Hari berikutnya.
Hendri kembali ke kamar tidur dari gym, tetapi Moni masih belum bangun. Ponsel Moni tiba-tiba berdering di meja tempat tidur. Gadis itu mengerutkan alisnya dan membuka matanya. Hendri melirik ID penelepon, menyelipkan selimutnya sedikit, dan berbisik, "Panggilan nenek, tidurlah, aku akan menjawabnya." Tangan pria itu membelai wajahnya, telapak tangannya hangat dan nyaman. Moni tertidur lagi.
Hendri mengambil ponselnya dan berjalan ke balkon, melewati meja kopi, dan mengambil kotak rokoknya. Ia mengambil sebatang rokok dan menggigit di mulutnya. Dia menjawab telepon, dan suara wanita tua itu terdengar, "Moni, datanglah di sore hari, nenek sedang menunggumu."
Begitu suara itu turun, suara logam korek api yang jernih berdering. Wanita tua itu terdiam selama dua detik, "Di mana Moni? Kenapa kamu yang menjawab telepon?" Nada suaranya sangat menjijikkan.
Hendri melirik ke kamar tidur, matanya yang gelap hangat, "tidur."