Chereads / Phytagoras / Chapter 5 - Bab 5

Chapter 5 - Bab 5

Setelah dua minggu lalu pertunangan Fahriz dan Tiara, Fahriz semakin gencar mendekati Tiara. Mulai dari mengantar dan menjemput Tiara berangkat kerja bahkan mengajak Tiara kencan. Dan usaha Fahriz membuahkan hasil, akhirnya Tiara dapat sedikit membuka diri dan tidak terlalu dingin lagi kepada Fahri. 

" Assalamu'alaikum bun". 

"Walaikumsalam, eh nak Fahriz sudah datang, Tiara baru aja pergi. 

"Lo kok cepat banget bun, bukannya jadwalnya jam segini ya bun. "

"Oh itu, tadi rumah sakit ngehubungin tiara kalau ada pasien yang mau operasi, makanya tadi masih jam lima subuh dia udah pergi kerumah sakit. "

"Kalau gitu Fahriz pamit ya bun. "

"Kamu udah sarapan, kalau belum ayo sarapan sama bunda sama ayah soalnya bunda masak banyak tadi. "

"Fahriz udah sarapan tadi bun di rumah, mungkin lain kali Fahriz sarapan sama bunda dan ayah. Maaf ya bun. "

"Gak papa nak, lagian pun kamu pasti sibuk bahkan lebih sibuk dari Tiara. "

Fahriz  pun menjawab Azkia hanya dengan senyum manisnya. 

"Fahriz pamit ya bun, Assalamu'alaikum. "

"Walaikumsalam."

****

"Ok sisanya bisa kalian kan?" Tanya Tiara kepada timnya?

"Bisa dok,terimakasih dok." 

Saat ini Tiara sedang berada di ruangannya. Kebiasaan Tiara kalau sudah selesai dengan tugasnya atau berhasil melakukan operasi dia akan memberitahu kepada ibunya.

10 Panggilan tak terjawab dari "Fahriz🐊"

" Banyak banget panggilan dari dia." 

Fahriz 🐊 Calling....

" Assalamualaikum ra kamu sudah selesai operasi?"

"Sudah...knp memangnya?"

"Sudah mau pulang belum?"

"Hm..iya, memangnya knp?"

"Aku lagi di jalan yang searah rumah sakit, aku jemput kamu ya?"

Tanyak fahriz dengan semangat.

"Tapi aku bawa mobil, jadi kami gak usah repot jemput aku."

"Mobil kamu nanti bisa dibawa sama supir aku, jadi kamu pulang sama aku aja."

"Kamu senag banget ya nyusahin orang, kan aku sudah bilang kalau aku bawa mobil".

"Tapi kamu telat Tiara karna aku sudah di depan ruanganmu."

Tiara pun langsung melihat ke arah pintu dan terkejut Fahriz sudah ada di balik pintu

"Hai dokter cantik. Boleh kita pulang sekarang?"

Tiara yang melihat tingkah Fahriz yang selalu seenaknya hanya bisa diam.

*Skip*

Saat ini Tiara dan Fahriz sedang didalam mobil. Tidak ada pembicaraan yang terjadi di antara mereka. Fahriz yang tidak tahan berdiam saja membuka suara.

"Bagaimana operasi kamu berjalan lancar?

"Hm" 

"Wajar sih kalau operasinya berhasil kan yang nangani kamu"

Tiara yang masih kesal dengan tingkah Fahriz tidak menjawab perkataannya.

"Fokus amat sama tu jalan raya."

Tiara pun masih diam dan fokus menatap jalan lewat jendela mobil.Fahriz pun tidak kehabisan topik untuk membuat Tiara berbicara.

"Hm...Tiara kamu baik- baik aja kan?".

"Hm".

"Kamu udah sarapan pagi?"

"Hm."

Sabar Fahriz untuk mendapatkan berlian kamu harus usaha lebih keras . ' batin fahriz.'

"Kamu ada masalah ya? Daritadi aku ajak bicara jawabannya hm hm terus kita kan lagi gak nyanyi lagu Nissa sabyan." Gondok Fahriz yang selalu di kacangin Tiara.

"Aku gak kenapa kenapa."

" Terus kenapa aku dikacangin terus?"

"Aku gak ada kacangin kamu, kan tadi aku udah jawab pertanyaan kamu." 

"Hm hm Nissa sabyan tadi kamu bilang jawaban?"

"Kamu kenapa sih? Hal kayak gitu aja kamu permasalahkan." Jawab Tiara yang sedikit emosi.

Fahriz yang mendengar jawaban Tiara dengan nada kesal pun menghentikan mobilnya tepat di taman kota.

"Kenapa berhenti?"

Fahriz yang kesal pun langsung turun dari mobil dan sekarang dia yang kacangin Tiara.

"Ayok turun." Perintah Fahriz sambil membuka pintu mobil untuk Tiara.

"Ngapain kesini? Kan aku tadi mau pulang kerumah."

"Udah kamu ikut aja gak usah ngeyel."

" Belum jadi suami aja udah ngatur ngatur ." Gerutu Tiara yang masih didengar Fahriz.

"Aku masih bisa dengar Tiara."

Tiara dan Fahriz pun duduk di taman dan disana banyak anak anak yang bermain yang di temanin orangtuanya.

"Kamu ngapain ngajak aku duduk disini?"

