Flashback On
"Tatu! Ayo!" seru gadis dengan baju aneh menurut Laksa. Pria itu sedari tadi memperhatikannya. Dimulai dari saat gadis itu memasuki area kampus dan akhirnya bertemu dengannya, lalu dia yang kemarin membawa gadis itu pergi.
Laksa masih terus memperhatikan. Dia berpikir apakah Cleo berasal dari keluarga ningrat yang mengharuskannya memakai kebaya?
Dia sedikit geli saat memikirkannya. Benar-benar tak bisa diduga sama sekali.
Matanya memandang intens gadis mungil yang tengah berjalan bolak balik bak setrika panas. Jikalau dilihat, kaki mulusnya nampak sampai selutut sedangkan gadis itu memakai rok lilit yang menampilkan sedikit pahanya juga. Ditambah brokat sebagai atasannya dan … alasnya? Sneaker putih?
Laksa ingin menanyakan padanya, adakah event peringatan RA Kartini?
"Halo, Tanaka Turagan, kamu di mana sih? Ini aku sudah di gedung Rektorat …"
" …."
"Ya, oh, jadi kamu menunggu di depan kelas? Ya sudah aku ke sana deh!" Gadis itu nampaknya menahan rasa kesal juga.
Laksa bahkan menjadi penguping handal. Entahlah, dia merasa atensi gadis itu benar-benar di luar dugaannya.
Dan … sejak kapan dia mengajak berbicara seorang gadis terlebih dahulu?
Laksa menghampiri Cleo yang tengah kebingungan.
"Hai, kamu mencari kelas Tatu?" tanyanya. Beruntunglah dia yang yang mengenal nama yang disebutkan oleh gadis mungil dan cantik itu. Jikalau tidak, dia tak mungkin bisa mengajaknya berbicara.
Cleo terkejut, mendengar suara besar milik seseorang yang tak dia kenal. Dia berbalik, sedikit ternganga melihat tubuh besar menjulang di hadapannya saat ini. Bahkan dia harus mendongak untuk dapat melihat wajahnya dengan jelas.
Laksa mematung. Dia melihat wanita itu tersenyum padanya.
"Eh, I--iya," jawab Cleo mencicit. Sejenak Cleo merasa waspada dengan pria di hadapannya, terbilang urakan dan … seram.
"Bukan anak sini ya?" tanya Laksa kembali.
Cleo mengangguk dengan polosnya.
"Ayo," ajak Laksa meninggalkan Cleo yang kebingungan. Namun, buru-buru Cleo akhirnya mengikuti langkah lebar milik Laksa. Dia merasa kaki pria itu terlalu panjang sampai-sampai langkahnya tak bisa dia samakan.
Cleo ingin menolak ajakan pria itu, tapi berujung pada dirinya yang bungkam dan tak bicara sedikit pun. Saat mereka berhenti di salah satu gedung, seseorang menghampiri mereka.
"Lho? Sa? Kok sama Cleo?" tanya wanita berpotongan bob itu kepada Laksa yang berdiri di samping Cleo.
"Ck. Lo! Kalau ada teman dari kampus luar jangan lo suruh cari kelas lo! Mana bisa ketemu!" omel pria itu.
"Gue ada kuis makanya enggak bisa ketemu dia. Thanks ya sudah antar Cleo," tutur gadis bernama Tatu itu.
"Oke, gue balik." Pria itu berbalik. Namun, matanya beradu pandang dengan Cleo.
Cleo tersenyum kecil dan mengucapkan terima kasihnya. "Terima kasih."
Hanya dua kata, tapi mampu membuat darah Laksa mengalir hebat. Dia tertegun sejenak sebelum akhirnya berlalu meninggalkan keduanya.
Flashback off
***
Lelaki bertubuh besar dan tinggi itu menatap lapar wanitanya. Semalam wanita kesayangannya dipaksa pulang olehnya pada saat jam sebelas malam. Dirinya sudah terbakar cemburu, Cleopatra Senja memang pantas diperebutkan seperti namanya, nama wanita penakluk lelaki pada masa Mesir Kuno.
"Haft, kalau bukan karena kuliah sudah ku nikahi kamu Babe," keluh Laksa, sambil menidurkan dirinya tepat di atas perut datar Cleo.
Laksa terbiasa tidur seperti itu dan gadisnya tak keberatan. Tidurnya orang mati, begitu kata Wawan sahabatnya yang seringkali berkunjung ke rumah Laksa. Sebagai anak teknik, Laksa memanglah agak bablas. Namun, dia masih seorang mahasiswa yang aktif organisasi, olahraga dan demo pastinya. Katakan saja dia gila, rela menjadi mahasiswa abadi padahal bisa memimpin sebuah perusahaan.
