"Assalamualaikum Bun,yah."
"Walaikumsalam. Loh, cepat banget pulangnya bunda kira kamu sama nak Fahriz bakal lama pulangnya."
"Hm...Mungkin Tiara lelah bun karena habis operasi tadi bun, jadi lebih baik Tiara istirahat aja. Lain kali saja kami kencannya bun."
"Kalian tidak ada masalah kan, soalnya bunda ngecium bau gak enak nih?"
"Aku naik ke atas dulu."Tiara pun pergi ke kamar meninggalkan Fahriz dan Bundanya di lantai bawah.
"Kalau gitu Fahriz pamit pulang dulu ya Bun. Assalamualaikum"
"Oh iya nak. Walaikumsalam"
Azkia yang melihat Fahriz dan Tiara seperti tidak biasanya, penasaran terhadap masalah mereka dan langsung menjumpai Tiara yang ada didalam kamarnya.
Tok tok.
"Tiara ...ini bunda. Boleh bunda masuk."
"Masuk aja bun."
Azkia pun membuka pintu kamar Tiara dan melihat Tiara baring dibtempat tidurnya yang membelakangi pintu dan menghampiri putri semata wayangnya.
"Hm...nak kamu tidur?"
"Belum tidur Bun." Tiara pun membalikkan badannya untuk melihat wajah ibunya sambil tersenyum.
"Bunda ganggu kamu ya?"
"Hm...enggak kok bun,."
Tiara pun langsung duduk supaya bundanya tidak salah paham sama sikapnya karena Tiara sangat tahu sifat bundanya yang sangat paham m membaca mimik wajah seseorang.
"Memangnya bunda mau bicara apa sama Tiara?." Tiara pun membuka suara untuk mencairkan suasana yang mulai canggung.
"Bunda mau tanya sesuatu sama kamu, tapi bunda takut kalau bunda terlalu ikut campur sama hubungan kalian?."
Tiara pun langsung tersenyum dan memegang tangan bundanya, sebenarnya Tiara sudah tahu maksud tujuan bundanya untuk datang ke kamarnya.
"Bunda gak usah khawatir hubungan Tiara denga mas Fahriz baik baik saja kok. Memang kami ada sedikit problem tapi itu bisa kami selesaikan berdua kok, Tiara hanya butuh waktu aja untuk sendiri jadi bunda tidak perlu khawatir , ok"
Tiara pun berusaha untuk meyakini ibunya, tetapi bukan Azkia yang namanya kalau belum tahu inti dari permasalahan anaknya.
"Benar kalian gak papa, kamu bicara seperti itu bukan karena kamu nyembunyikan sesuatu dari Bundakan?
"Tiara mana berani main rahasian sama bunda. Bunda tahu walupun Tiara tu gembok pintu rahasia Tiara dan kuncinya hilang bunda pasti bisa nemukan cara untuk membuka pintu. "
Aazkia pun tersenyum mendengar ungkapan dari putrinya.
"Ternyata Putri bunda sudah besar dan sudah bisa nyelesaikan masalahnya sendiri tanpa butuh bantuan bundanya, gak terasa waktu berlalu cepat dan bentar lagi bunda gak ada teman di rumah."
Azkia yang tidak dapat menahan air matanya pun memalingkan wajahnya.
"Bunda harus tanggung jawab udah buat suasananya jadi sedih, padahal Tiara kan belum pergi memangnya kalau Tiara sudah nikah nanti, Tiara gak jadi Putri ayah sama bunda . Memangnya Tiara gak boleh main kerumah ayah sama bunda lagi."
"Kok ngomong gitu, asal kamu tahu pintu rumah ini selalu terbuka untuk kamu kapanpun dan ingat kamu itu akan selalu jadi putri kesayangan bunda dan ayah meskipun kamu sudah jadi istri orang."
Azkia pun tak kalah dengan Tiara kalau sudah berbicara
"Bundaku ini memang palin sosweet sedunia. Jadi pengen peluk jadinya."
"Tapikan bun, bunda gak pernah nangis waktu Tiara ambil dokter spesialis padahal Tiara kan gak pulang kerumah cukup lama tapi kenapa bunda sekarang nangis padahal Tiara aja belum pergi."