"Aku mau bicara sama kamu."

"Kan di dalam mobil masih bisa bicara."

"Kalau di mobil aku gak bisa lihat wajah kamu yang cantik ini sambil bicara."

Tiara yang mendengar perkataan Fahriz tidak sadar pipinya memerah.

"Kenapa pipi kamu merah?" 

Tiara yang mendapatkan pertanyaan itu seketika salah tingkah, dan langsung menutupi kedua pipinya dengan tangannya.

"Hm...mungkin karna cahaya matahari." 

"OOO...kamu mau pindah? Kita cari tempat duduk yang gak ada cahaya mataharinya."

"Udah sini aja, lagian kan ini matahari pagi jadi gak papa. Udah cepat kamu mau ngomong apa tadi?"

"Hm..ok . Aku mau nanyak kamu sekali lagi, kamu  kenapa dari tadi nyuekin aku terus.. Aku ada salah sama kamu?."

"Kan aku udah bilang aku gak papa ." Jawab Tiara dingin.

" Kalau kamu gpp kamu gak akan jawab pertanyaan aku kayak gitu." 

"Ini orang terbuat dari apa sih?" Gerutu Tiara.

"Kan kamu dokter seharusnya tahu dong aku terbuat dari apa? Atau kamu lupa pelajaran biologi itu biar aku kasih tahu kita terbuat dari apa…"

Sebelum Fahriz melanjutkan kata katanya Tiara sudah mengbungkam mulut Fahriz dengan kedua tangannya sebelum Fahriz membuat malu Tiara.

Fahriz yang sadar dengan perlakuan Tiara pun terkejut.

"Oh maaf ...aku udah ingat." Jawab Tiara yang malu dengan spontanitasnya.

"Kalau gitu  jawab pertanyaan aku." 

" Kamu keras kepala banget sih."

"Kamu kan tahu aku tidak akan pernah berhenti kalau aku belum dapat apa yang kumau."

"Egois." Ledek Tiara yang melihat sikap arogan Fahriz.

"Aku dengar Tiara. Sudah kamu jawab aja pertanyaan aku."

"Aku kesal sama kamu." Jawab Tiara sambil menunduk.

"Kesal? Kamu kesal kenapa?"

"Aku kesal sama sikap kamu yang seenaknya, kan aku sudah bilang tadi gak usah jemput aku."

Fahriz pun bingung dengan jawaban Tiara. 

"Kan aku cuma jemput kamu Tiara? Aku ngejemput kamu karna sudah rutinitas aku ngantar kamu ke rumah sakit. Lagianpun ini hari weekend jadi aku sekalian mau ngajak kamu kencan."

"Kan kamu bisa nunggu aku di rumah kan kamu tahu aku bawa mobil. Pasti kamu dari rumah sebelum kamu kerumah sakit dan bisa lihat kalau mobil aku gak di rumah."

Fahriz sebenarnya tahu kalau Tiara memakai mobil hanya aja karna dia gak sabar mau lihat wajah calon istrinya diapun menghiraukannya.

"Ok...aku minta maaf. Kamu marah sama aku karna kamu takut mobil kamu gak ada yang bawa, tapikan suadah ada supir aku yang bawa mobil kamu ke rumah."

"Tapikan tetap sama aja kamu nyusahin orang lain, seharusnya ini kan hari libur supir kamu. Tapi kamu ganggu cuman karna hal sepele, aku tahu pasti kamu nelpon supir kamu kan untuk datang kerumah sakit." 

"Hm..iya." Jawab Fahriz kikuk .

"Sekarang kamu sudah tahu kan?."

" Kalau gitu aku minta maaf, aku gak akan ngulangin hal kayak gitu. Aku gak tahu kalau itu buat kamu kesal dan akau gak tahu kalau kamu itu lebih peduli sama supir aku daripada aku."

Fahriz yang tahu kalau kekeselan Tiara sebenarnya bukan hal itu , karna Tiara sudah mendiaminya dua hari. 

" Hm...kamu kan tahu kalau aku gak suka sikapmu yang kayak gitu. " Tiara yang merasa seperti di selidiki Fahriz tidak berani melihat mata lawan jenisnya. 

"Aku masih gak percaya sama kamu. Kamu boleh jujur sama aku Tiara kalau aku ada salah atau ada sesuatu yang membuat kamu gelisah kamu bisa bilang ke aku, aku siap dengarkan kamu . Karena sebentar lagi kita menikah, dan aku akan jadi suami kamu yang bisa buat kamu bahagia dan tidak menyesal dengan menikah denganku. Jadi kalau ada masa lalu aku yang membuat kamu gelisah tolong ceritakan ke aku karna aku gak mau ada kesalahpahaman yang dapat menggangu rumah tangga kita. Aku tahu, aku bukan laki laki yang baik. Aku punya banyak masa lalu yang buruk dibanding kamu yang memiliki integritas diri yang bagus.."

Tiara yang seakan terhipnotis dengan perkataan Fahriz hampir menangis. Tapi hatinya belum siap mendengar jawaban Fahriz dan Tiara hanya bisa menahannya dulu.

"Hm...kalau aku sudah siap aku pasti datang ke kamu untuk meminta penjelasan dari kamu.

"Aku tunggu." Jawab Fahriz dengan senyumnya uang lembut.