"Zion. Kenapa lo ngak pernah cerita soal cewek yang ada di rumah lo sama gue?" Tanya Angga sesaat setelah dia berada di ruang kerja Zion.
"Sejak kapan gue harus lapor siapa aja orang yang ada di rumah gue ke lo?" Zion kembali bertanya sambil tetap fokus melihat kertas laporan yang ada di meja kerja nya.
"Jadi siapa sebenar nya cewek itu? Gue ngak rasa lo ngak akan biarin dia masuk ke rumah lo kalo dia cuman jadi cewek mainan lo seperti biasanya." Zion langsung meletak kan kembali kertas kertas yang ada di tangan nya lalu beralih menatap Angga.
"Nama nya Abigail Adriella Keiko, dan dia bukan cewek mainan gue, ngerti?"
"Keiko? Kok gue kayak pernah denger nama itu ya?" Terka Angga bingung.
"Dia anak dari Alexander Keiko."
"Alexander Keiko? Bukan nya dia orang yang dulu pernah lo cari cari karena utang nya sama lo?" Angga kembali menerka dan di balas anggukan oleh Zion.
"What?? Jadi cewek itu tawanan lo? Tapi tumben lo masih biarin dia hidup, dan gue denger lo malah biarin dia sekolah."
"Ohhh wait, jangan bilang kalo lo suka sama tu cewek, ohh no.... big no.. lo biarin dia hidup karena lo suka sama dia kan Yon? Lo cinta sama dia?" Tanya Angga yang membuat Zion bingung.
"Ngak. Gue ngak cinta sama dia, gue cuman ngak mau dia mati gitu aja." Ucap Zion, lalu kembali fokus pada kertas kertas nya. Entah kenapa, saat dia mengucap kan bahwa dia tidak mencintai Abi membuat hati nya terasa sakit.
"Terus gimana soal lo sama yag dulu? Apa lo udah bisa lupain dia?" Tanya Angga serius.
"Gue juga ngak tau. Gue bingung sama perasaan gue sendiri sekarang. Gue juga bingung harus apa Nga." Ucap Zion frustasi. Walaupun Zion dan Angga lebih sering ribut jika mereka bertemu, namun tidak bisa di pungkiri jika mereka berdua adalah sahabat yang saling mengerti satu sama lain dan juga selalu ada di saat yang lain membutuh kan nya, itu sebab nya Zion selalu terbuka ke pada Angga, begitu juga Angga yang selalu terbuka pada Zion.
"Lo harus bisa pastiin perasaan lo Yon, jangan sampai lo menyesal ketika lo udah kehilangan dia sama seperti sebelum nya. Tapi sejujur nya walau pun gue kasih saran seperti ini, gue ngak bisa pungkiri kalau gue juga ngak sepenuh nya mendukung hubungan lo."
"Lo tau sendiri kan Babel Crop ngak akan pernah berhenti buat hancurin hidup lo." Ucap Angga.
"Itu yang gue takutin. Gue ngak mau kejadian dulu terjadi lagi kepada Abi. Dan gue rasa, Babel Crop sudah mulai mengincar Abi sekarang ini." Ucap Zion yang sontak membuat Angga melotot.
"Jadi mereka sudah seajuh itu?" Tanya Angga yang hanya di balas anggukan oleh Zion.
"Apa gue bisa ketemu sama cewek itu?" Tanya Angga yang membuat Zion menaikkan sebuah alis nya, bertanya tanya apa alasan Angga dengan ucapan nya tadi.
"Tenang tenang... Gue ngak ada maksud lain kok. Gue cuma pengen kenal sama dia, mana tau nanti di jalan gue liat dia dalam bahaya kan bisa gue tolongin." Ucap Angga yang langsung mendapat lemparan dari Zion.
"Jaga mulut lo."
"Ya kan gue cuman ngasih alasan. Lagian tatapan lo tadi kayak lo cembokor banget anj*ng."
"Serah lo aja bangsa*t."
***
Abi sedang berjalan di koridor sekolah nya sambil membawa tumpukan di tangan nya. Saat Abi sedang berjalan, tiba tiba dia menabrak seseorang yang membuat semua tumpukan buku di tangan nya langsung terjatuh ke lantai.
"Aduh.. So.. Sorry." Ucap Abi sambil mengumpul kan buku buku itu lagi.
"Abi!!" Panggil orang tersebut sambil menggenggam tangan Abi. Abi menaik kan kepala nya dan menemukan Rido di hadapan nya.
"Ri.. Rido!!" Ucap Abi. Saat menyebut nama Rido, Abi langsung teringat dengan kejadian di kamar mandi itu. Abi langsung berdiri lalu mundur agar menjauh dari Rido. Rido yang heran dengan sikap Abi yang berubah kepada nya memajukan langkah nya mendekat ke arah Abi.
"Jangan deket deket sama aku lagi. Abi mohon Do, Abi takut." Ucap Abi yang membuat Rido semakin heran.
