalikan Tubuhnya dan, DDDAR!
Para Staff dan Kru disana terlihat menjerit ketika cairan itu mengenai Sutradara yang galak.
Teh itu telah membasahi seluruh Wajah dan area sekitar Leher.
Sutradara itu terlihat berdiri dan menyuruh Sena mengikutinya, Sean berlari untuk mengikuti dua orang tersebut. Ternyata mereka pergi ke Toilet, tapi hanya diluar, mereka tidak masuk kedalam.
"Kamu tau? Bahkan sebenarnya saya gak marah ketika kamu siram dengan Teh, habisnya kamu terlalu cantik." Tangan itu mulai membelai sekitaran pipi Sena.
Sean kembali menutup Mata nya, seakan tidak kuat untuk melihat itu.
"Jangan macam-macam ya, Pak! Bapak sudah keterlaluan sekali. Saya akan aduin ini ke Atasan saya."
Sena tampak mencoba pertahanan untuk tidak menangis karena Sutradara ini sangat menyeramkan.
"Diam! Bagaimana kalau kita anggap impas? Kalau kamu menyiram saya dengan Teh, maka saya boleh lakukan ini?"
Tangan nya mulai menggerayangi sekitaran Paha.
PLAK!
Sena sudah tidak tahan lagi, ia harus melawan Sutradara itu. Entah apa risiko yang ia dapat, ia harus mempertahankan diri nya.
"SUTRADARA SIALAN! PERGIII!!!"
Sena berteriak tepat didepan Wajah itu, daripada semakin rumit Sutradara itu akhirnya mengalah untuk pergi lebih dahulu.
Bahu Sena merosot, ia terjongkok di Tanah, menatap kosong kedepan. Ini sungguh hari nya yang buruk, tidak ada Sean lagi di hidupnya. Tak ada lagi yang bisa mendengarkan seluruh cerita tidak jelas nya, ia merindukan Sean.
Sean segera pergi dari sana, kembali ke masa kini dan menanyakan beberapa hal yang janggal pada Sanell.
Sanell mengetahui hal ini lebih dulu, jadi pasti ia tau semuanya.
Tapi tadi saat Sena diperlakukan seperti itu, kenapa ia tidak menelpon Sean? Apa yang terjadi dengan mereka berdua?
"Apa gue sama dia pisah?" gumam Sean saat memasuki Rumah nya di Masa depan itu.
Sena juga terlihat sangat kosong dan menyedihkan.
Pasti nanti akan terjadi apa-apa terhadap Sena dan Sean, Sean mulai khawatir.
Khawatir dengan risiko-risiko yang ia ingat ketika dirinya memiliki kemampuan untuk menjelajahi waktu.
Ia takut terjebak di suatu Masa waktu, dimana ia tidak bisa menemukan Sena didalam nya.
Ia mulai gemetar memikirkan itu.
Lantas Sean langsung memasuki Goa bawah tanah dirumah itu dan, ZZZZAAAPP!
Ia kembali ke Masa kini.
****
MASA KINI 2020.
Sean berlari, mengabaikan Sena yang sedang memasak itu. Keingin tahuan Sean lebih pentinh sekarang.
Ia menemukan Sanell sedang Ngemil di Kamarnya sambil ditemani oleh Movie kesukaan nya itu.
"Sanella, kasih tau gue. Nanti 2023, ada yang terjadi sama gue? Gue kemana San? Kok gue gak bareng sama Sena?"
Sanell menatap Sean sekilas, mengendikan Bahunya tidak tau. "Mana gue tau, lo aja belum ngalamin itu. Tapi yang pasti sih, nanti lo bakal ilang dari sini. Dari Masa waktu yang Sena dan orang lain hidup, lo bakal gak ada disitu. Lo kayak.. Terjebak? Let's tell like that."
Sean memejamkan Mata nya, ia sungguh frustasi memikirkan ini semua.
"Jangan terlalu khawatir bahkan sama yang belum terjadi, Xasean. Everything gonna be okay."
Sean menggeleng, "Terus gue harus pura-pura gak akan terjadi apa-apa gitu? Susah,"
"Okay, terserah. Keluar, gue mau tidur!"
Sanell terlihat lebih garang saat ia mengantuk.
Sean keluar, tak lupa untuk menjambak sedikit Rambut Sanell yang panjang itu.
