Sedangkan hanya berjarak tiga tenda dari tenda Sandyakala, Arunika masih belum tertidur. Setelah ia menjenguk Alterio dan bertanya beberapa hal, gadis itu memilih untuk kembali ke tenda dan mengistirahatkan pikirannya.
Nyatanya, rasa rindu yang membelenggu pada anak laki-laki yang sudah satu tahun ini selalu ia bantu, malah membuat gadis itu mengingat waktu lalu, bagaimana semua kisah itu terangkum pada kata yang terkadang lebih menyakitkan dibanding perlakuan.
Dimana rasa bukan lagi persoaalan penting, dibanding sebuah harta. Arunika tertawa pelan, tidak ada yang bisa menyaingi uang bahkan untuk seseorang yang sudah memiliki harta sekalipun.
Dan ya, sama seperti Sandyakala ingatan itu kembali, kembali dimana rasa sesak dan segala hal lainnya yang menjadi satu.
*
"Bisa nggak sih, nggak usah ganggu gue dengan pertanyaan-pertanyaan unfaedah milik lo." Ketus Sandyakala.
"Nggak bisa Sandyakala, ini tuh demi kepentingan kita berdua."