Chereads / KULTIVATOR CABUL / Chapter 5 - Panggilan ibu

Chapter 5 - Panggilan ibu

( Orang ke 3 PoV)

Setelah Ye Chen meniduri Yue Lin dan Yu Yun, dia melihat karya seninya dengan wajah bangga. Kedua memek gadis itu terus mengalirkan jus cintanya ke kasur.

"Tuan... Saya sudah menyiapkan kamar mandi" Ucap Ai Han berdiri telanjang di samping.

"Ya... Apa jadwal hari ini?" Tanya Ye Chen.

Ye Chen tanpa sopan menangkap kedua payudara montok Ai Han dan menjilatinya dengan rakus.

"Ah... Tuan memiliki Engh... jadwal untuk Angh!... bertemu nyonya Ye" Ucapnya dengan rona merah di wajah.

Ye Chen tersenyum nakal dan menariknya ke kamar mandi, mengabaikan mata budak yang sedang membersihkan kamar dan kedua pelayan yang pingsan di kasur.

...

Setelah selesai mandi dan bersiap, Ye Chen melihat ke kaca dengan bangga. Dia memiliki rambut hitam panjang dengan bola mata hitam, wajahnya tampan dan juga dingin saat cuek. Budak cantik dengan pakaian vulgar sedang berusaha merapikan pakaiannya sambil menggoda setiap saat. Ye Chen bisa melihat dada wanita yang merapikan pakaiannya sangat lezat jika di tiduri.

Ye Chen sudah terbiasa melihat tingkah budak di mansionnya, mereka terus menerus menggodanya setiap saat. Berusaha membuatnya teransang dan meniduri mereka.

"Tuan, sudah waktunya" Ai Han memesan di samping.

Ye Chen mengangguk dan mereka segera keluar dari mansion, dia sedikit penasaran mengapa ibunya memanggil.

...

Mansion Ibu Ye Chen tidak terlalu jauh dari mansionnya, mereka seperti tentanggaan. Ye Chen bisa melihat bahwa setiap orang di mansion ibunya pria, tapi mengapa harus telanjang?.

Mereka memiliki jenis laki - laki dari yang berotot sampai yang imut lucu dan lemah. Ye Chen cukup pusing melihat ini semua dan mulai meragukan ayahnya siapa?.

"Bah.... ini membuatku ingin muntah, kemanapun mata melihat. Aku melihat penis yang bergoyang di selangkangan mereka, tanpa malu melakukan tugas pelayan mereka" Pikirnya terus berjalan.

Ye Chen tidak terlalu mempermasalahkan ibunya yang lachur karena ini adalah kondisi dunia ini, bagaimanapun sex adalah kultivasi. Hanya saja dia menjadi semangkin penasaran siapa ayahnya? Yah... dia tau jawabannya sekarang.

Mengikuti Ai Han, Ye Chen memasuki kamar ibunya dengan mudah. Dia melangkah ke dalam dan hanya bisa terdiam untuk waktu lama.

"Angh~ Lagi..."

"Benar di sana! Engh..."

Itu pemandangan yang gila, Ye Chen melihat ibunya sedang melawan dua pria berotot di atas kasur. Dengan kejam memegang kendali kapal sambil berteriak.

"Nyonya... kami di sini" Ucap Ai Han.

Ibu Ye Chen melihat kehadirannya dan segera melepaskan kedua pria berotot itu. Dia bangkit tanpa pakaian, duduk di bangku sambil meminum anggur.

"Hah... memekku masih gatal!" Keluhnya kesal di ganggu.

"Apa yang kamu katakan Bu? Mungkin aku harus merubah pola pikir bumiku untuk dunia ini?" Keluh Ye Chen dalam hatinya.

"Maaf nyonya!" Seru Ai Han takut.

"Tidak apa"

Ibu Ye Chen melihat anaknya yang sudah tumbuh besar dengan pandangan bahaya dan tersenyum kecil. Dia menyuruh Ye Chen duduk di depannya, sambil menuangkan anggur untuk anaknya.

"Hei... saya masih 10 tahun oke? Apa yang di pikirkan ibu gila ini?" Pikir Ye Chen berteriak.

