"Pak Ardi. Saya turun di jalan depan saja iya. Nanti saya pulang naik angkutan umum saja Pak Ardi," ucap Ana saat Ana dan Ardi telah berada di dalam mobil.
Ardi menoleh ke arah sang istri lalu menautkan kedua alis mendengar ucapan sang istri. "Kamu mau kemana Ana?"
Ana berdecak kesal. "Pak mau tahu saja apa mau tahu banget iya? Kepo iya Pak Ardi?" Ana dengan sengaja meledek sang suami.
Ardi mengusak gemas kepala sang istri. "Kamu ini iya sudah bisa meledek suami sekarang? Beritahu ke saya kamu mau kemana hari ini? Saya akan mengantarkan kamu kemanapun kamu akan pergi hari ini."
"Tidak usah Pak Ardi. Saya malu kalau Pak Ardi mengantarkan kemana saya akan pergi," sanggah Ana.
"Baiklah. Kalau begitu kamu tidak boleh pergi jika saya tidak boleh ikut Ana." Pak Ardi mengancam Ana dengan menancap gas menambah kecepatan laju kendaraannya.
Melihat apa yang dilakukan oleh Pak Ardi laki-laki yang kini telah menjadi suaminya itu, Ana mendengus kesal. Ana tidak menyangka jika laki-laki yang terkenal dingin oleh rekan bisnisnya dan karyawan di perusahaan milik laki-laki itu ternyata seorang pemaksa.
"Baiklah. Kita belok ke pusat perbelanjaan itu iya Pak Ardi. Ana ingin belanja kebutuhan bulanan hari ini. Kebutuhan bulanan Ana telah habis Pak Ardi," balas Naa menyerah. Ah.. Lebih tepatnya ana memilih untuk mengalah karena malas berdebat dengan laki-laki yang ternyata menyebabkan itu.
Ardi tersenyum samar melihat sang istri yang akhirnya bersedia pergi bersama dengan dirinya ke sebuah pusat perbelanjaan yang berada di tengah kota Jakarta. Ardi memutar kemudi berbelok ke pusat perbelanjaan lalu memarkirkan mobil dengan rapi. Ana turun dari mobil tanpa menunggu sangat suami keluar dari mobil yang mereka tumpangi.
Tak lama kemudian ana dan Ardi melangkahkan kaki masuk ke dalam pusat perbelanjaan itu dengan berjalan berdampingan bagai sepasang suami istri yang tampak akur walaupun ana dan Ardi tidak saling berpegangan tangan.
Ana mengambil troly belanja sebelum masuk ke sebuah supermarket yang berada di dalam pusat perbelanjaan itu. Dengan gerak cepat Ardi mengambil alih troly yang sedang didorong oleh sang istri. Ana tidak melakukan perlawanan saat sang suami mengambil alih troley yang sedang didorong oleh dirinya saat ini. Ana melenggangkan langkah kaki di depan sang suami sembari mencari keperluan bulanan Ana yang telah habis di rumah.
"Kamu tidak membeli ini Ana?" tanya Pak Ardi sembari mengambil satu buah pakaian dalam wanita.
Ana tersenyum canggung sembari menahan rasa malu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami saat beberapa orang yang berada di dekat mereka sedang menatap ke arah Ana dan Ardi saat ini. Sementara itu, Pak Ardi menunjukan sikap tenang seolah dirinya tidak melakukan kesalahan apapun saat ini.
"Wah.. Suaminya romantis sekali iya mau membelikan pakaian dalam sang istri. So sweet," ucap Ibu yang menggunakan pakaian berwarna biru.
"Mereka pasti pengantin baru. Istrinya masih tampak malu-malu itu," ucap Ibu yang mengenakan hijab tepat pada sasaran dengan apa yang telah diucapkan olehnya tentang Ana dan Ardi.
"Semoga langgeng iya mas dan mba. Jarang banget dijaman sekarang ada suami yang romantis dan perhatian seperti suami mba itu. Mba beruntung mendapatkan suami seperti masnya itu mba. Dijaga dengan baik iya masnya mba jangan sampai diambil oleh pelakor iya mba," sahut Ibu yang sedang menggendong bayinya itu.
Ana semakin merasa canggung saat beberapa ibu-ibu yang berada di dekat mereka menanggapi apa yang telah dilakukan oleh sang suami. Tatapan tidak dapat diartikan ditujukan oleh Ana kepada sang suami yang sedang meringis menunjukan deretan giginya yang putih dan bersih itu.