Azkia yang mendengar perkataan Tiara tersebut pun langsung melepas pelukan mereka dan memukul lengan Tiara.
"Aduh sakit Bun."
"Siapa bilang bunda gak nangis waktu kami pergi belajar dan gak punya waktu untuk bunda, dan kamu menikah dengan waktu kamu menutut ilmu kedokteran kamu itu jelas berbeda. Ketika kamu sudah menikah bunda gak akan bebas untuk meminta kamu untuk temanin bunda."
"Bunda kamu benar Tiara."
"Ayah, sejak kapan ayah berdiri disitu?
"Sejak tadi." Dimas pun beranjak dari tempat saksi bisunya yang ngelihat cekcok istri dan putrinya.
" Jadi ayah jadi penonton kisah dramatis kami?" Dimas pun tertawa mendengar perkataan istrinya .
"Kayaknya kalau kisah dari dua perempuan yang ayah sayangi ini difilimkan sepertinya bisa Menang oscar.'
Azkia yang medengar pun hanya bisa memutar bola matanya karena seperti biasa suaminya itu selalu berbicara berlebihan dan gak masuk akal.
"Hm...seperti biasanya suamiku tecinta ini gak pernah nerubah."
Tiara yang mencium sepertinya akan ada kegaduhan antara Bunda dan ayahnya mengalihkan pembicaraan.
"Hm...Ayah tadi ada bilang kalau bunda nangis waktu Tiara pergi belajar spesialis."
"Oh..iya, kamu tahu bundamu per….aduh aduh sakit bun."
Azkia pun mencubit paha Dimas yang berusaha menceritakan rahasianya.
Tiara pun terkejut dengan sikap bundanya yang tiba tiba hanya bisa melototkan matanya.
"Ayah gak papa?".
"Ayah gak papa."
"Hm..Tiara ayah gak jadi cerita gak kamu tengok tuh mata bundamu udah ngeluarin laser ke ayah."
"Gak papa ayah. Ayah tenang aja bunda itu cepat lunak kalau sama Tiara, jadi ayah cerita aja ayah gak mau kan kalok Tiara tiba tiba jadi mati penasaran."
Ucap Tiara untuk menenangkan ayahnya dari serangan bundanya.
"Kamu gak boleh ngomong gitu nak, kamu mudah banget ngomongin kata mati padahal kamu dokter."
"Hehehe...kok gitu makanya ayah ceritain.".
Tiara yang melihat reaksi bundanya seperti ngasih kode ancaman untuk ayahnya membuat signal untuk tidak membuat apa apa kepada ayahnya.
"Bunda gak papa kan?"
Azkia pun akhirnya menyerah dengan diamnya.
"Hm..tapi bunda punya satu syarat kamu juga harus ceritakan masalahmu dengan bunda..ok"
"MMM..ok".
"Memangnya Tiara punya masalah apa bun."
"Itu pah Tiara sama Fahriz….."
"Ih...bunda kan udah janji ayah ceritain dulu baru nanti Tiara ceritain masalah Tiara."
"Udah cepat yah, ceritain."
"Kok jadi ngebet bun, tadi aja ngode ngode jangan lakukan jangan lakukan trus nyubit pa...aduh .'
"Tinggal cerita juga kok, suka kali ngeledek mamah."
"Iya sayangku udah yah."
"Bunda ayah jadi cerita gak sih Tiara udah nunggu daritadi tapi kalian berantam Mulu daritadi nanti makin cinta Lo."
Ledek Tiara kepada kedua orangtuanya yang gak pernah tanpa hari berantam tapi itu yang membuat suasana rumah jadi hidup.
"Ayah udah ceritain ." Ucap Azkia yang menahan malu.
"Kamu nak buat bundamu malu aja."