Saat dia bangun ….
Ditatapnya gawai pintar yang menunjukkan angka delapan pagi, masih ada dua jam lagi untuk kelas hari ini. Cleo mendalami jurusan Kesejahteraan Sosial, padahal yang diinginkan Laksa, Senjanya masuk jurusan sekretaris. Agar bisa menemani dirinya.
Pasalnya Senja malas belajar, begitu alasannya. Memilih jurusan yang tak banyak teori dan angka. Bahkan Laksa rela menjadi mahasiswa abadi, demi wanita pujaannya.
"Hei, bangun. Time to wake up my lil girl." Laksamana hidung mencoba membangunkan Cleo.
Ia menjepit hidung mungil milik Cleo.
"Agh, akhuww banhun …(ah, aku bangun)" Cleo menjulurkan tangannya, merasakan pasokan udara dalam paru menipis.
Matanya seketika terbuka.
"Hah!!!" Ia meraup oksigen sebanyak yang ia mampu, usai Laksa melepaskan jepitannya.
"Hahaha, princess wake up already I think."
Laksa memajukan wajahnya, menempelkan hidung mereka.
"Selamat pagi lil girl." Ditatapnya dalam-dalam manik coklat di hadapannya.
Hal romantis yang dilakukan Laksa menurut Cleo.
"Ehm, pagi, Baby …." Rona merah sudah memenuhi pipi Cleo.
Satu dari sekian banyak yang disukai dari seorang Cleo, agresif namun pemalu sekaligus.
Cup! Kecupan ringan di bibir ranum milik Cleo dilakukan oleh Laksa untuk menggoda Cleo.
"Jangan menggodaku, ini masih pagi."
"Aku baru membuka mataku, kapan aku menggoda kamu?" gerutu Cleo sembari meregangkan ototnya yan kaku.
Hup! "Ah!!! Sam, jangan seperti ini … Huaaa!" Cleo merasakan pusing, begitu Laksa menggendongnya bak karung beras.
Didudukannya Cleo yang masih belum sadar sepenuhnya, di pinggiran wastafel. Laksa mengambil dua sikat gigi yang diolesi pasta gigi dengan ras daun mint. Lelaki itu menyikat giginya sendiri dan juga gigi Cleo. Tradisi di pagi hari. Cleo yang selalu dimanjakan oleh Laksamana.
"Hari ini jadwalnya siapa?" tanya Cleo sembari membantu Laksa mencukur bakal rambut di rahang kekasihnya. Sudah sering dia melakukannya, mengingat Laksa yang terkadang menginap di tempatnya.
"Pak Agus sepertinya, kamu?"
"Aku hari ini hanya MK bu isti, metode pengolahan data kualitatif."
Laksa tak bisa konsentrasi kalau begini, wajah gadisnya tersodor tepat di depannya. Dia sendiri harus membungkuk agar sejajar saat Cleo membersihkan dagunya.
Bibir ranum basah yang berhasil menggodanya. Tangannya menekan tengkuk kurus milik Cleo, bibirnya sudah bergerilya mengeksplor mulut sang gadis. Memang sangat memabukkan. Bibir seksi seorang Cleo yang menjadi aprosidiak baginya.
Laksa baru melepaskan pagutannya setelah Cleo merasakan sesak karena pasokan udaranya terhalang. Kini wajahnya kembali merona, dengan dada mereka yang menempel dan naik turun, menghirup udara dengan rakusnya.
"Kamu mandi duluan ya," Laksa tersenyum dan mengacak rambut Cleo yang duduk di hadapannya.
Membuat Cleopatra Senja harus merasakan mabuk kepayang saat pagi.
Cleo segera membasuh rambu dan tubuhnya, berendam sebentar di bath up dengan essense cinnamon yang selalu dia pakai saat mandi. Dirasa cukup dililitkannya handuk sebatas paha, dan keluar tanpa memikirkan bahwa lelakinya akan berubah buas saat dirinya berpenampilan menggoda seperti sekarang.
"Kamu memang berniat menggodaku heum?" tanya Laksa, matanya tak lepas menatap Cleo yang berjalan menuju kamar.
Laksa mengikuti dari belakang, doa dan sumpah serapah agar ia tak lepas kendali. Di tariknya tangan Cleo sampai tubuhnya menghimpit tubuh kecil milik pacarnya.
