Chereads / Selembar Surat Undangan / Chapter 2 - Pertemuan

Chapter 2 - Pertemuan

Malam minggu yang di tunggu pun datang, mereka bertemu di sebuah pantai A yang sangat terkenal di kota tempat tinggalnya, karena memang tempat tongkrongan para remaja.

Awal pertemuan mereka tidak terlalu susah, karena seperti biasa sebelum sampai lokasi mereka sudah saling memberitahu menggunakan pakaian warna apa dan motor apa. Sementara itu, ela yang sedang menunggu di atas motor honda beat warna biru bercampur putih miliknya tiba-tiba dikagetkan oleh orang asing dari kejauhan yang melambaikan tangan kepadanya. Sebelum melihat lebih jelas, telepon ela berdering, ternyata itu dari ali, tanpa memperdulikan orang asing yang tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya, langsung saja ela mengangkat telpon dengan memalingkan muka.

''Heyyy. Kok cuek, langsung hadap lain?. Yang melambaikan tangan dan tersenyum itu aku, coba hadap belakang sekali lagi'' celoteh ali dengan suara yang semakin dekat terdengar di belakang ela. Spontan ela langsung memalingkan wajah ke belakang yang di ikuti sedikit gerakan tubuhnya. Dengan wajah terkejut dan malu-malu seperti orang pertama mengenal cinta, tiba-tiba muka ela memerah dan mata tidak berkedip karena berhadapan begitu dekat dengan orang asing yang baru dia kenal melalui facebook.

''Ehhh. hayy'' sapa ela sambil menggaruk kepala dan sedikit menundukkan wajah karena malu. Salah tingkah jangan di tanya. Karena untuk pertama kalinya dia bertemu dengan seorang lelaki asing yang menenangkan dengan sifat dewasa, sikap perhatian dan senyum yang manis oriental.

''Hayy...'' jawab ali. ''kok nunduk dek, ada yang salah dengan kakak?, atau bukan termasuk ke dalam tipe lelakinya adek? '' tanya ali.

''Jangan di jawab dulu, sebelum itu kita pergi cari tempat duduk sambil nyemil atau makan'' ucap ali sambil menarik pelan tangan kanan ela.

Ela yang berjalan di belakang tertegun melihat perilaku mesra ali walau hanya dengan bergandengan tangan. Saat bejalan ela tidak memperhatikan jalan dengan seksama karena terpaku kepada sikap manis ali, tiba-tiba dia terjatuh karena lubang. Spontan ela kaget, ali pun kaget dan langsung bertanya apa ada yang luka. Dengan sedikit meringis kesakitan ela menunjuk mata kakinya. Tanpa aba-aba, ali melihat luka di mata kaki ela yang sedikit berdarah.

"Tunggu sebentar dek ya, kakak mau ke motor dulu ambil p3k yang biasa kakak taruh di dalam jok" ucap ali dan langsung berlari ke parkiran. Setelah itu ali langsung menghampiri ela dan mulai membersihkan lukanya.

''aduuuhhhhh'' celoteh ela kesakitan manja.

''bentar yaa dek, kakak bersihin dulu, emang agak perih, tapi enggak apa-apa kok. setelah ini kakak obatin yaa'' ucap ali menenangkan

ali langsung mengobati luka ela dengan betadin dan membalutnya dengan kapas dan di rekatkan dengan hansaplas. Ela masih meringis karena perih sambil terheran dan berkata dalam hati "apa karena profesi perawat kali ya makanya selalu membawa p3k kemana-mana, atau karena sengaja?", celoteh ela dalam hati sambil tersenyum simpul.

''Gimana, apa adek masih merasakan perih?" tanya ali sambil memasukkan semua alat yang di gunakan untuk mengobati luka ela.

"Udah enggak kok kak. Makasih ya udah ngebantuin adek. Aduh aku jadi malu kalau begini, baru pertama ketemu sudah menimbulkan luka, haha". Balas ela sambil tertawa dengan sedikit malu.

"Iya dek, yang penting adek enggak apa-apa, udah ngerasa baikan kakak udah seneng. Untuk luka pertama kali ini anggap aja awal jalan kita untuk menuju kebahagiaan bersama, hehe" balas ali dengan tersenyum dan menatap wajah ela yang terlihat begitu manis dengan mata sayu yang menenangkan.

Mendengar hal tersebut ela tidak bisa berkata apa-apa, dia terdiam malu-malu dengan senyum terbawa perasaan karena perkataan ali. Setelah lama saling berpandangan ali langsung membantu ela berdiri. Ela di papahnya dengan tangan kanan ela memegang pundak kanan ali.

Mendapat perlakuan seperti itu, ela semakin deg-degan, semakin salah tingkah, dan semakin membuat ela berani memperhatikan sorot mata ali yang begitu tajam dengan wajah penuh kedewasaan serta penjagaan tulus darinya. tiba-tiba jantung ela berdetak semakin kencang, seperti baru merasakan guncangan yang dahsyat dalam diri.

Sesampainya di tempat duduk dengan kursi plastik berwarna biru yang langsung di tarik ke belakang oleh ali dan memepersilahkan ela duduk dengan lembut bagai putri ratu. Ela pun semakin kagum di buat olehnya dan diam terpaku melihat perlakuan ali yang seperti kisah dongeng pangeran dan putri ratu di istana.

''Dek, mau makan apa?'' tanya ali dengan lembut yang langsung membuatn ela kaget dalam lamunan.

"Eeee apa aja deh kak, kalok ada es jeruk sama sate ayam boleh?'' tanya ela malu-malu.

''Boleh dong. Ya udah adek diem sini ya, kakak pesen dulu'' balas ali lembut.

Ali langsung melangkah pelan pergi untuk memesan makanan. Ela yang mulai tertarik dengan perilaku lembut dan dewasa yang dimiliki ali membuatnya terus memperhatikan ali dari belakang, memperhatikan langkah tiap langkah, sampai lekuk tubuh dan pundak ali membuat dirinya seolah-olah hapal persis ukuran dan bentuk tubuh orang yang baru di kenalnya itu.

Selesai pesan makanan ali kembali. Sambil memperhatikan ela yang terus-terusan melihatnya. Sesampainya di depan ela dia sengaja memukul meja ''hey, are you okey? kok ngeliatnya gitu banget'' tanya ali dengan lembut sambil tersenyum manis dibaluti tatapan mata yang indah.

''Ya, yaa, yahh I am okey, cuman kakiku sedikit sakit aja tadi'' jawab ela dengan salah tingkah dan malu-malu.

Pertemuan pertama kali ini membuat mereka semakin saling mengenal, menceritakan banyak hal tentang kehidupan masing-masing, berbagi sebagian sifat yang di miliki. Mereka saling mengisi satu sama lain. Saat itu seolah-olah maghnet ketertarikan semakin tumbuh, seibaratnya ela minus dan ali plusnya jadi saling tarik menarik maghnet dengan cepat dan menciptakan satu-kesatuan yang begitu kuat bagai benteng perang yang di bangun tembok cina. Di malam minggu ini membuat ela seolah-olah menjadi wanita teristimewa untuk pertama kalinya dia bertemu seorang yang mampu menjadikan dirinya sebagai ratu, dan menjadi diri sendiri seutuhnya, tidak ada topeng atau bahkan malu dan canggung. semuanya mengalir begitu saja di antara mereka berdua.