"Ayah...jadi gak…"
"Okok….jadi tu waktu kamu pergi belajar ngambil spesialis kamu tu bundamu sengaja gak nangis padahal bunda udah berusaha banget nahan air matanya supaya gak jatuh karena bundamu gak mau kalau kamu sampai gak jadi pergi. Karena bunda tahu kalau kamu itu sangat ingin jadi dokter jadi bunda gak mau matahin semngatmu hanya karena dia kesepian dirumah dan gak ada temannya, kamu kan jelas tahu kalau ayah ngurusin perusahaan sendiri dan tidak terlalu banyak waktu untu bundamu dan apalagi bunda itu tidak terlalu suka ikut perkumpulan ibu-ibu komplek. Dan pernah juga bundamu itu nangis setiap malam dan itu berlangsung satu Minggu karena kamu gak bisa kan waktu itu dihubungi dan ayah susah banget untuk ngehibur bundamu sampai sampai pekerjaan ayah bawa kerumah."
"Bunda kenapa gak pernah cerita sama Tiara, kalau Tiara tahu kan Tiara pasti nyempatkan waktu untuk ngehubungin bunda."
"Bunda gak mau ganggu kamu lagianpun kan itu juga udah berlalu, dengan kamu sukses jadi dokter itu udah buat bunda bahagia." Jawab Azkia yang sudah menangis sejak suaminya menceritakan rahasianya.
Bunda…..mau peluk."
Azkia dan Tiara pun berpelukan kembali .
"Hm hm….kalian mau ngajak ayah gitu padahal yang buat suasana menjadi sedramatis begini itukan ayah.".perkataan Dimas pun membuat kedua perempuan yang terbawa suasana pun menjadi tertawa karena sikap ayahnya yang teceh.
"O...iya lupa ayah ganteng Tiara."
"Tiara kamu gak ngejek kan?"
"Enggak..ayah ganteng kan bun?, bunda pasti mau sama ayah karena ganteng."
Azkia pun menganggukkan kepalanya untuk membenarkan perkataan putrinya.
"Sekarang giliran kamu nak kamu punya masalah apa sama Fahriz?" Azkia pun menagih janji Tiara.
"Hm ….bunda sama ayah janji dulu sama Tiara gak akan marah sama cerita Tiara dan gak motong perkattan Tiara. Ok."
"Ok." Jawab Azkia dan Dimas serempak.
"Jadi gini Bun yah, Tiara pernah ngelihat pesan perempuan di hp mas Fahriz dan sisi pesannya itu gak enak banget dan itu membuat Tiara jadi berburuk sangka sama mas Fahriz padahalkan Tiara uda mulai membuka diri sama mas Fahriz."
"Kamu udah tanyak sama Fahriz tentang chat itu?"Tanyak Azkia untuk memastikan.
'Hm...belum Bun Tiara belum siap sama jawaban mas Fahriz."
"Kalian sudah besar dan usia kalian juga sudah matang sebaiknya kamu dan Fahriz harus terbuka jika ada masalah supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan membuat diri kalian jadi bertengkar. Inga nak sebentar lagi kalian akan berumahh tangga dan masalah akan terus datang bahkan lebih berat dari masalah kalian sekarang. Jadi kalau kalian dari sekang pun gak mau ada yang saling terbuka, bagaimana kalian akan meyelesaikan Maslah yang akan datang nanti."
"Apa yang dikatakan sama bundamu itu betul nak, pernikahan itu ibadah jika kalian ingin dapat pahala dari ibadah tersebut kalian harus bisa menjalankan ibadah tersebut dengan baik. Dan satu hal yang perlu kamu ingat suami itu bukan hanya sekedar teman serumah kami nanti atau hanya jadi teman tidur kamu nanti tapi Fahriz itu juga akan jadi teman curhat kamu, jadi sebisa mungkin kami harus lebih terbuka untuk orang selain orangtuamu terutama itu suamimu."
"Baik ayah bunda, makasih nasihatnya."
"Jadi sebaiknya selesaikan masalah kalian secepat mungkin supaya gak lebih runyam..ok"
"Baik ayah."
"Gitu dong, ternyata Putri ayah udah gede dan bentar lagi jadi istri orang padahal kayaknya dulu masih ayah gendong gendong."
"Bunda sama ayah sama aja padahal masih ada waktu dan Tiara walaupun udah nikah sama mas Fahris tetap jadi Anka manja kalian."
"Iya iya ...manjanya jangan sama bunda ayah juga, sama suami juga nanti."
"Ayah…."jawab Tiara kesal.