Chereads / Penjelajah Waktu Pengubah Takdir / Chapter 37 - Penentu Takdir

Chapter 37 - Penentu Takdir

Sayuran di rumah kaca telah membuat Keluarga Widjaja kaya, dan ada begitu banyak orang yang tertarik dengan hal ini. Adelia juga tahu di dalam hatinya bahwa setiap orang ingin menanam sayuran di rumah kaca, tetapi tidak memiliki keterampilan. Dia dengan senang hati setuju untuk mengajari penduduk desa menanam sayuran dengan cara baru.

"Ayah, aku ingin ayah dan paman memanfaatkan gunung di desa kita. Selain itu, ada kolam besar di desa kita. Ayo kita manfaatkan juga," kata Adelia.

Yanuar mengabdikan diri pada rumah kaca, dan tidak ingin melakukan hal lain, "Untuk apa memanfaatkan dua hal itu?"

Adelia tersenyum, "Kita tidak bisa menanam sayuran rumah kaca selamanya. Sekarang keluarga kita benar-benar menghasilkan uang dengan memanen sayuran di rumah kaca, tapi orang lain dapat mempelajarinya jika mereka melihatnya. Dalam beberapa tahun, aku takut semua orang juga akan menanam sayuran di rumah kaca. Aku juga khawatir kita jadi tidak dapat menjual dengan harga tinggi."

"Lalu mengapa kita harus menggunakan gunung?" Yanuar masih belum mengerti.

Adelia menjelaskan sambil tersenyum, "Aku ingin menemukan varietas pohon buah-buahan yang bagus untuk dicangkok. Setelah beberapa tahun, kita dapat membudidayakannya. Lalu, kita bisa mengambil dan membuat buah kaleng sendiri, jus buah, atau mungkin buah kering. Semuanya bagus. Ini akan bertahan lebih lama dari menanam sayuran di rumah kaca. Ada juga kolam yang bisa kita gunakan untuk beternak ikan dan udang."

Yanuar merenungkan ide Adelia, tetapi tidak bisa mengambil keputusan untuk waktu yang lama. Dia cenderung konservatif secara alami dan tidak mau bermain-main.

Adelia segera menyarankan, "Ayah bisa mendiskusikan dengan paman dulu."

Yanuar mengangguk, "Baiklah, aku akan membicarakannya dengan pamanmu nanti."

Ketika ayah dan putri itu sedang berbicara, mereka mendengar suara menggelegar dari pintu gerbang. Seharusnya ada orang yang datang. Adelia dengan cepat berdiri dan membuka pintu. Pintu terbuka, dan Adelia melihat Kaila mengenakan jaket merah besar berdiri di luar pintu.

Saat ini, wajah Adelia menjadi gelap, "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Kaila mengibaskan rambutnya dan tersenyum puas, "Aku kembali dan melihat-lihat. Ada apa? Tidak bisakah aku pulang ke rumahku sendiri?"

"Ini bukan rumahmu." Yanuar mendengar suara itu dan melihat Kaila dengan ekspresi marah. Dia mengambil sapu dan memukulnya.

Kaila kaget. Sambil bersembunyi, dia dengan cepat berkata, "Ayah, apa yang kamu lakukan dengan memukulku? Aku menghasilkan uang di luar, jadi aku ingin kembali untuk memberimu beberapa."

"Pergi!" Yanuar mengambil sapu dan melemparkannya ke Kaila, "Kami tidak membutuhkan uangmu."

"Ayah!" Kaila berseru lagi, "Aku benar-benar menghasilkan uang, sangat banyak!"

"Kamu sekarang adalah bagian dari Keluarga Sudrajat, bukan keluarga kami." Yanuar menunjuk ke pintu, "Aku sudah lama memutuskan hubungan denganmu. Jangan panggil aku ayah mulai sekarang. Aku tidak punya anak perempuan seperti dirimu. Aku tidak menginginkan barang-barangmu. Kamu bisa pergi ke rumah Keluarga Sudrajat."

"Apa?" Kaila mengerutkan kening. Ketika dia tiba-tiba berpikir tentang rumah kaca di ladang ketika dia memasuki desa, dia menebak mungkin Raditya yang menanamnya, dan dia sudah menjadi kaya. "Ayah, siapa yang menanam sayuran di rumah kaca?"

"Mengapa kamu menanyakan ini?" Yanuar menarik napas beberapa kali, berbalik dan mengambil tongkat lagi.

"Aku… aku hanya ingin…" Kaila tidak menyelesaikan kata-katanya.

Adelia tersenyum, "Ayah dan paman yang menanamnya. Selama liburan musim kemarau, aku membaca beberapa buku tentang pertanian. Aku merasa bahwa menanam sayuran di rumah kaca dapat menghasilkan uang, jadi aku mempelajari teknik ini dan mengajak ayah serta paman. Kami membeli bahan untuk mengujinya."

