"Tapi kan aku nggak gitu, maksudku sudah pernah kok aku ngomel-ngomel dan marah. Tapi tetap saja kalau tujuan kak Riki demi kepentingan bisnis mereka, memang aku bisa apa?"
Feronika mencak-mencak. Aku sendiri bingung mengapa dia lebih memperdulikan aku ketimbang kehidupannya?
Ah, aku lupa kalau dia memang benar-benar yang terbaik. Dimana ya aku menemukannya hingga mendapatkan yang terbaik begini? Ngomong-ngomong haruskah aku membahas mama saat dia saja sepertinya kehilangan orang tuanya?
Rasanya tak pantas. Diriku hanya tertawa saat Feronika terus saja mendumel masalahku. Kini aku tersenyum tipis sambil melambaikan tangan mengantarkan gadis itu pulang dengan menaiki motor matic sama seperti milik kak Riki.