Ana tersenyum menanggapi ucapan beberapa ibu-ibu itu lalu melangkahkahn kaki sembari menyerah pelan troly belanja mereka. Ardi mengikuti langkah kaki ana yang kali ini cukup lebar dan tergesa. Sementara itu, beberapa ibu-ibu itu masih membicarakan Ana dan Ardi. Namun Ana berusaha untuk menulikan pendengaran dengan apa yang sedang diucapkan oleh beberapa ibu-ibu tadi.
"Ana.. Ini yang sayap lebih panjang dari yang kamu ambil tadi," ucap Ardi kali ini dengan berbisik di telinga sang istri.
Ana yang sedang memilih sabun mandi terkesiap dengan apa yang diucapkan oleh sang suami sontak langsung memutar tubuh menghadap ke arah sang suami yang sedang menatap ke arah Ana saat ini.
Astaghfirullah..
Ana menghala nafas berat lalu menatap ke sekitar dengan harapan tidak ada yang melihat apa yang sedang dilakukan oleh sang suami saat ini yaitu memegang benda wajib yang digunakan oleh wanita saat tamu bulanan itu datang. Beruntung suasana di sekitar Ana dan Ardi saat ini sedang sepi sehingga Ana merasa aman dan tidak malu seperti saat sang suami memegang pakaian dalam wanita beberapa saat yang lalu.
Ana dengan gerakan cepat mengambil benda yang sedang dipegang oleh sang suami saat ini lalu memasukan ke dalam troly belanja yang ada di hadapan sang suami. Ana menukar benda itu dengan benda yang telah dipilih oleh dirinya tadi. Banyak tanya dalam benak Ana tentang kenapa sang suami dalapat menemukan benda itu, sedangkan dirinya tadi mencari sampai ke bagian bawah namun tidak menemukan benda yang dicari oleh Ana tadi. Namun Ana tidak ingin terlalu memikirkan hal itu. Ana kembali melangkahkan kaki dan mengacuhkan sang suami sejak sang suami menunjukan benda keramat kepada dirinya. Ardi yang dapat memahami sikap Ana memilih untuk diam seribu bahasa dan melihat ke sekitar memilih barang yang juga dibutuhkan boleh dirinya.
Ana menghentikan langkah saat merasa sang suami tidak ada di belakang dirinya saat ini. Ana kembalikan tubuh menghadap ke sang suami yang sedang berada di bagian perlengkapan pria saat ini. Ana menautkan kedua alis melihat apa yang sedang dipegang oleh sang suami.
"Saya pikir CEO sukses seperti Pak Ardi tidak suka memakai benda murah dan merakyat seperti itu. Saya pikir CEO sukses seperti Pak Ardi hanya akan menggunakan barang branded dari luar negeri," ucap Ana yang kini telah berdiri di samping sang suami.
Tak..
Satu jitakan mendarat di kening Ana dari sang suami. Ana mengaduh kesakitan atas apa yang telah dilakukan oleh sang suami di keningnya yang mulus itu. Sementara itu, sang suami bersikap seperti biasa dan tenang seolah tidak melakukan apapun kepada sang istri saat ini.
"Sakit?" tanya Ardi sembari menatap ke arah sang istri yang masih mengusap keningnya.
Ana hanya menanggapi ucapan sang suami dengan anggukan kepala.
"Jangan sembarangan kalau bicara Ana. Saya ini juga manusia biasa Ana. Saya bukan pecinta barang branded dari luar jika hanya demi gengsi dan status sosial atau pengakuan orang lain saja Ana. Banyak barang yang memiliki kualitas bagus juga kan selain barang branded luar negeri dengannya harga puluhan bahkan ratusan juta itu? Uang sebanyak itu bagi saya bisa untuk membuka usaha atau membantu orang yang lebih membutuhkan Ana," terang Ardi.
Ana tercengang dengan apa yang diucapkan oleh sang suami yang kini sedang tersenyum ke arah Ana dengan senyuman hangatnya. Apa yang diucapkan ielh sang suami seketika dapat menghilangkan rasa sakit di kening Ana yang dijitak oleh sang suami beberapa saat yang lalu itu. Sungguh.. Ana tidak menyangka jika pemikiran laki-laki yang sangat menyebalkan di hadapan dirinya saat ini sangat luar biasa.
"Jangan menatap saya seperti itu Ana. Nanti kamu bisa jatuh cinta dengan suami kamu yang tampan ini."