"SEAN SIALAN!"
Sean keluar dengan tertawaan renyah, Sanell itu paling tidak suka ada yang menyentuh Rambutnya, kata nya terlalu bagus untuk disentuh orang lain.
Sean turun, mau apalagi selain menemui Senada.
Tapi jika diingat-ingat, tadi di Masa depan, Sena terlihat semakin cantik dan dewasa, memang seharusnya begitu sih, usia dia nanti kan sudah 33 tahun.
"Masak apa? Laperrr,"
Demi apa? Makhluk apa yang barusan berbicara dengan nada seperti itu? Sangat menggelikan! Pikir Sena dengan bergidik.
"Capcay, ayam goreng, kamu mau tambahan Kornet nggak?" Sena bertanya sambil memegang Kornet yang berasal dari Kulkas.
Sean menggeleng, "Nanti aja,"
"Ok. Abis makan, Piring nya langsung cuci, langsung taruh di Rak ya. Saya mau bersihin Rumah,"
Sean menahan lengan Sena, tidak peduli perempuan itu marah atau tidak, ia akan bersikeras.
"Temenin." Sean mendudukan Sena di Bangku depan nya, kini Sean dan Sena bersebrangan.
"Ck, kamu tuh kenapa sih belakangan ini? Kayaknya sakit ya?" sarkas Sena sambil melihat kearah lain.
"Oh ya! Saya mau nanya deh, kamu tau itu di Kulkas Mie siapa? Kok aneh banget deh bentuknya? Terus juga masa ada label 2021? Sumpah, Rumah ini bener-bener aneh."
Sean menggerakan Mata nya kaku, sial! Ia lupa untuk menyimpan Mie itu dalam Kamar nya.
"Itu Sanell yang bawa, Sya. Papa nya emang banyak kasih dia barang atau makanan yang baru gitu,"
Sena mengangguk, "Ohh, jadi Papa nya Sanell itu kayak pembuat makanan? Chef ya?"
Sean tertawa mendengar itu, terkadang ada Moment dimana Sena terlihat bodoh, tapi itu menyenangkan bagi Sean.
"Iya mungkin? Saya juga belum ketemu Papa dia sih,"
"Kok jadi ikutan manggil saya? Biasanya lo-gue," gumam Sena pelan, bermaksud untuk menyindir Sean.
"Ya emang gak boleh? Kenapa sih hidup kamu terlalu serius?" tertawaan renyah itu adalah hal yang paling tidak mau didengar oleh Sena.
"Gak! Saya ke Kamar, bye!"
Sena berlari kecil untuk menghindari Sean menahan lengan nya lagi.
Sanell melihat itu dengan tatapan kosong, merasa ada yang nyeri disekitar Dada nya. Kenapa ia Sean tidak bisa meliriknya sebagai Perempuan? Ia ingin dilihat sesekali sebagai Perempuan, bukan sebagai Sanella yang menjadi teman yang memiliki kemampuan sama.
Kenapa Sean tidak bisa melakukan itu terhadap Sanell? Apa bahkan lelaki itu tau jika Sanell menyukai nya sejak lama?
Sanell sungguh muak dengan pura-pura menjadi teman, ia juga lelah untuk menutupi semua itu seolah tidak ada yang terjadi.
Sanell sudah sangat kalah dengan perasaan nya sendiri, ia tidak bisa lagi mengendalikan ini. Detik itu juga, ia memiliki banyak mau.
Ia mau Sean.
Ia ingin Xasean.
Ia muak dengan segala perasaan yang menyangkut tentang lelaki itu.
Tidak bisakah? Sekali, Sanell hanya meminta sekali untuk Sean bisa mengetahui jika Sanell menyukainya.
Masa bodo dengan penolakan, masa bodo dengan segala rasa sakit.
Apa bahkan Sean mengetahui jika Sanell sangat keberatan jika Sean dan Senada berduaan? Sangat amat sangat keberatan.
Rasanya ia ingin mengunci Senada didalam Kamar agar tidak berinteraksi dengan Sean. Tapi lupakan, itu terlalu egois.
Tapi, menjadi egois tidaklah selalu buruk. Jadi, untuk membuat perasaan kamu nyaman, alih-alih menjadi egois, itu hal yang sangat wajar.
Menjadi egois juga menjadi manusia, 'kan?