"Minum ini, itu ramuan"

Ye Chen diam - diam mengeluh, apakah dia bocah 10 tahun yang mudah di bohongi? tapi karena demi penyamarannya menjadi anak polos yang belum melihat dunia, dia patuh meminum anggur di meja.

*Gluk* *Gluk*

"Terimakasih bu!"

"Hem... mari ke tujuan, kamu tau aku memanggilmu ke sini untuk apa?"

"Uh... Memberi penghormatan untuk ibu?"

Ye Chen memainkan perannya dengan murni hingga Obito akan menangis melihat aktingnya. Dia harus terlihat polos dengan usia 10 tahunnya.

"Bukan!"

"Pertama : Saya ingin mengirim anda ke dunia luar untuk pengalaman karena 10 tahun anda hanya berada di kediaman keluarga. Itu tidak baik untuk pertumbuhan.

Kedua : Saya memberikan anda pelayan baru yang saya beli dengan mahal, wanita ini sangat susah di kendalikan dengan kontrak budak. Kekuatannya berada di Ranah Emas, itu semua demi keselamatanmu" Ucap ibunya dengan serius.

"Heh... Hebat Bu! Terimaksih banyak" Seru Ye Chen melompat dan memeluk ibunya.

"Baik, teteskan darahmu di kertas ini"

Ye Chen melihat kertas dengan huruf kuno, dia dengan patuh mengigit jarinya dan menandai kontrak dengan darah. Seketika jiwanya memiliki cabang yang kapan saja bisa di tekan dan di hapus.

"Baik, coba periksa pelayan baru di sana"

"Ya Bu!"

Ye Chen segera pergi dan Ibu Ye Chen mulai menanyai Ai Han dengan rasa ingin tahu.

"Sudah di ranah apa Ye Chen kecilku?"

"Lapor Nyonya, Tuan sudah berada di ranah Perunggu 3 bintang"

"Sangat cepat! Bagaimana bisa?"

Ibu Ye Chen sangat terkejut dengan kecepatan Kultivasi anaknya, ini melebihi harapan leluhur!.

"Bagaimana denganmu Ai Han? Kultivasi yang ku ajarkan kepadamu sangat istimewa"

"Lapor kepada Nyonya, Ai Han sangat berterimakasi. Saya telah berada di ranah Perunggu 2 bintang"

Sekali lagi ibu Ye Chen terkejut, dia bertanya - tanya. Apa yang mereka lakukan saat berkultivasi?.

"Apakah Ye Chen kecil mengetahui ini semua?"

"Tidak Nyonya, saya menyembunyikan seperti perintah anda"

Ibu Ye Chen menganggu pelan dan berkata "Baiklah... mulai sekarang ikuti dia dengan patuh"

Ai Han mengangguk dalam - dalam, dia tidak bersuara karena Ye Chen telah kembali dengan wanita pelayan barunya.

"Ibu... Mengapa dia terlihat menakutkan?" Ucap Ye Chen melihat tatapan dingin pelayan barunya. Sebenarnya Ye Chen sangat bersemangat melihat tatapan dingin wanita cantik itu, dia sangat ingin membuatnya kacau di atas kasur.

"Sepertinya kamu masih harus di latih?" Ucap dingin Ibu Ye Chen berdiri mengancam wanita itu.

"Woy... Woy... Mengapa memek ibuku terus meneteskan air cabulnya? ini membuat bau aneh di ruangan" Pikir Ye Chen sedikit teransang.

Ye Chen segera menelan ludah, penisnya sudah mengeras di awal ketika melihat tubuh dewasa yang menggairahkan ibunya. Akal sehatnya sudah tidak mampu menampung moral manusia bumi.

"Cepat layani tuan barumu!"

Ye Chen mendengar ibunya berkata sambil tersenyum menunjuk tonjolan celananya. Bahkan tidak bergeming ketika Ai Han membuka celana Ye Chen.

"Apa?..." Ye Chen kehilangan akal sehat.

Dia melihat wanita dengan wajah dingin menghisap penisnya, ibunya melihat mereka sambil menggosok memek dan payudaranya. Sedangkan Ai Han sudah membuka baju dan bersiap ikut dalam pertempuran.