Hari pernikahan Ardi dan Ana akan dilangsungkan hari ini di rumah pribadi Ardi yang cukup lama tidak ditempati Ardi. Ardi lebih memilih menempati apartemen daripada rumah pribadinya. Setelah meminta tolong maid yang menjaga rumahnya membersihkan rumah dan kamar yang ada dinrunahnya, Ardi membawa pakaian Ana ke rumah pribadinya tadi malam sembari menyiapkan keperluan yang diperlukan untuk hari pernikahannya.
Ana tengah dirias seorang MUA terkenal yang menjadi langganan artis ibu kota dan istri pejabat tinggi di ibukota. Wajah Ana yang putih bersih alami dan cantik tidak menyulitkan bagi perias yang tengah memoles beberapa make up diwajah Ana. Make up natural di pilih oleh perias untuk menambah kesan cantik. Selesai dirias Ana memakai kebaya berwarna putih dengan taburan permata. Kebaya pengantin sederhana menjadi pilihan Ana untuk pernikahannya dengan Ardi setelah perdebatan panjang dengan Ardi ketika dibutik kemarin.
Ana mengesah pelan ketika beberapa orang memintanya untuk turun kebawah dikarenakan acara ijab qabul sebentar lagi dimulai. Ya. Ana mematut dirinya dicermin. Cantik. Tapi tidak seperti yang Ana bayangkan. Ana belum ingin menikah dalam waktu secepat ini. Ana masih ingin meniti karir, namun ternyata takdir berkata lain. Ana hari ini akan menikah dengan Ardi, lelaki yang baru dikenalnya beberapa hari.
Ana berjalan menuju tempat akan dilangsungkannya akad nikah. Ruangan yang telah dihias dengan cantik walau terkesan sederhana sesuai permintaan Ana. Ana tidak mempermasalahkan pesta pernikahan atau konsep acara. Tetapi seharusnya Ana menikah dengan orang yang Ana cintai dan mencintai Ana. Bukan pernikahan seperti ini yang menjadi impian Ana. Lagi lagi Ana mengesah pelan setelah duduk disamping Ardi yang tengah bersiap mengucapkan ijab kabul.
"Saya Terima nikah dan kawinnya Ana Kirana Hardianti dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ardi mengucapkan ijab qabul dengan lancar dalam satu kali tarikan nafas
Sah..
Sah..
Sah..
Suara sah menggenang dari para saksi yang menghadiri pernikahan Ardi dan Ana. Pernikahan Ardi dan Ana dilaksanakan sederhana sesuai permainan Ana. Wali hakim menjadi wali bagi Ana. Ana sengaja tidak memberitahu kakaknya karena Ana takut kakaknya akan memanfaatkan harta Ardi jika mengetahui Ana menikah dengan Ardi walaupun pernikahan kontrak. Mengingat hal ini maka Ana meminta pernikahan dilaksanakan secara sederhana dan hanya dihadiri keluarga Ardi saja.
Deg..
Jantung papa Wijaya berdetak dengan tidak normal ketika mendengar nama asli Ana.
'Hardian? Apa wanita ini anak Hardian?' batin papa Wijaya
Gelagat aneh papa Wijaya ditangkap mama Rina, namun mama Rina akan menanyakan nanti jika acara telah selesai karena mama Rina tidak ingin merusak momen pernikahan putra semata wayangnya.
Setelah selesai menandatangi berkah pernikahan dan sungkem kepada orang tua Ardi, acara pernikahan selesai dan dilanjut menikmati makanan yang telah disajikan kepada para tamu. Ardi dan Ana mengikuti acara jamuan sebentar sebelum pulang ke rumah pribadinya.
***
Ardi dan Ana kini telah berada di rumah pribadi Ardi. Ardi dan Ana kini tengah membersihkan diri di kamar mandi yang berada didalam kamar masing-masing. Ya. Seperti janji Ardi sebelum pernikahan dilaksanakan, Ardi dan Ana tidak akan tinggal dalam satu kamar, namun Ana tetap harus melayani keperluan Ardi sebagai suaminya. Kamar Ana tepat berada disamping kamar pribadi Ardi. Setelah membersihkan diri mereka merebahkan tubuh dan beristirahat karena tubuh mereka merasa sangat lelah. Malam ini tidak ada percakapan diantara mereka setelah mereka masuk ke kamar masing-masing. Malam ini juga belum terjadi yang namanya malam pengantin seperti pasangan penganti baru pada umumnya. Mereka telah terlelap ke alam mimpi masing-masing.
***
Setelah memasak untuk sarapan pagi mereka, Ana kembali ke kamar untuk bersiap sebelum berangkat kerja. Ana telah menyiapkan pakaian kerja Ardi sebelum Ana menyiapkan pakaian kerjanya sendiri. Ana masuk ke kamar Ardi ketika Ardi memanggilnya.
"Iya Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ana yang kini telah berdiri dihadapan Ardi yang tengah memasang dasi
"Bantu saya memasang dasi ini." Jawab Ardi
"Baik pak." Ana memasangkan dasi yang sudah menggantung dileher Ardi, sedangkan Ardi mendekatkan diri kearah Ana dan mencium bau wangi lavender yang menenangkan dari tubuh Ana.
Ana memundurkan tubuh setelah dasi terpasang dengan rapi. Ardi yang tengah menghirup aroma lavender ditubuh Ana terkesiap ketika Ana memundurkan tubuhnya.
"Sudah pak." Ucap Ana
"Baiklah. Ayo kita sarapan." Ardi berusaha bersikap tenang
Ardi dan Ana menuju meja makan yang berada di lantai bawah. Ardi dan Ana duduk bersebelahan dimeja makan. Ana mengambilkan nasi dan lauk untuk Ardi. Ardi dan Ana menikmati sarapan dengan suasana hening dan sesekali Ardi mengerjapkan mata ketika merasakan masakan Ana enak dan cocok dilidahnya. Tanpa Ana ketahui Ardi tersenyum tipis disudut bibirnya kepada Ana ketika Ardi tengah menikmati masakan yang Ana buat.
Selesai sarapan mereka berangkat kerja. Ana menolak berangkat bersama Ardi, Ana lebih memilih berangkat kerja menggunakan ojek online. Ardi hanya bisa mendesah dengan sikap Ana yang keras kepala menurut Ardi. Ardi mengalah dan tidak memaksa Ana untuk berangkat bersama. Ardi memutar kemudian mobil meninggalkan rumah setelah ojek online yang ditumpangi Ana berlalu dari hadapannya.