Adelia mengatakan itu dengan sengaja. Dia telah menebak pikiran Kaila, jadi dia mengatakan ini untuk membuat Kaila menyesal, "Apa yang aku pelajari di universitas sekarang adalah tentang pertanian. Di masa depan, aku tidak hanya akan membantu ayah menanam sayuran di rumah kaca, tetapi juga membantu keluargaku menanam buah-buahan yang lezat, beternak babi dan ikan. Dalam beberapa tahun, kami akan semakin kaya."

Adelia mengangkat dagunya saat mengatakan ini, merasa sangat bangga. Kaila terkejut, dan melihat ketenangan di mata Adelia dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa? Sayuran di rumah kaca itu ternyata ditanam oleh Keluarga Widjaja. Dan teknik menanam di sana dipelajari oleh Adelia?

Adelia tersenyum lagi, "Apa kamu tahu? Kak Evan juga telah diterima di perguruan tinggi, universitas bagus di Jakarta. Dia belajar komputer."

Wajah Kaila dengan cepat berubah warna. Wajahnya menjadi pucat, dan sedikit rasa sakit melintas di matanya, "Tidak, kamu berbicara omong kosong, bagaimana kamu bisa menanam sayuran di rumah kaca? Kalian semua…"

"Adelia mempelajarinya dulu." Yanuar mengambil tongkat dan memukul Kaila, "Adelia pandai, dan mempelajari segalanya dengan cepat. Kenapa dia tidak bisa? Kamu pikir dia seperti dirimu yang pemalas?"

"Bagaimana bisa?" Kaila masih tidak mempercayainya, dan menggelengkan kepalanya dengan keras, "Tidak mungkin, tidak mungkin!"

"Jangan berteriak di depan rumah kami!" Tongkat di tangan Yanuar mengenai Kaila. Gadis itu pun berjalan ke rumah Keluarga Sudrajat dengan putus asa, dan sambil berjalan, dia masih memikirkan hal yang mustahil ini.

Setelah Kaila pergi, Adelia menyeret Yanuar kembali ke rumah. Dia membuat teh, menuangkan secangkir masing-masing untuk dirinya sendiri dan ayahnya. Kemudian, dia meminum teh sambil menikmati biji bunga matahari. Ini benar-benar terasa santai.

Dibandingkan dengan suasana hati Adelia yang baik, suasana hati Kaila sangat buruk. Dia banyak berpikir dalam perjalanan ke rumah Keluarga Sudrajat, dan suasana hatinya sangat tidak stabil. Dia memikirkan banyak hal di kehidupan sebelumnya. Ketika dia kembali ke Desa Gayatri di kehidupan sebelumnya, dia hanya tahu bahwa Raditya telah menghasilkan banyak uang, dan dia melihat bahwa Raditya sangat baik pada Adelia, jadi dia pikir Raditya memiliki masa depan cerah dan mencintai istrinya. Oleh karena itu, Kaila bersedia menikah dengannya.

Tetapi, hanya setelah Kaila menikah dengan Raditya, dia tahu bahwa pria ini hanya bisa berbaring di tempat tidur. Dia adalah orang pedesaan biasa, yang hanya bisa bekerja di ladang, dan tidak memiliki keterampilan yang hebat sama sekali. Dia juga tidak peduli dengan istrinya, dan benar-benar berani melakukan kekerasan.

Raditya sama sekali tidak sebaik Evan. Setidaknya di kehidupan sebelumnya, Evan sangat perhatian pada Kaila, sedangkan Raditya tidak pernah memberikan apa pun padanya. Kaila awalnya berpikir bahwa dia akan punya uang untuk dibelanjakan untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan jika menikah dengan Raditya. Tapi sekarang dia tahu bahwa keadaannya sama sekali tidak seperti itu.

Alasan mengapa Raditya mampu menghasilkan banyak uang di kehidupan sebelumnya sebenarnya adalah karena dia menikah dengan Adelia. Semuanya dimulai dari ide Adelia. Dia yang mendorong Keluarga Sudrajat untuk maju. Tanpanya, mustahil bagi orang-orang dari Keluarga Sudrajat untuk mendapatkan kekayaan.

Kaila berpikir, apa gunanya menikahi Raditya? Pria itu tidak akan pernah kaya. Jika bersama Raditya, dia hanya akan menderita seumur hidup. Selain itu, apa yang paling tidak dapat diterima Kaila adalah bahwa Evan diterima di universitas saat Kaila sudah mencampakkan pria itu.

Jika Evan belajar dengan baik, dia bisa menghasilkan banyak uang. Untuk Raditya, Kaila rela meninggalkan Evan. Namun, kini keadaan berbanding terbalik dengan perkiraan. Kaila menggaruk rambutnya dengan keras. Dia tidak pernah menyadari sampai sekarang bahwa ternyata Adelia tidak merebut calon suaminya yang baik di kehidupan sebelumnya, tetapi justru gadis itu yang sudah mengubah takdir Raditya. Semua yang ada di kehidupan sebelumnya itu, rupanya tergantung pada Adelia. Memikirkan hal ini, Kaila tersenyum getir.