Alina dengan raut wajah berseri-seri memakai selendang berwarna hitam untuk menutupi kepalanya.
Ia mengambil bunga yang dibelinya, Alina kemudian melanjutkan perjalannya menuju makam umum.
Karena di sana tempat almarhum calon suaminya dimakamkan, Alina kemudian masuk perlahan kedalam makam.
>>Tempat pemakaman Umum<<
Suasananya sangat dingin, disana hanya ada satu orang yaitu pak Amin, ia sebagai tukang sapu.
Alina sama sekali tidak merasa takut, ia melihat ke arah kiri dan ke arah kanan, tidak ada siapa-siapa.
Kedua bola matanya kembali melihat di sekitar kelilingnya, ia hanya melihat pak Amin yang sedang menyapu makam.
Alina kemudian berjalan ke arah makam Danendra, sesampainya di sana Alina duduk, ia mencabut rumput-rumput yang tumbuh di atas makam Danendra.
Bulir-bulir air matanya mulai berjatuhan, ia sama sekali tidak bisa menahan rasa sakitnya.
Rindu begitu berat, semua kenangan manis sulit untuk di lupakan. Alina yang baru saja sembuh dari traumanya kini malah keluar sendirian.
Setelah rumput semuanya di cabut sampai bersih, Alina kemudian mendoakan Danendra, setelah itu ia menaburkan bunga di atas makam Danendra.
Bulir-bulir air mata Alina seperti hujan, ia benar-benar tidak bisa menahannya, ia memeluk misan Danendra sambil menangis tersedu-sedu.
"Andai kak Danendra masih hidup, aku yakin kota sudah mempunyai seorang anak dan anak kita itu pasti lucu!". Aku rindu kak Danendra, benar-benar rindu, aku ingin kak Danendra membawa aku pergi juga, sampai saat ini aku belum sanggup untuk melupakan kak Danendra". Ucap Alina di makan Danendra, matanya mulai bengkak karena terlalu sering menangis.
Pak Amin melihat Alina menangis, ia mau menghampirinya tetapi pak Amin tidak mau mengganggu Alina yang sedang melepaskan rasa rindunya.
Pak Amin menggelengkan kepalanya sambil mengelus dadanya."Kasihan sekali gadis itu!".Sepertinya ia merasa kehilangan banget, sampai-sampai ia menangis seperti itu, semoga saja gadis itu dipertemukan sama laki-laki yang benar-benar baik". Gumam pak Amin.
Hari sudah semakin sore, suasana di kuburan mengerikan karena hanya ada pohon bunga Kamboja sebagi hiasannya.
Pak amin yang sudah selesai membersihkan semua makam itu, semua sampah sudah ia bakar, sekarang pak Amin mau berangkat untuk pulang.
pak Amin tidak tega meninggalkan Alina sendirian di makam, takutnya terjadi apa-apa. Dengan baik hati pak Amin menghampiri Alina."Assalamu'alaikum!".Ucap pak Amin.
Tapi Alina belum sadar kalau ada orang di dekatnya, namun pak Amin menegur Alina lagi."Permisi nak!".Maaf jika bapak mengganggumu, hati sudah semakin sore dan disini tidak ada siapa-siapa nak!". Sebaiknya anak pulang saja, takutnya terjadi apa-apa nanti disini". Ucap pak Amin.
Alina terkejut melihat sosok laki-laki tua berpakaian compang-camping berdiri di dekatnya, Alina langsung menoleh dan menyeka air matanya.
"Maaf pak!".Alina langsung berdiri."
"Saya tidak melihat bapak tadi makanya saya terkejut dan saya juga sudah mau pulang".Ucap Alina.
Pak amin tersenyum dan ia bersyukur karena Alina mau pulang, pak amin pikir Alina tidak akan mau pulang karena Isak tangisnya begitu menyedihkan. "Alhamdulillah kalau begitu, mari kita samaan nak".Ajak pak Amin.
Alina mengangguk, ia sama sekali tidak berpikir apa-apa waktu itu, ia hanya melihat pak Amin adalah laki-laki tua yang baik hati, kelihatan dari wajahnya.
Alina dan pak amin kemudian berjalan keluar, sepeti biasa pak amin mengunci gerbang makam itu, takutnya nanti ada orang iseng yang masuk untuk menggali kubur.