"Lo kenapa sih Bi? Kenapa sejak kemarin sikap lo sama gue berubah? Dan takut?? Kenapa lo tiba- tiba jadi takut sama gue? Emang gue ada salah apa sama lo?" Tanya Rido bingung.
"Rido ngak salah apa apa kok, tapi Abi yang salah, Abi yang salah." Ucap Abi yang semakin membuat Rido bingung. Dia langsung menghampiri Abi daan memeluk gadis itu. Abi sempat memberontak namun Rido tetap berusaha menahan Abi agar tetap di pelukan nya, dan hal itu di saksikan oleh seseorang. Dia terlihat begitu marah saat melihat Abi dan Rido berpelukan.
"Awas lo Abi. Lo bakal mati di tangan gue." Ucap seseorang itu lalu pergi meninggal kan Abi dan juga Rido.
"Lo ngak salah kok Bi. Lo ngak salah, gue cuman mau tau kenapa sikap lo berubah sama gue." Tanya Rido yang masih memeluk Abi. Perlahan Abi mendorong tubuh Rido agar melepas pelukan nya.
"Maafin Abi Do, tapi Abi ngak bisa lagi deket deket sama Rido. Maafin Abi." Ucap Abi lalu bergegas memberes kan buku bukunya yang ada di lantai.
"Biar gue bantu." Tawar Rido namun langsung di tepis oleh Abi.
"Nga.. Ngak usah do. Aku bisa sendiri kok." Ucap Abi. Setelah Abi selesai dengan buku buku nya, dia langsung bergegas pergi dan meninggal kan Rido yang masih berjongkok di sana.
Rido menatap punggung Abi yang semakin lama semakin menghilang dari pandangan nya. "Sebenar nya lo kenapa sih Bi? Apa yang membuat lo takut dan memilih menjauh dari gue?" Tanya Rido yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.
Saat Abi berjalan menuju kelas nya tiba tiba ada seseorang yang menarik kasar tangan nya. Buku buku yang ada di tangan Abi terjatuh kembali ke lantai. Abi menatap orang tersebut dan langsung terkejut saat melihat orang itu.
"Ka.. Kamu? Kamu yang kemarin mukulin Abi kan?" Tanya Abi ketakutan. Seseorang tersebut tidak menjawab pertanyaan Abi dan langsung menarik kasar tangan Abi agar mengikuti nya. Abi tidak tahu entah kemana dia akan di bawa oleh orang ini.
"Tunggu... Kamu mau bawa Abi kemana?" Tanya Abi sepanjang jalan namun seseorang itu tidak menjawab sama sekali.
Kini Abi dan seseorang itu sudah ada di rooftop dan seseorang itu langsung mendorong tubuh Abi hingga terjatuh ke lantai. Abi meringis kesakitan saat tangan nya terbentur ke meja bekas yang ada di sana.
Abi melirik ke bagname orang itu. Abi melihat sebuah nama di sana 'Livia'.
"Kamu mau ngapain? Abi salah apa lagi? Abi udah jauh jauh kok dari Rido, kenapa kamu masih jahat sama Abi?" Tanya Abi.
Livia maju dan mencengkram kerah baju milik Abi dan menampar Abi hingga mengeluar kan bunyi nyaring. Abi meringis kesakitan.
"Lo bilang lo udah jauh jauh dari Rido? Lo pikir gue bego? Terus yang tadi gue liat apa jalang?"
"Maksud kamu apa?" Tanya Abi yang tidak mengerti dengan pertanyaan Livia.
"Tadi lo pelukan kan sama Rido. Lo pikir gue ngak liat?" Ucap Livia yang langsung membuat Abi menegang, bagaimana mungkin dia bisa melihat nya.
"Tadi Abi bener bener ngak tau kalau Rido bakal peluk Abi. Abi minta maaf, Abi ngak ada hubungan apa apa kok sama Rido. Tolong percaya sama Abi."
"Diam lo jalang." Teriak Livia sambil kembali menampar Abi.
"Kak Zion, kak Yuda tolongin Abi." Ucap Abi di sela seal tangis nya. Livia tersenyum licik lalu menangbil sebuah batang kayu sudah ada di sana.
Abi ketakutan saat Livia berjalan ke arah nya dengan batang kayu yang ada di tangan nya. "Lo teriak sekeras apapun ngak akan ada yang bisa denger lo brengsek." Ucap Livia.
"Livia, Abi mohon.. Jangan pukul Abi, Abi minta maaf." Mohon Abi.
"Sekarang lo akan tau apa yang bakal lo rasain ketika lo ngak nurut sama kata kata gue." Ucap Livia sambil mengangkat batang kayu di tangan nya.
"Aaaaaaaa, kak tolongin Abi......" Teriak Abi semakin keras sedang kan Livia tertawa sekeras keras nya menikmati suara tangisan dan minta tolong dari Abi. Dia benar benar gadis psychopath sesungguh nya.
"Tolongin Abi kak... To..... lo.... ngg"