Tampak sepasang kakak beradik, lebih tepatnya sepasang saudara kembar dengan gender yang berbeda saling menatap satu sama lain.
keduanya seolah saling menuduh dan menyalahkan masing masing dengan tatapan mereka, sekaligus saling menyalahkan dirinya sendiri dalam keterdiaman.
"Bisa kau jelas kan padaku apa yang terjadi?" tanya seorang gadis kepada pemuda di hadapannya itu.
Seruan helaan nafas panjang terdengar dari celah pemuda itu.
Oh ayolah kali ini bukanlah waktu yang tepat bagi mereka berkelahi ataupun saling menyalahkan.
"Jika aku tahu, aku juga pasti sudah keluar dari tubuhmu ini Nate."
"Kau fikir aku juga mau berada di tubuhmu Nara sang Tuan Putri manjaa~~" lirih Nate yang kini terperangkap di tubuh Nara.
Nara kembali menghela nafasnya kasar. Sungguh ia tak suka terperangkap di tubuh orang lain seperti saat ini,walaupun saudara kembarnya sendiri, yang tak lain adalah Nate.
"Lalu bagaimana ini? apa yang harus kita lakukan?" ujar Nara yang sedikit memekik cukup keras.
Ia merasa tak nyaman berada di dalam tubuh Nate, begitupun dengan Nate yang sama merasa risih di dalam tubuh Nara.
"Bagaimana kita coba tidur disini, sembari berpegangan tangan, siapa tahu saat kita terbangun kita akan bertukar kembali ke tubuh semula?" usul Nate kali ini pada Nara.
"Kau yakin akan berhasil? Atau berapa persen angka keberhasilannya?" seru Nara yang tak terlalu yakin dengan cara Nate.
Sebuah gendikan bahu pelan yang Nate berikan pada Nara.
Oh ayolah, kalau Nate tahu berapa angka keberhasilannya tak mungkin ia akan mengatakan 'coba' tetapi pasti ia akan memaksakannya, tak bisakah Nara dapat menelaah dengan baik kata kata yang diucapkan oleh Nate?
Sebuah helaan nafas panjang terdengar dari belah bibir Nara.
"Yasudah, kita coba!" seru Nara pada akhirnya.
Tanpa basa basi Nara dan Nate naik ke atas ranjang Nate dan merebahkan tubuh keduanya berdampingan saling berpegangan tangan seperti saran Nate sebelumnya.
Tak lama keduanya mulai memejamkan kedua matanya dengan harapan setelah membuka matanya kembali jiwa mereka kembali ke tempat semula.
Ceklek
"Yak Nate! Apa - apaan kalian tidur bersama seperti ini! Nara! perhatikan pakaian mu! Kalau mau tidur kembali ke kamar mu!"
'Ugh ... bodoh! Seharusnya kau mengunci pintunya!' umpat Nara dalam benak menatap Nate yang berada di sebelahnya.
"Ka Ed?, Mengapa ke sini?"
Sepertinya bukan hanya jiwa Nate yang tak berada di tempatnya, melainkan akal pemikirannya juga!
Bagaimana mungkin Nate dengan santainya justru ingin membangunkan singa tidur seperti Ed yang tengah berdiri dengan bertolak pinggang menatap dirinya dan Nara.
Sebuah helaan nafas pelan terdengar samar samar di telinga Nate.
"Nara, kakak ke sini untuk mencari saudara kembarmu Nate karena ada hal laki laki yang harus di bicarakan, lalu mengapa kau berada disini dengan pakaian minimmu sembari tidur dengan Nate?" tanya Ed dengan suara nya yang tiba tiba saja berubah drastis menjadi lembut.
Nate menegukkan salivanya kasar. Jika saja ia tak berada ditubuh Nara sudah dapat dipastikan bukan suara lembut yang ia dapatkan, melainkan suara umpatan atau makian dari Ed, yang bisa dibilang orang nomer satu yang akan maju ke depan melindungi Nara.
"Aku tadi gerah makanya mengenakan pakaian seperti ini, lalu saat berbicara dengan Nate aku lelah dan memutuskan untuk tertidur disini." Bohong Nate yang mulai memainkan perannya menjadi Nara.
