Laksa benar-benar merasa putus asa. Sengaja di malam hari dia hanya menepikan mobilnya ke klub malam, mencoba membeli minuman beralkohol tentunya.
Suara musik yang menggila seakan menjadi makanannya malam hari. Bahkan untuk beberapa hari ini, Laksa sudah berlangganan membeli minuman. Bartender yang bekerja pun sudah hafal betul wajah Laksamana.
"Kali ini, semoga kau tak memesan gin tiga botol lagi," sela pria bertato yang mengamati Laksa.
Namun, Laksa malah menyeringai. "Kau sudah tahu betul aku menjadi pembeli, seharusnya kau berikan saja apa yang kuminta." Laksa menekankan setiap katanya.
Kembali Laksa menyulut rokok, menikmati asap yang mengepul dan memenuhi paru-parunya. Jika saja Cleo ada di sisinya, pastilah sudah mengomel panjang. Tentu dia tahu itu. Namun … sayangnya saat ini tidak ada yang mencegahnya. Yang membuatnya menjadi kembali menyentuh benda merusak ini adalah kekasihnya yang menghilang bak ditelan bumi. Mengesankan sekali.