Cup! "Akh .…" Erangan lolos dari mulut seksi gadisnya, saat ia mengecup tengkuknya dan memberi tanda berwarna ungu kemerahan.
"Cepat pakai baju!" ucap Laksa segera menuju kloset. Dia harus mandi air dingin kalau begini.
"Kamu sendiri yang dari tadi mengikutiku, dasar kelaparan ih!" Cleo menggerutu sambil berpakaian.
Pilihannya jatuh pada t-shirt putih kebesaran milik Laksa dan rok asimetris kesukaannya. Rambutnya di ikat ke atas, dan berdandan ala kadarnya. Satu yang tak boleh lupa, pensil alis yang menegaskan penampilannya.
Ia keluar kamar, menemui Laksa yang menyiapkan sarapan mereka. Bagi Cleo, Laksa tak hanya pacar, tapi ayah, kakak, dan sahabatnya. Bisa memanjakannya dan bahkan bertingkah posesif namun Cleo tak keberatan.
"Kamu sarapan pagi ini salad, yogurt dan sandwich nutella ya." Entah Laksa menyuruh atau memberi tahu, yang pasti Cleo tak keberatan.
Di samping ia hanya mahasiswa tapi juga, dunia model yang digelutinya membuat Laksa menjadi sebagai seorang Ayah yang memperhatikan kehidupan sehat putrinya. Laksa adalah … manajernya!
Cleo duduk di pangkuan Laksa, menghirup wangi Laksa yang khas yang menguar. Laksa tak keberatan, ia memakan sarapannya dan menyuapi Cleo. Tak masalah jika gadisnya sedang ingin bermanjaan. Berpacaran selama hampir dua tahun, membuatnya tahu prihal suasana hati gadisnya.
Bahkan Cleo heran melihat Laksa yang cekatan mengurusnya, di saat dia harus mengurus diri sendiri. Pantaslah kalau Laksa jadi perebutan mahasiswi di universitasnya.
Penampilan Laksa sendiri terbilang biasa, T-shirt hitam andalannya bertuliskan 'I am gentleman' dan blue jeans. Dibalik kausnya tercetak jelas otot seksinya yang membuat kaum hawa menjerit ditambah rambut basah yang tak rapi karena tidak disisir.
"Ayo." Laksa menyodorkan helmet, kali ini ia membawa Ducati miliknya.
"Ayo .…" Cleo menerimanya dengan senyum ceria.
"Belajar yang benar, gue titip cewek gue ya?" Rutinitas Laksa yang mengantarkan Cleo sampai kelas dan menitipkannya pada Tatu, sahabat baik Cleo.
"Dasar posesif." Tatu mendengus sembari memeluk Cleo.
"Kamu ribut mulu sama Samudra deh haha …" Cleo tertawa senang, menampakkan wajah sumringahnya sembari melambai pada Laksa yang pergi menuju fakultas teknik.
"Kamu enggak perlu bela pangeranmu, heran aku, setiap kamu datang tuh bekas ciuman selalu ada." Tatu bersungut, sembari menatap kissmark ulah pacar sahabatnya itu. Menatap heran, kagum, kasihan dan ah segala rasa jika melihat sahabatnya yang polos kelewat polos. Namun, malah beropenampilan bak gadis nakal.
"Samudera kan begitu, sudah ayo duduk. Tadi Samudra kan minta kita belajar."
"Nurut sekali kamu pada pacarmu Nak," dengus Tatu kembali. Melihat tingkah ajaib Cleopatra.
Mereka tak lagi berbincang, ketika dosen muda dan killer sudah menjejakkan kakinya dalam kelas.
Di sisi lain, Laksa sedang duduk di Sekretariat basket, meminum kopi kaleng andalannya. Kelasnya belum dimulai membuatnya memilih untuk bersantai depan kantor sekretariat.
"Ah! Lo mah pagi-pagi dah di sini aja!" seru Wawan.
"Gimana prepare kompetisi basket kita?" tanya Laksa.
"Udah pasti oke, lo kaptennya juga."
"Gue sore ini izin bolos, ada pemotretan Cleo."
"Iya dah, gue tahu lo sibuk kok. Btw maan berapa ronde lo sampai tuh muka sumringah?"
"Ck," Laksa berdecih dan segera menuju kelasnya.
"Awas tekdung, kasihan anak orang belum lo nikahin!" teriak Wawan mengusili Laksa yang berjalan menuju kelasnya.