"Silakan, apa yang kamu lihat?" Iqbal tidak sabar, mengambil bola kertas dan melemparkannya ke asistennya.
"Bagus, bagus." Asisten itu mengambil tempat sampah dan keluar dari ruangan.
"Bagaimana kabarmu?" Zirda membungkuk dan bertanya.
"Masuk, masuk." Asisten muda itu melirik Zirda, menghela nafas, lalu menggelengkan kepalanya dan berjalan pergi.
Melihat perilaku aneh asisten muda itu, Zirda menggaruk kepalanya dan masuk tanpa memikirkannya. Yang menarik perhatian adalah Iqbal duduk di kursi dengan punggung menghadapnya, dengan tatapan yang sangat misterius.
"Halo?" Iqbal berkata ragu-ragu, mencoba menarik perhatian Iqbal.
Aku perwakilan dari Infomedia Studio." Zirda mengerutkan kening, bertanya-tanya apakah ada orang di belakang kursi.
"Eh, gadis bau, apa yang akan kamu undang untuk makan kali ini?" Iqbal berbalik dengan senyum sinis, tetapi menemukan bahwa orang di depannya bukanlah Liana.
"Apa?"Zirda memutar alisnya lagi, dengan ekspresi bingung.