Nara yang berada di samping Nate hanya memutarkan maniknya malas. Alasan klasik yang terdengar konyol menurutnya tak masuk akal!
"Ah, baiklah, kalau begitu kembali ke kamar mu Nara,"
Deg!
What?
'Ka Ed percaya?! Astaga jawaban konyol seperti itu saja Ka Ed percaya,' benak Nara yang terperangkap di tubuh Nate.
Setelah nya Nate tersenyum tipis dan beranjak ke kamar Nara.
"Ganti pakaian mu!" pekik Ed sebelum Nate benar benar menghilang ke kamar Nara.
"Nate."
Nara masih terdiam, tak menyadari Ed memanggil dirinya.
"Nate."
Lagi sapaan yang sama pada Nara, tetapi kali ini Nara menyadari panggilan itu sembari mengerjapkan maniknya pelan.
"Iya ada apa Ka?" tanya Nara pada akhirnya pada Ed.
'Fokus Nara! kali ini kau menjadi Nate!' pekik Nara mengingatkan dirinya sendiri dalam hati.
Ed tak langsung menjawab, melainkan melangkahkan kaki nya dan duduk di tepi ranjang Nate.
"Ada apa Ka? Kau seperti tak bersemangat? Kau sedang patah hati?" tanya Nara pada Ed.
Tak biasanya Nara melihat sang kakak yang berubah menjadi sendu seperti itu.
"Sepertinya dia hendak meninggalkanku Nate."
Deg!
'Who? Ka Ed memiliki kekasih? Mengapa aku tak tahu?'
"Maksudnya Ka? Mengapa Ka Ed mengatakan seperti itu?" tanya Nara mencoba menggali hal yang tak ia ketahui dengan pemilihan kata yang terkesan ambigu.
Ed terdiam menatap lekat Nara, seolah mempertimbangkan apa yang harus ia katakan pada Nara.
"Lucy akan melanjutkan kuliah double degree ke London, dan dia tak mengatakan apapun padaku, aku baru tahu saat tak sengaja melihat chat dengan sahabatnya Anya."
'What? Lucy? Kakak pacaran dengan adik dari Ka Louis? Tunggu ... bukan kah aku menjadi seperti ini juga karena Ka Louis? Arggh ... Sial!'
Ed yang merasa Nara tak merespon apapun yang di katakannya, melainkan hanya menatap nya dengan tatapan yang sukar di tebak, Ed pun akhirnya berinisiatif menepuk pundak Nara.
"Nate, apakah menurutmu sebaiknya aku mengatakan pada Lucy bahwa aku mengetahui hal ini? Atau aku berpura pura tak tahu apapun?" tanya Ed dengan nada lemah.
Untuk sesaat Nara terdiam, ia melihat betul kesedihan yang Ed rasakan. Jujur saja ia tak tega melihat kakak kandungnya yang sangat cerdas dan tampan seperti kehilangan sumber kekuatannya.
'Apa Ka Ed benar benar mencintai Lucy?'
"Kalau menurutku, kakak harus memancingnya lebih dulu, seperti kakak mencoba menanyakan padanya apakah ia memiliki hal yang ingin di bicarakan pada Ka Ed atau tidak, siapa tahu Lucy hendak mencari waktu yang tepat mengatakannya padamu."
Ed tampak menganggukan kepalanya, mengiyakan ucapan Nara yang terdengar masuk akal untuknya.
"Baik Nate, thank you, aku tak menyangka kali ini kau memberikan solusi yang masuk akal."
Reflek Nara terkekeh pelan. Ia sadar betul terkadang saudara kembarnya memang memberikan saran yang tak masuk akal.
"Sepertinya kau puas sekali menertawakan dirimu sendiri.''
'Diriku?'
Nara kembali tertawa lebih keras dari sebelumnya.
Ed yang merasa aneh dengan Nate hanya menaikkan alis nya sebelah, dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak mengerti mengapa sang adik justru menertawakan dirinya sendiri.
'Seandainya Ka Ed tahu jika aku adalah Nara, pasti Ka Ed akan ikut tertawa bersama ku.'
———
Leave a comment, and vote